SEMBILAN
Aram menyeret paksanya ke dalam kamar mereka---- tidak terlalu kasar ataupun lembut, tapi mampu membuat Ai yang belum mau beranjak dari tempatnya, tergerak dan berakhir ada di kamar.
Tak hanya itu, Aram pun memaksanya untuk berbaring, memaksanya istrahat, hal yang tidak mungkin bisa Ai lakukan.
Pikirannya kacau, hatinya sedih, di tambah info tentang musibah yang menimpa adiknya, bagaimana sanggup, Ai bisa istrahat begitu saja di saat otaknya penuh dengan masalah yang belum Ai temukan solusinya sedikitpun.
Tetapi, seruwet atau sekeras apapun Ai menolak keinginan seorang Aram. Ai tetap akan terkalahkan oleh pria itu. Ai mau tak mau dengan perasaan kesal, dongkol, dan penasara, berbaring sesuai dengan yang diinginkan pria itu. Setelah dia berbaring, cih... Aram mengecup begitu saja kening, pucuk hidung dan mulutnya, lalu pria itu pergi meninggalkan Ai yang bertanya-tanya.
Apakah... Apakah Aram sudah memberikan uang yang orang tuanya minta? Itu yang sangat ingin Ai tahu. Tapi, Aram tak menjawab, Aram tak memberitahu, selalu mengalihkan pembicaraan kearah lain, lalu pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan dan kecemasannya.
Ai tertawa sinis, setelah mobil yang di kendarai Aram menjauhi rumah, tak terdengar lagi deru mesinnya yang lembut. Ai segera beranjak dari baringannya.
Wanita itu meraih buru-buru ponselnya, masuk aplikasi kontak dan segera mencari nomor orang tuanya.
Ai menghubungi orang tuanya, tetapi nomor orang tuanya tidak aktif. Begitu terus sampai 40 menit berlalu.
Putus asa, Ai... menghempas begitu saja ponselnya di atas ranjang. Wanita itu juga melempar tubuhnya di atas ranjang, berbaring dengan wajah pucat, dan tatapan kosong keatas plafon.
"Ya Allah... Ibu, Bapak. Ada apa, kenapa ponsel kalian nggak aktif?"racau Ai takut. Dengan pikiran yang sudah di penuhi oleh berbagai macam pikiran buruk.
Ai sangat mengkhawatirkan orang tuanya, adiknya, bahkan saking sayang wanita itu pada keluarganya. Masalnya sendiri yang cukup besar, di lupakan dalam sekejap. Pikiran wanita itu di penuhi oleh rasa penasaran bagaimana perasaan adiknya selama ini.
Setetes air mata, pada akhirnya tumpah membasahi pipi wanita cantik itu lalu menjatuhuhi daun telinganya.
"Mas, aku nggak nyangka, Mas. Kamu bisa sejahat ini sama aku."bisiknya lirih, dan kembali, dua tetes air mata dengan bulir besar membasahi pipi wanita itu lagi. Sungguh, wanita itu tak percaya Aram sanggup melukainya sedahsyat ini. Demi Tuhan, selama nyaris 2 tahun menjadi istri pria itu, kata kasarnya. Ai bak budak, yang siap melakukan apapun yang diinginkan pria itu.
Ai bangun dengan geram dari baringannya, menghapus kasar air mata yang harusnya tak tumpah lagi untuk pria tega itu. Sorot matanya dingin, tapi sorot dingin, marah, dendam dalam waktu tiga detik berganti menjadi sorot menyesal yang amat besar di mata wanita itu.
Yang sudah memegang dada bagian jantungnya dengan ekpresi amat sakit campur menyesal.
"Andai... Andai aku tahu, apa alasan yang membuat kamu dan mantanmu bercerai dulu, aku nggak akan mau mas menikah denganmu. Aku nggak akan mau!..."bisiknya lirih dan prak... Ai memukul mulut bodohnya geram. Harusnya mulutnya tak tahu malu, kebal 3 tahun yang lalu, bertanya banyak hal, tentang Suaminya yang seorang duda. Apa penyebab mereka bercerai, dan sebagainya. Tapi, sialannya. Mulut bodohnya tak bertanya hal itu sedikitpun karena terlalu di butakan oleh cinta dan paras Aram yang menawan dan teduh. Sungguh, sialan!
****
Ai melangkah tergesa menuju dapur. Perutnya terasa perih karena rasa lapar. Dia hampir melakukan kebodohan sekali lagi. Sudah tahu perutnya lapar, dia mengabaikannya. Dia mengabaikannya, maka dia bisa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyesal Karena Terlambat Mencintaimu
Romance"Hal yang sangat aku sesalkan dalam hidupku, kenapa kamu mencari cinta yang lain, di saat hatimu masih terpaut dengan mantan istrimu, aku saja yang terluka, tidak apa, aku bisa menahan dan melewatinya, tapi anak kita, dia tidak akan mampu melewatiny...