15. Fakta

302 37 1
                                    


Rumah yang baik adalah rumah yang tetap berdiri kokoh meski di terjang berbagai masalah. Itu yang di alami keluarga ini, meski mereka memiliki berbagai cobaan tetapi mereka berhasil melewatinya. Setelah perjodohan Jean batal rumah ini kembali menghangat dengan canda tawa anak-anak mereka.

Rumah yang biasa di isi anak-anak dan orang tua mereka, kini hadir Zetta dan Aruna menambah kehangatan di rumah keluarga Orlando. Terlihat calon menantu keluarga Orlando itu sibuk membantu Bunda dengan berbagai masakan yang akan disajikan.

"Kak Runa udah jadian sama Bang Mahen?" tanya Zetta penasaran membuat Bunda tertawa tipis melihat ekspresi Aruna yang kaget.

"Belum Zee. Aku sama Mahen mau nikmati waktu aja dulu  dan kita liat aja kedepannya gimana," balas Aruna.

Mahen berjalan di hadapan mereka, membuat Zetta menapnya tajam. "Bang Mahen jangan gantungin cewek secantik Kak Aruna dong. Kamu kapan nembak dia? Cewek secantik Kak Aruna pasti banyak yang suka. Jangan-jangan kamu masih belum move on dari mantan kamu yang ninggalin kamu?!" ucap Zetta membuat Mahen kaget.

"Woi terserah Abang gue lah. Kak Aruna santai aja kenapa lo yang repot deh Kak!" seru Harsa membuat Zetta menatapnya kesal.

"Gue cuman mau pastiin aja, takut aja cewek secantik Kak Aruna cuman di jadiin pelampiasan."

"Gue udah move on Zee. Gue juga gak sejahat itu sama Aruna, secepatnya gue bakal resmiin. Cuman akhir-akhir ini karena kita berdua sibuk jadi gue belum kepikiran itu," ucap Mahen membuat Zetta bernafas lega.

"Udah Zee. Ayo sajiin makanannya," perintah Bunda dan dianggukin oleh anak itu.

Mereka menyantap makanan dengan berbagai obrolan singkat. Beberapa dari mereka menjahili Mahen karena begitu perhatian pada Aruna dengan menyendokan makanan untuk gadis itu. Jeffrey melihat kebersamaan keluarganya yang begitu hangat ini bersyukur. Ia harap kebersamaan ini bertahan lama dan ia pasti akan merindukan ini saat anaknya menikah nanti.

"Bunda, Jidan mau ayamnya satu lagi ya?" tanya Jidan.

Namun baru Bunda ingin mengangguk, ayam tersebut sudah lebih dulu di rebut oleh Harsa yang membuat Jidan kesal. "Mas IH itu ayam yang aku mau. Kenapa diambil?"

"Ayamnya bukan punya siapa-siapa. Selagi belum ada yang ambil berati ayamnya punya aku!" tegas Harsa.

"BUNDAA."rengek Jidan dengan mata berkaca-kaca.

Mahen menatap adiknya yang bertengkar itu hanya menhela nafas lelah. "Sa, ngalah lah. Lo jahil banget, liat adek lo mau nagis itu," ucap Mahen menatap Jidan yang mengeluarkan air mata.

"Tau lo udah makan 2 potong Harsa, masih gak kenyang?" tanya Jean.

Harsa tersenyum karena menjahili adik bungsunya adalah keseruan yang patut dilakukan. Apalagi akhir-akhir ini mereka jarang becanda karena sibuk dengan masalah perjodohan Jean. Harsa seakan menghidupkan lagi rumah yang awalnya dingin menjadi hangat. "Jidan kalau mau ayamnya bakal Mas kasih, tapi dengan satu syarat," ucapnya memberi penawaran.

Jidan mengusap air matanya dan menatap Harsa dengan tatapan berbinar. "Apa syaratnya?"

"Kamu cium Mas di pipi baru Mas kasih," ujarnya menyentuh pipinya dengan tatapan yang mengejek membuat Jidan menatapnya kesal.

"IH Ayah masa Adek harus cium Mas. Gak mau!!" Jidan memeluk Ayahnya karena di jahili oleh Harsa.

Ayah mengelus surai anak bungsunya itu. "Kalau adek mau sesuatu harus ada yang di korbankan. Lakuin aja daripada ayamnya di makan sama Mas."

Dengan langkah malas sekali Jidan mencium pipi Harsa dan lelaki itu kegirangan karena mendapati ciuman dari Adiknya. "Ini ayam kesukaan Adek buat Adek yang paling ganteng. Mas udah kenyang," ujar Harsa memberikan potongan ayam pada Jidan.

The Heart Of HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang