(11). Lamaran.

25 3 0
                                    

Kedatangan keluarga Qaid ke rumah A'iza di sambut dengan penuh hangat oleh keluarga A'iza. Kakak laki-laki A'iza yang juga menjadi wali A'iza mempersilahkan keluarga besar Qaid masuk ke dalam rumah mereka. Jika tetua di keluarga saling memperkenalkan diri, maka Qaid sejak tadi sibuk mencuri-curi pandang ke arah A'iza yang sedang duduk diantara kakak laki-laki dan kakak perempuannya. Bahkan sangking seringnya mencuri-curi pandang ke arah A'iza, Qaid sampai ditegur oleh ibunya.

"Kedatangan kami ke sini untuk mengantarkan dan menemani anak kami Qaid Khalaf Tsaqib untuk melamar A'iza. Perempuan yang menjadi pilihan anak kami setelah melakukan istikharah beberapa kali." Ucap ayah Qaid membuka suara tentang niat kedatangan mereka ke rumah A'iza. Karena merasa anaknya yang lebih pantas meminta A'iza kepada kakak laki-laki gadis itu, ayah Qaid menepuk pelan paha Qaid dan memberi isyarat dengan mata agar Qaid mengatakan sendiri niatnya.

"Sebelumnya saya mau mengucapkan permintaan maaf atas kelancangan saya yang sudah menaruh hati dan jatuh cinta pada A'iza yang selama ini dijaga dengan penuh cinta oleh orangtua dan juga keluarga. Tapi saya juga merasa sangat bersyukur karena Allah menjatuhkan hati saya pada A'iza bukan pada perempuan lain. Maka dari itu, saya datang kesini bersama keluarga saya berniat untuk melamar A'iza menjadi pasangan dunia akhirat saya. InsyaAllah melalui istikharah yang sudah saya lakukan hampir sebulan lebih saya yakin bahwa A'iza adalah perempuan yang Allah pilihkan untuk membersamai saya di dunia dan akhirat. Jadi saya meminta kepada Abang Kahfi sekiranya sudi menerima lamaran saya untuk A'iza," ucap Qaid dengan jantung yang sejak tadi terus menerus berdetak dengan cepat. Tak di pungkiri mau sepercaya diri apapun tadi ia saat diperjalanan menuju rumah A'iza, ketika berhadapan dengan keluarga A'iza Qaid menjadi gugup setengah mati. Namun genggaman tangan ibunya membuat Qaid merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

"Saya sebagai wali A'iza menggantikan almarhum ayah kami menyerahkan segala keputusan di tangan A'iza. Karena yang akan menjalankan rumah tangga nanti adalah adik saya. Jadi saya akan menghargai keputusan yang adik saya berikan sebagai jawaban dari lamaran kamu. Jadi bagaimana, Za, kamu menerima lamaran dari Qaid?" Tanya Abang Kahfi pada A'iza.

Gadis yang kini menjadi pusat perhatian semua orang itu dengan perlahan menganggukkan kepalanya. Dengan suara lembut dan malu-malu A'iza berkata, "InsyaAllah atas izin Allah lamaran Mas Qaid A'iza terima."

Seketika sorak sorai bahagia terdengar di ruang keluarga milik A'iza. Semua orang dengan perasaan lega mengucapkan rasa syukur atas penerimaan lamaran yang Qaid ajukan. Tentu saja setelah lamarannya diterima pasti akan ada sesi tukar cincin yang dilakukan sebegai pertanda bahwa mereka resmi saling mengikat satu sama lain. Ibu Qaid bertugas untuk memakaikan cincin di jari manis milik A'iza. Sementara kakak laki-laki A'iza bertugas untuk menyematkan cincin di jari manis Qaid.

Setelah proses pertukaran cincin selesai, Qaid memberikan buket bunga mawar yang ia bawa dari rumah pada A'iza beserta dengan beberapa hadiah yang khusus Qaid belikan untuk A'iza sebagai hadiah lamaran mereka.
"Ibu, tolong bilangin ke menantu ibu kalau hari ini dia cantik banget pakai baju gamis warna putih. Bahkan bunga mawar di tangannya kalah cantik dengan senyumannya," bisik Qaid pada ibu. Sebenarnya ibu enggan meladeni anak sulungnya itu. Tapi melihat betapa berbunga-bunganya putra sulungnya itu saat ini, akhirnya ibu memilih menyampaikan apa yang tadi di bisikkan oleh putra sulungnya tadi.

"Nak A'iza, kamu mau tahu gak apa yang Qaid katanya pada ibu barusan?" Tanya ibu pada A'iza yang sebentar lagi akan menjadi putrinya.

"Apa, Bu?" Tanya A'iza penasaran.

"Kata Qaid, kamu hari ini terlihat sangat cantik mengenakan gamis putih. Bahkan bunga mawar merah yang lagi kamu pegang kalah cantik sama senyuman kamu." Ujar ibu memberitahu.

Lagi-lagi seluruh keluarga yang menyaksikan dibuat tertawa terbahak-bahak. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang langsung meledek Qaid terang-terangan. Qaid yang di ledek tak merasa malu sedikitpun sementara A'iza, gadis itu bahkan wajahnya sudah semerah tomat mendengar perkataan calon ibu mertuanya dan suara ledekan keluarga mereka.

Berseminya Cinta Di Bawah Kubah Mesjid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang