11. Pertemuan Tidak Terduga

298 28 2
                                    

Langkah kaki beradu dengan lantai rumah membuat seorang wanita mengalihkan matanya menatap kelima pria yang sedang bersiap-siap akan pergi. Kelima anaknya itu terlihat rapi dengan leather jacket yang membalut tubuh mereka dan tidak lupa terdapat seseorang yang tengah merengek untuk ikut dengan mereka.

"Cakra gak boleh ikut, yang boleh ikut yang udah punya KTP. Kamu belum punya jadi gak boleh ikut,"ujar Harsa nembuat Cakra berdecak kesal.

Jeffrey menatap anaknya dengan terkekeh. "Cakra disini aja nanti kalo kamu ikut Jidan juga mau ikut. Jidan lagi tidur, nanti kalo dia bangun nyariin saudaranya ninggalin dia pasti nagis," bujuk Ayah Jeffrey pada anaknya.

Mahen mendekat pada adiknya itu yang menunduk. "Kita cuma sebentar doang kok. Lagian Bunda juga masak kita bakal makan disini. Kita cuman mau night ride di Bali, lagian Cakra gak bisa kedinginan nanti sakit."

Cakra yang mendengar itu hanya pasrah karena memang diantara saudaranya yang lain dirinya tidak bisa kena angin malam karena akan sakit. "Yaudah tapi Abang jangan lama-lama ya."

Kelima pria itu tersenyum lega dan berpamitan dengan kedua orang tua mereka. "Jangan malam-malam pulangnya dan hati-hati yaa. Awas aja sampe kalian ke club," saran Bunda.

"Padahal udah rencana ke club, gak asik kalo ke Bali gak ke club," gumam Harsa yang bisa di dengar Bunda.

"HARSA KALO KAMU KE CLUB, BUNDA KELUARIN DARI KK YAA," amuk Bunda yang hanya di beri cengiran oleh anak itu. "Becanda Bunda sayang, lagian aku masih ingat banyak dosa," balas Harsa dan pamit dengan saudaranya yang lain.

Kelima pria itu mengendarai motor dengan pemandangan malam Bali yang juga terlihat indah dengan cahaya malamnya. Angin semilr menyejukan tubuh mereka.

Sudah lama mereka tidak merasakan perasaan lega dan menyejukan seakan beban yang mereka alami terangkat dengan kebersamaan ini. Mereka berhenti dan memarkirkan motor mereka dan memutuskan berjalan-jalan sambil menikmati waktu.

"Kita naik itu yuk, mumpung di Bali," bujuk Naren pada saudaranya yang lain.

"Kalian aja gue gak bisa naik wahana itu. Gue pernah punya penyakit jamtung gak baik buat gue kalo maksain naik, walaupun gue sebenernya mau," ucap Rafael sambil menatap wahana itu.

"Sumpah gak ah Na, tinggi banget anjir. Lagian gak seru kalo Mas Rafa gak ikut," ucap Harsa dengan wajah pucat pasi karena ketakutan.

Tanpa terduga Jean menarik Harsa bersama Mahen  dan Harsa beberapa kali meronta-ronta dan menatap Rafael penuh harap karena tidak mau menaiki wahana 5gx.

Degup jantung Harsa berdetak dengang kencang dan ia memegang tangan Mahen dan Naren dengan kecang. Wajah Harsa terlihat sangat pucat ketakutaan dan saudaranya yang lain tanpa adap hanya tertawa melihat penderitaanya, malah Rafael menvideokan mereka.

"Udah siap?" tanya petugas.

"Mas aba-aba dulu kalo mulai ya Mas," ujar Harsa panik.

Petugas itu hanya tersenyum dan memecet tuas dari wahana yang membuat wahana itu melambung sangat tinggi yang membuat mereka bertingkah heboh seakan melepaskan beban

Sumpah rasanya Jantung Harsa pindah kedengkul karena sakit kaget dan tingginya wahana ini dan sumpah ia takut sekali. "BUNDA  AYAH, AKU GAK MAU MATI DULUUU," ucap Harsa histeris.

The Heart Of HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang