(9). Diterima.

43 3 0
                                    

-----
From : A'iza Humaira.
Assalamu'alaikum, Mas Qaid.
Perihal jawaban dari lamaran Mas Qaid seminggu yang lalu, dengan izin Allah lamaran Mas Qaid A'iza terima. Jadi kapan kira-kira Mas Qaid bisa datang temui keluarga A'iza?
-----

"MasyaAllah, Ya Allah, terimakasih atas segala nikmat yang engkau berikan kepada hamba." Sangking senangnya Qaid sampai melakukan sujud syukur setelah membaca pesan yang A'iza kirimkan untuknya. Hal itu mengundang raut wajah kebingungan keluarganya.

"Kenapa ni? Senang banget nampaknya anak, Ibu," ujar Ibu dengan wajah tersenyum.

"Ibu, lamaran Qaid diterima!" Seru Qaid yang membuat seluruh keluarganya mengucapkan kalimat tahmid.

"Alhamdulillah kalau begitu. Jadi kapan Qaid mau datang ke rumah calon Qaid untuk dilakukan lamaran secara resmi?" Tanya ayahnya.

"Sekarang, Yah." Jawab Qaid dengan semangat.

"Eitt gak sabaran amat. Jangan sekarang juga dong. Kan kita butuh persiapan," celetuk Zaid dengan meledek.

"Ya udah. Kalau gitu besok aja,"

"Boleh. Nanti jangan lupa di kasih tahu A'iza nya ya kalau kita mau datang besok." Saran ibu yang diangguki oleh Qaid.

Sesuai dengan saran dari ibu, Qaid mendatangi toko roti milik A'iza setelah memastikan calon istrinya itu sedang berada di toko rotinya untuk membicarakan tentang lamaran yang akan dilakukan besok.

"MasyaAllah, cantik sekali." Gumam Qaid yang kemudian kembali menundukkan pandangannya setelah sempat melihat kedatangan A'iza menuju meja yang ia tempati. Calon istri Qaid itu datang dengan mengenakan gamis berwarna putih dan hijab yang senada. Hal itu membuat wajah A'iza menjadi terlihat bersinar dan juga bercahaya.

"Assalamu'alaikum, Mas Qaid," sapa A'iza.

"Wa'alaikumussalam. Duduk, A'iza." Qaid mempersilahkan A'iza untuk duduk di bangku yang terletak di hadapannya.

"Jadi, ada yang ingin Mas Qaid sampaikan?" Tanya A'iza yang diangguki oleh Qaid.

"Saya sudah mengatakan niat saya untuk melamar kamu kepada keluarga saya. Dan saya beserta keluarga sepakat untuk datang melamar kamu besok," ucap Qaid yang membuat kedua mata A'iza langsung melotot.

"Loh, besok banget nih?" Tanya A'iza.

Qaid menganggukkan kepalanya. "Iya, besok. Niat baik tidak boleh di undur lama-lama harus segera dilaksanakan,"

"Oke. Tapi sebelum itu Mas Qaid harus tahu kalau A'iza tidak seperti perempuan sholehah di luar sana. A'iza itu ilmu agamanya sedikit, A'iza juga keras kepala, egois, dan susah dinasehati. A'iza banyak kurangnya, Mas. Dengan semua kekurangan A'iza, Mas Qaid yakin masih mau menikahi A'iza?" Tanya A'iza.

A'iza pikir, Qaid akan berpikir ulang tentang niatnya untuk menikahi dirinya. Namun ternyata Qaid tanpa pikir panjang langsung menganggukkan kepalanya. "Saya bersedia. A'iza, segala kekurangan kamu nanti akan saya tutupi dengan kelebihan yang saya punya. Saya tidak sesempurna yang kamu bayangkan. Oleh sebab itu Allah pilihkan kamu untuk menyempurnakan saya dan saya yang Allah pilihkan untuk menyempurnakan kamu. A'iza, kamu harus tahu kalau istri yang baik dan sholehah itu bukan di cari tapi dibentuk oleh suaminya."

Kata-kata yang Qaid berikan bagaikan obat penenang untuk A'iza yang selalu overthinking merasa bahwa ia tak pantas untuk Qaid yang terlalu sempurna dari segi fisik dan agamanya.

"A'iza, kamu mau tahu apa visi misi saya dalam pernikahan?" Tanya Qaid yang dijawab anggukan oleh Aiza.

"Apa, Mas?"

"Visi misi saya dalam menikah adalah saya ingin berjalan bergandengan tangan dengan kamu di dunia maupun di akhirat. Saya ingin menggandeng kamu bukan cuma di dunia tapi saya juga akan membawa dan membanggakan kamu di hadapan seluruh penduduk langit." Jelas Qaid pada A'iza.

Berseminya Cinta Di Bawah Kubah Mesjid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang