◆◇◆
Peserta kedua telah ditentukan. Adam kini berdiri di tengah lingkaran arena, menjadi peserta kedua dalam permainan yang tak pernah ia bayangkan akan terlibat. Kartu di tangannya berkedip-kedip, mengeluarkan cahaya biru yang dingin. Seketika, suasana berubah. Langit yang tadi cerah berubah menjadi kelabu, dan salju mulai turun perlahan, membekukan tanah di sekelilingnya.
"Waahh turun salju, apa ini di gunung salju??" Adam mengedarkan pandangannya disekitar
"Semuanya salju, pepohonan juga, sepertinya hutan salju." gumamnya
Perintah dari kartu tersebut muncul di depannya, huruf-huruf melayang di udara."Pilih perlengkapanmu."
Dengan cepat, Adam menggerakkan tangannya, memilih kostum yang cukup tebal berwarna hitam-jaket bomber techwear dengan beberapa aksesoris, juga penutup muka serba hitam. Tak lupa sepatu bot untuk melindunginya dari dinginnya musim salju yang mendadak ini.
Di sabuknya tergantung dua bilah belati, senjata pilihannya yang selalu bisa diandalkan untuk pertarungan jarak dekat.
Namun yang paling menarik dari semua ini adalah pilihan terakhir: "Pilih pendampingmu."
Adam meneliti opsi yang melayang di depannya. Ada berbagai macam hewan yang bisa ia pilih, dari elang yang bisa terbang jauh hingga serigala yang cepat dan gesit. Namun, satu pilihan menarik perhatiannya-seekor kucing oren berukuran lumayan besar yang memiliki kemampuan istimewa: bisa berubah wujud menjadi singa besar.
Tanpa ragu, ia memilih kucing oren itu. Kucing tersebut muncul di sisinya, mengeong pelan seolah memberi salam.
"Namamu apa?" tanya Adam sambil berjongkok, menatap hewan mungil itu.
Kucing oren itu mendengkur sejenak sebelum tubuhnya menggelembung dan berubah menjadi seekor singa besar dengan bulu tebal berwarna oranye keemasan. Singa itu menunduk memberi hormat seolah memahami pertanyaan Adam. Adam pun berpikir untuk memberinya nama.
"Hmm..., bagaimana kalo Aslan?, terdengar keren, bagaimana menurutmu?" tanyanya pada singa itu
Singa itu pun mengaum tanda setuju.
"Baiklah Aslan, mari kita berpetualang." tuturnyaPerintah berikutnya muncul: "Cari burung Harpy di tengah hamparan salju. Hati-hati, ada musuh yang juga memburunya."
Adam menatap luasnya dataran putih yang terbentang di depannya, puncak gunung bersalju menghiasi horizon. Tak ada petunjuk pasti di mana burung itu berada, tapi ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah. Salju yang menutupi bumi terasa seperti jebakan tak berujung.
Adam dan Aslan mulai bergerak. Kucing oren itu kembali ke wujud aslinya, berjalan di sebelah Adam dengan santai, sementara mata tajamnya memperhatikan setiap gerakan di sekitar. Meskipun kecil, kucing itu penuh dengan kekuatan, siap berubah kapan saja.
Selama berjam-jam mereka berjalan, melewati pepohonan beku dan jurang berbahaya. Suara angin menderu menambah kesunyian yang mencekam, namun Adam tetap waspada. Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar di belakang mereka.
Adam meraih kedua belatinya, siap menghadapi apa pun yang mendekat. Dari balik bayangan pepohonan, muncul sesosok besar-seorang prajurit lain, peserta yang juga memburu burung langka itu. Dengan wajah dingin dan senjata besar di tangannya, pria itu menyeringai ke arah Adam.
Aslan langsung berubah menjadi singa, mengaum dengan ganas, mempersiapkan diri untuk bertarung.
Tanpa kata-kata, prajurit itu menyerang. Adam bergerak cepat, menghindari pukulan besar yang bisa menghancurkan tulang-tulangnya. Dengan keahlian yang terlatih, ia meluncurkan serangan balasan, dua belatinya bergerak gesit memotong udara. Di saat bersamaan, Aslan menerkam, taringnya menyambar lawan.
Pertarungan itu cepat namun brutal. Darah prajurit itu menetes di salju yang putih, menodai permukaan yang dingin dengan warna merah tua. Adam akhirnya berhasil menjatuhkannya dengan satu tusukan tepat ke jantung, membuat lawannya jatuh tak berdaya.
"Terima kasih, Aslan," gumam Adam, menepuk kepala singa itu yang kembali berubah menjadi kucing oren.
Setelah membersihkan belatinya, mereka melanjutkan perjalanan. Salju semakin tebal, dan udara semakin dingin. Namun, di kejauhan, Adam melihat sesuatu yang mencolok di antara batu besar. Burung dengan warna berpadu dengan abu dan putih salju, tak salah lagi itu pasti burung yang dimaksud. Itulah tujuannya, tapi Adam tahu, ini belum selesai. Pasti masih ada beberapa tantangan lagi yang menunggunya. Ia menggenggam belatinya erat, sementara Aslan mengeluarkan auman rendah, siap menghadapi apa pun yang akan datang.
Dengan tekad kuat, mereka melangkah menghampiri burung itu, dan hap!- dia berhasil menangkap burung itu. Satu misinya selesai, ia dan Aslan berteriak girang.
Selanjutnya, mereka pun melanjutkan perjalanan menyusuri hamparan salju.
"Apakah kamu kedinginan Aslan?, disini dingin sekali ternyata, untungnya aku memilih kostum ini" ucap Adam
Seketika Aslan berlari mengejar seekor kelinci putih yang berkeliaran.
"Berburu?, oke gass!!" serunya semangat
Berlarilah Adam mengejar Aslan yang terus mengikuti kelinci itu kemana pun dia pergi.
"Luas sekali disini, tapi aku gak boleh nyerah, semoga bisa menemukan kalian semua!" serunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Terror: The Eight and Their Fate
Mystery / Thriller[ONGOING] ♛ Delapan anggota keluarga terpisah oleh kekuatan mistis yang mengacak keadaan mereka, memaksa mereka ke dalam dunia terisolasi yang penuh dengan ancaman. Setiap orang terjebak di lokasi yang berbeda, salah satunya di sebuah sekolah angker...