ENAM

282 49 6
                                    

Tangisan Sultan yang memekikkan telinga, membuat keributan antara Aram dan Ai terhenti.

Ai hendak, menghampiri anaknya yang berada di kamar sebelah. Tapi, Ai kalah cepat dengan suaminya.

Dengan reflek yang selalu bagus seperti tadi,  suaminya Aram langsung melipir ke kamar anak mereka. Satu dari ratusan hal yang membuat Ai jatuh cinta pada suaminya setiap hari bahkan setiap detiknya. Suaminya sangat menyayanginya terlebih menyayangi anak mereka. Lihat, walau di penuhi amarah walau disini harusnya dia yang marah. Suaminya bergerak dengan cepat, menghampiri anak mereka, agar tak menangis lagi.

detik ini, tangisan memekikan telinga bayi mungilnya itu sudah tidak terdengar lagi. Seperti biasa. Suaminya selalu mampu menenangkan anak mereka bahkan hanya dalam waktu hitungan detik--- hal yang tidak bisa Ai lakukan, membuat Ai kesal, takut dan merasa tak berguna sebagai seorang ibu. Dan bertanya-tanya, kenapa bisa... anaknya lebih dekat, suka dan nyaman dengan papanya.

Wanita itu tersenyum sinis. Tangannya perlahan menyentuh pipinya baik yang kanan pun yang kiri,  sudah sama-sama kemerahan saat ini. Bajingan itu, menampar pipinya yang  kiri dan kanan, membuat Ai merasa sakit pada seluruh wajahnya. Tetapi, di banding semua itu, lebih sakit dan perih hatinya.

Di kagetkan dengan undangan bertulis nama suaminya. Yang Ai kira adalah kembaran rahasia suaminya atau tidak... orang yang memiliki nama yang sama dengan suaminya. Tapi, tidak mungkin orang berbeda. Nama orang tua mempelai laki-laki, adalah nama mama dan papa mertuanya. Dan dengan naif, tolol, Ai berpikir, suaminya sedang membuat prank esktreem, mengingat hal ini sedang tren di jaman ini.

Tapi, semuanya tidak salah. Dengan jahat, suaminya akan rujuk atau akan menikah ulang dengan mantan istrinya dan memberi tahu hal ini padanya, di saat undangan bahkan sudah di sebar.

"Sultan, mama barusan di pukul sama papamu, Nak..."adu wanita itu pada anaknya, yang tak mungkin bisa mendengarkannya. Bayi mungil itu bahkan baru berumur 2 bulan lebih belasan hari.

Ya. Dia baru melahirkan, membuat... membuat perasaannya sangat sensitif, membuat hatinya, logikanya tidak  bisa menerima pengkhianatan yang di lakukan di depan mata kepalanya.

"Sultan, papamu mau kasih kamu, mama tiri juga, Nak..."

Prak

Ada suara benda yang jatuh di kamar anak mereka. Membuat Ai sontak menatap kearah pintu penghubung yang terbuka.

Dan Ai segera membuang muka di saat Aram muncul tiba-tiba dengan dot kosong yang sudah pecah. Dan bisa Ai simpulkan. Aram barusan menjatuhkan dot susu anak mereka.

"Apa yang kau lakukan, sehingga stok asimu kosong di kulkas?"tanya pria itu kesal, seraya melangkah mendekat kearah  Ai. Saat dia membuka kulkas yang menyimpan stok asi---- dia tidak menemukan satu botol asipun di dalam sana.

Ai? Wanita itu diam,  dengan hati yang kembali sakit. Bahkan... bahkan suaminya melupakan tentang keadaannya yang tidak bisa menghasilkan asi untuk Sultan seperti di awal melahirkan. Dan keterdiaman Ai, yang sedang meredam rasa sakitnya, membuat Aram yang sudah berdiri di depan Ai semakin kesal saat ini. Saking kesalnya Aram, karena Ai masih belum melihat kearahnya dan belum merespon kata-katanya. Aram membanting kasar botol dot anaknya di atas ranjang. Membuat dot malang itu terpental-pental, lalu berakhir jatuh dari atas ranjang.

Aram mengepal tangan erat.

"Ai...."panggilnya geram.

Dan lagi, Ai masih diam. Ai ingin tahu, seberapa  masih peduli suaminya pada anak mereka di saat suaminya... Ai tersenyum sinis dalam hati, karena tak sanggup untuk terus menyebut kesalahan dan kesakitan yang sudah suaminya tanam dalam hati dan hidupnya.

Menyesal Karena Terlambat MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang