VOTE and FOLLOW
**"Tiga tahun kamu di Seoul?" ulang Dahyun, terkejut, "kenapa tidak berkunjung ke keluarga? Aku tidak pernah mendengar kabar kamu pindah ke sini.."
Jennie tertawa pelan. "Ya, aku memang sengaja.. waktu aku datang ke Seoul setelah sekian lama, aku hanya dikenalkan dengan Jimin, karena kebetulan pekerjaan Daddyku sering berhubungan dengannya, jadi, kami sangat dekat. Jadi, aku hanya mengenal keluarga Jimin.."
Bibir Dahyun menekuk, diikuti alisnya, seolah menyesal karena memiliki saudara dan tidak saling mengenal. "Ah, begitu.. kalau saja kita saling mengenal dari dulu, mungkin kita sudah sangat dekat sekarang."
Jennie mengangguk. "Tidak apa, toh sekarang kita juga akhirnya saling mendekat, kan? Kalau saja aku tidak diminta Daddy datang ke acara perkenalan calon pengantinmu itu, mungkin aku juga tidak pernah tahu kalau kamu adalah sepupu jauhku juga.."
Senyum Dahyun pun terbit, mengangguk setuju. "Benar juga. Aku senang, kemarin, aku akhirnya bertemu banyak keluarga besar."
Jennie pun mengangguk. "Ngomong-ngomong, berapa lama kamu berkencan dengan kekasihmu itu? Eh—siapa namanya?"
Mendengar pertanyaan itu, tanpa sadar bibir Dahyun membentuk senyuman. Perempuan itu menunjukkan bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta.
"Dua tahun." Jawabnya lembut, matanya berbinar, seolah mengingat-ingat saat-saat pertama mengenal Taehyung, "dulu, sebenarnya Papaku yang mengenalkanku padanya. Dulu, Ayah Taehyung rekan kerja Papa, dan kami bertemu, lalu jadi semakin dekat.. akhirnya, kami memutuskan berkencan.."
Jennie mendengarkan penjelasan Dahyun dengan khidmad. Ia menunjukkan wajah antusias dan suka cita, saat perempuan itu terus bersemangat bercerita.
**
"Oh, Jiminie, stop being possesive to me!"
"I just care with you." Jimin berdecak, sebal melihat sepupunya yang sangat bebal, "lagipula, kau bisa mendapat pria lain yang lebih baik dari Taehyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝐌] 𝐖𝐀𝐍𝐍𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐘?
Fanfiction"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" Tatapan Taehyung terlihat gentar, tidak kuasa menerima cara Jennie menggodanya. Dengan bibir bergetar, ia lantas mengangguk. "Menari.. biarkan aku melihatmu menari, sekali lagi.." "Hanya menari?" Lagi-lagi...