05. Mengunjungi Bunda

544 45 3
                                    

Bel berbunyi menandakan bahwa waktunya para murid mengakhiri pelajaran hari ini yang begitu berat dengan materi. Guru yang mengajar menyudahi pertemuan hari ini di akhiri dengan doa. Jidan membereskan buku-buku dan ia taruh di dalam tas untuk segera pulang, ia tidak bisa lama-lama karena Kakaknya pasti sedang menunggunya.

Dengan senandung dan melangkahkan kaki dengan gembira, Jidan menepuk pundak Kakaknya yang sedang mendengarkan lagu melalui earphonenya. "Kita hari ini ke butik Bunda, kan Kak?" tanya Jidan yang di beri anggukan oleh Cakra.

"Iya, daripada di rumah sama maid aja, lebih baik kita ke Bunda. Abang sama Mas juga pulangnya agak sore jadi ayo kita ke Bunda!" jelas Cakra dan menarik Jidan masuk ke mobil.

Jidan dan Cakra memakan waktu selama lima belas menit untuk sampai ke kantor Bunda. Mereka melihat gedung Sunshine fashion yang megah. Di lantai 2-3 adalah lantai kantor Bunda dan lantai dasar adalah di mana butik pusat berjalan memperjualkan baju.

Butik ini begitu sukses bagaimana Bunda menitikan karir dari 0 untuk membangun butik tersebut. Banyak hal yang terjadi dari Bunda yang di remehkan oleh mertuanya sampai akhirnya Bunda bisa membuktikan bahwa ia bisa sukses dengan usahanya sendiri.

Mereka berdua melangkahkan kaki ingin memasuki kantor Bunda, namun langkah mereka terhenti karena suara yang mengitrupsi mereka. Jidan mencekal lengan Cakra. "Kakak aku denger suara anak kucing sebentar!"

"Ngapain ngurusin kucing si Jidan. Biarin aja mereka," celetuk Cakra yang membuat Jidan melotot.

"Kakak gak tau ya kalo kucing jalanan itu nasibnya lebih mengkhawatirkan daripada kucing rumahan. Mereka makan kalo ada yang kasih aja, mereka rentan kecelakaaan dan juga gak ada yang sayang sama mereka kecuali ada yang peduli. Banyak juga kasus kucing jalanan di pukulin sama manusia yang gak suka kehadiran mereka, padahal mereka juga pantas hidup!" ucap Jidan kesal pada Cakra.

"Maaf deh dek."

Jidan menuju suara kucing dan terlihat anak kucing berjumlah tiga dan juga seorang ibu kucing sedang berada di atas kardus seperti menahan lapar. Jidan membuka tasnya mengeluarkan makanan kucing yang biasa ia bawa dan ia taruh di atas wadah plastik yang ia bawa dan ia juga tidak lupa menuangkan air putih untuk mereka.

Terlihat kucing-kucing itu menikmati makanan mereka dengan lahap, Jidan melihat itu mengusap lembut kucing tersebut. "Makan ya lahap ya. Nanti aku kesini lagi! Semoga kalian bertahan di dunia yang jahat ini!"

Setelah mengatakan itu Jidan menarik Cakra untuk masuk ke dalam kantor Bunda. Mereka beberapa kali bertegur sapa dengan staff Bunda dan terlihat Bunda yang duduk dengan seorang wanita seumuran dengan Bunda.

"Assalamualaikum Bunda. Adek sama Kakak datang!" ucap Jidan membuat Bunda tersenyum dan keduanya menyalami tangan Bunda dan tamu Bunda itu.

Mereka berdua duduk di samping Bunda dan Bunda menyuruh assistantnya memberikan makanan pada anaknya. "Gimana sekolahnya lancar?" tanya Bunda pada anaknya.

"Lancar Bunda tadi ada tanya jawab matematika adek bisa jawab dan dapet nilai tambahan," jawab Jidan. "Bagus Adek. Bunda bangga!"

"Kalo Kakak tadi di puji sama pelatih basket katanya Kakak mainnya bagus Bunda dan di tawarin ikut lomba. Boleh Kakak ikut gak Bunda?" tanya Cakra.

"Bunda setuju aja Kak, cuman tanya Ayah aja dulu," balas Bunda.

"Jidan dan Cakra udah gede aja, perasaan waktu ketemu mereka masih SD, sekarang udah SMP, Rose?" tanya wanita di hadapan mereka.

"Iya Bella, gue juga masih gak nyangka mereka udah gede aja. Mana Jidan tigginya kayanya udah ngalahin Abang-abangnya." Rose terkekeh menatap kedua anaknya yang sedang memakan makanan mereka.

Bunda meminum teh di hadapanya menatap kearah Bella. "Kamu kunjungin aku ada apa Bell?" tanya Bunda.

Bella menatap kearah Rose. "Gini kamu tau anak kembar kamu seumuran sama anak aku yang bungsu. Kamu mau gak jodohin salah satu mereka sama anak aku."

UHUK

Bunda kaget atas pernyataan tersebut sampai tersedak oleh minumannya sendiri. Jidan dan Cakra yang tadi asik makan, sekarang menaruh rasa khawatir pada Bunda mereka. "Bunda gapapa sayang."

"Bella maaf bukan maksud aku menolak. Aku sama Jeffrey sepakat untuk pasangan anak-anak kita gak bakal ikut campur. Jadi aku gak bisa jodohin anak aku karena pilihan hidup mereka yang menentukan," jelas Rose.

Rose dan Jeffrey tidak pernah mau anak-anaknya terlibat perjodohan karena mereka tau rasanya. Karena dulu Jeffrey sempat di jodohkan oleh seorang wanita saat ia masih berhubungan dengan Rose. Jeffrey tentu marah dan karena itu hubungannya dengan Rose hampir hancur. Namun perjodohan tersebut di gagalkan oleh Ayah Jeffrey karena ia tidak mau terus memberi tekanan pada putranya.

Begitupun Rose yang tidak mau anak mereka di tekan soal pasangan. Karena ia dan Jeffrey membebaskan mereka memilih pasangan dan jalan karir mereka, karena Jeffrey tidak mau anak mereka menjadi sepertinya hidup penuh tuntutan dan tekanan seperti boneka.

"Coba kamu bujuk lah Rose, lumayan perjodohan mereka bisa memperat tali persahabatan kita dan juga bisa jadi patner bisnis," ujar Bella tidak mau kalah.

"Maaf aku gak mau gunakan anak aku untuk kepentingan bisnis."

Bella berdiri dan menatap tajam kearah Rose. "Kamu sombong banget tingal jodohin susah banget sih! Mentang-mentang udah nikahin anak dari keluarga Orlando kamu jadi sombong!" ujar Bella dan mengambil tasnya dengan kasar dan pergi.

Rose menghembuskan nafas panjang dan menahan amarah. "Lagian siapa juga yang mau besanan sama lo. GAK SUDI ANAK GUE PUNYA MERTUA MATA DUITAN!" ucap Rose kesal.

Jidan dan Cakra menuju Bunda dan menenangkan Bundanya itu. "Sabar Bunda, lagian aku yakin Mas dan Abang mana mau sama anak dia. Kakak denger kalo anaknya Tante Bella tukang bully di sekolahnya, jadi mana mau mereka sama dia," ucap Cakra yang membuat Rose tertawa.

Setelah kejadian itu Rose menikmati waktunya bersama kedua anaknya yang menonton film lewat laptop Rose dan Rose yang mengerjakan desain bajunya sambil melirik kearah anak-anaknya. Rose menuju kearah anak-anaknya yang tertidur dengan laptop masih menyala, ia mematikan laptop dan tidak lupa menyelimuti keduanya.

"Anak Bunda ganteng kalo lagi tidur. Jangan tinggalin Bunda ya sayang, kalian anugrah terindah yang Tuhan berikan buat Bunda. Bunda janji bakal selalu lindungin kalian," ucapnya.

Rose kembali mengerjakan kerjaan namun tidak lama pintu terbuka menampilkan suami tercintanya. Rose tersenyum dan memeluk Jeffrey dengan erat. "Mereka kesini, aku kira di rumah?" tanya Jeffrey menatap kedua putra bungsunya.

"Iya mereka bilang mau pulang bareng aku, di rumah sendirian karena abang dan mas pulangnya sore banget," jawab Rose.

"Mas tadi Bella dateng, dia katanya mau jodohin anaknya sama salah satu dari kembar," ucap Rose yang membuat Jeffrey menatap heran.

"Ngapain sih jodoh-jodohan di kira zaman siti nurbaya. Aku mau anak kita sendiri yang nentuin soal pasangan. Aku gak mau mereka tertekan karena itu apalagi perjodohan karena bisnis," ucap Jeffrey.

"Aku tolak kok, kamu tau mereka juga kayanya belum tertarik sama pacaran biar mereka fokus belajar dulu."

"Kayanya Jean aja yang belum tertarik pacaran. Dingin banget dia kalo sama cewek, kaya siapa sih?" tanya Jeffrey terkekeh.

"Pake nanya kamu lah! Dia itu copyan kamu banget!"

Jeffrey memeluk erat Rose dan menaruh dagunya diatas kepala Rose. "Sayang aku tau kamu masih takut sama ancaman Hema, kamu gak perlu khawatir dia udah aku urus. Aku udah suruh orang awasin gerak gerik dia dan aku gak akan biarin dia nyentuh anak kita. Maaf karena bisnis anak kita selalu jadi celaka,"

"Gak ini bukan salah kamu. Bisnis selalu kaya gini, kita sebagai orang tua cuman perlu jagain mereka sampai nanti mereka kembali dengan Tuhan."

Sebuah keluarga bagai sebuah rumah dan perlu pondasi untuk membangun agar rumah tidak runtuh. Maka Rose dan Jeffrey akan menjadi pondasi agar anak-anaknya tidak terluka karena dunia yang jahat pada mereka.

TBC.

MAAF AKU UPDATE DIKIT, IDENYA BARU SEGINI.

See you in next chapter.

The Heart Of HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang