17. Kemarahan

329 43 0
                                    

PS: Maaf mungkin part ini bakal panjang, jadi baca pelan-pelan ya!

Harsa memandang langit-langit kamarnya yang di dominasi warna putih dan terdapat berbagai miniatur di dalam kamarnya. Akhir-akhirnya ia tidak fokus karena pikirannya yang begitu kacau. Kedatangan James berdampak pada sikap Harsa, ia begitu takut dan juga marah akan kedatangannya.

Harsa begitu lelah dengan berbagai ancaman yang James lontarkan padanya, ia ingin semua ini cepat berakhir dan tidak ada korban akibat perseteruannya dengan James. Ia takut jika keluarganya berdampak atas masalah ini, maka ia menutup dirinya dari keluarganya agar mereka tidak terkena akibatnya.

Pintu kamarHarsa terbuka dengan kasar menampilkan seorang remaja dengan seragam sekolah yang masih ia kenakan dan di belakangnya mengekor saudaranya yang lain yang mengenakan seragam yang sama. "Mas Harsa ketempelan kuntilanak Pak RT, makanya kamu diem mulu di kamar ya?" tanya polos dari bibir Jidan, adik bungsunya.

"Iya Mas jangan ngurung di kamar mulu, kasian tau Bunda khawatir sama keadaan Mas," ujar Cakra memperhatikan Harsa yang masih diam dan enggan menyahuti mereka.

Harsa yang meyendarkan badannya pada dasbord kasurnya dan memijat pelipisnya. "Bilang sama Bunda, Mas gapapa. Bunda gak usah khawatir, Mas gak sakit," ujar Harsa pada Adiknya. 

Jidan yang melihat Harsa masih enggan meninggalkan kamarnya maka ia mendekati Masnya dan melingarkan tangannya si lengan Masnya dengan manja. "Mas ayo beli yupi bareng Adek. Nanti Adek yang traktir deh soalnya Adek abis dapet uang dari Abang Mahen."

"Gak mau, kamu aja pergi sana!"

"IH Mas ayoooo, Adek maunya sama Mas gak yang lainnnnn,"rengeknya pada Harsa.

Harsa yang melihat Adiknya yang manja padanya, menghela nafas panjang karena Jidan kalau seperti ini maka tidak bisa di bantah. Jidan tetap memakasa Harsa dan Harsa sudah lelah dengan kelakuan Jidan.

"JIDAN DIAM! Mas udah bilang gak mau gak usah di paksa! KAMU CUMAN BUAT MAS PUSING TAU! PERGI SANA KAMU SELALU NGEREPOTIN MAS! Berhenti jadi anak yang manja!" bentaknya yang membuat Jidan tersentak kaget.

Jidan dengan mata berkaca-kaca menatap Masnya dengan tajam. Ia kesal dengan Harsa, padahal ia hanya ingin membuat mood Harsa membaik dengan mentraktirnya karena biasanya lelaki itu suka di traktir. Ia hanya ingin Masnya tidak murung dan ia kecewa Harsa yang biasanya tidak pernah membetaknya membetak Jidan untuk pertama kali.

"Harsa apa-apan kamu bentak adek kamu kaya gitu! Jidan cuman mau di anter apa susahnya sih," ujar Mahen datang dan menatap Harsa tajam.

"IYA emang aku selalu jadi anak yang buat kalian ngerepotin dan maaf kalau aku jadi anak yang manja! Aku cuman mau mood Mas membaik dan gak perlu kali bentak aku! Aku benci sama Mas dan Mas jahat udah bentak aku!" ujar Jidan menagis dan meninggalkan kamar Harsa.

Cakra yang melihat itu mengejar Jidan. "Jidan beli yupinya sama Kakak aja. Tunggu!"

Harsa menatap kepergiaan mereka dengan perasaan bersalah, ia harusnya tidak melimpahkan kemarahannya pada Adiknya dan untuk pertama kali ia kecewa pada dirinya karena menyakiti perasaan Adiknya yang selalu ia jaga. "Maafin Mas, Jidan," lirihnya.

****

Harsa menuruni anak tangga karena merasa lelah karena berdiam di kamar dan hanya membuatnya stress. Saat di lantai dasar terlihat kegaduhan karena Bunda yang menelpon dan terus khawatir  dan Ayah yang berusaha menenangkan Bunda. Harsa bingung karena ada apa ini.

"Ada apa Na?" tanyanya pada Naren.

"Jidan katanya mau beli yupi sama lo, kan? Dia gak jadi bareng lo?" tanya Naren yang di jawab gelengan oleh Harsa.

The Heart Of HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang