"Cari apa sih, Mas?" Tanya A'iza yang sejak tadi melihat Qaid seperti sedang mencari sesuatu di sekitarnya.
"Cari suara kamu. Soalnya dari tadi saya gak ada denger suara kamu," jawab Qaid yang dibalas dengusan malas oleh A'iza.
"Ngapain cari-cari suara A'iza?" Tanyanya pura-pura cuek.
"Rasanya ada yang hilang kalau gak denger suara kamu," sahut Qaid dengan lembut.
"Humaira, kamu marah ya sama Mas? Atau kamu kesel Mas ngobrol sama ibu-ibu tadi? Tenang aja, tawaran ibu-ibu tadi saya tolak kok. Kan saya sudah punya calon istri dan ibu dari anak-anak saya nanti yaitu kamu," tutur Qaid sambil sesekali melirik ke arah A'iza.
"Tapi rugi loh Mas nolak tawaran ibu tadi. Anaknya sholehah banget loh. Bercadar juga lagi," ujar A'iza sambil melihat lalu lalang mobil di jalanan. Jika orang lain akan bertemu di cafe atau sejenisnya, maka A'iza dan Qaid lebih memilih bertemu di halaman mesjid setelah selesai melaksanakan sholat.
"Gak usah insecure. Nanti kamu juga akan menjadi wanita sholehah dan dicemburui oleh penduduk langit. Karena saya sudah berjanji dengan Tuhan saya untuk menjadikan istri saya menjadi wanita sholehah agar nanti kamu tak perlu merasa cemburu dengan para bidadari surga karena dengan kesholehan kamu akan menjadikan kamu lebih indah dan cantik dari bidadari surga," tutur Qaid yang membuat A'iza seketika salah tingkah.
"Halah bisaan banget bujuknya biar A'iza gak kesal lagi," cibir A'iza.
Qaid yang mendengar cibiran A'iza hanya tertawa pelan. "Belakangan ini saya lagi belajar bagaimana cara memperlakukan istri dengan baik. Ya sudah sekalian saja saya praktekkan," ucap Qaid.
"Oh iya, saya boleh minta bantuan kamu gak?" Tanya Qaid.
"Bantuan apa?"
"Ini." Qaid menyodorkan ponsel miliknya pada A'iza. "Saya mau potong rambut. Menurut kamu model potongan yang bagus untuk saya yang gimana?" Tanya Qaid.
"Kok tanya sama A'iza?"
"Tiga hari lagi kan kita berangkat ke Mekkah buat umrah bareng-bareng sama keluarga dan akad nikah kita di Madinah. Saya pengennya waktu akad nikah kita nanti rambut saya kelihatan bagus. Makanya saya minta tolong kamu buat pilihan model potongan rambut yang cocok untuk saya. Hitung-hitung sekalian kamu belajar. Nanti setelah kita menikah setiap saya pengen potong rambut saya bakal tanya ke kamu. Kan yang bakal melihat penampilan saya setiap harinya itu kamu. Saya juga mau kelihatan tampan di hadapan istri saya," jelas Qaid.
"Oh gitu." A'iza berusaha mencoba biasa saja walaupun sebenarnya hatinya sudah meleleh mendengar ucapan Qaid barusan.
"Kayaknya yang ini bagus deh untuk Mas." A'iza menujuk pada salah satu model rambut yang tertera di layar ponsel Qaid.
"Kalau gitu nanti saya potong rambut model begini," ucap Qaid menerima saran dari A'iza.
"Oh iya, biasanya setiap hari kamu bangun jam berapa?" Tanya Qaid tiba-tiba.
"Kenapa? Mas Qaid takut ya A'iza bangunnya telat waktu kita sudah menikah nanti?" Tanya A'iza balik.
"Bukan. Kalaupun nanti ketika kita sudah menikah kamu bangunnya telat, kan ada saya yang akan bangunin kamu buat sholat subuh," jawab Qaid.
"Terus kenapa nanya?"
"Gapapa pengen nanya aja,"
"A'iza biasanya bangun jam 3 subuh. Kalau lagi gak sholat bangunnya jam 6 pagi," jawab A'iza.
"Oh gitu." Balas Qaid sambil menganggukkan kepalanya.
~ 🎀🎀🎀~
Sesuai dengan kebiasaannya sehari-hari, di jam tiga pagi A'iza akan langsung terbangun dari tidurnya. Memulai harinya dengan mandi dan melaksanakan sholat tahajjud. Biasanya sambil menunggu azan subuh, A'iza akan membaca Al-Qur'an lalu setelahnya bermain ponsel sambil berdzikir. Untuk sekedar melihat pesan yang masuk ke ponselnya ketika ia sudah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berseminya Cinta Di Bawah Kubah Mesjid.
RomanceIni kisah A'iza yang tanpa sengaja bertemu dengan Qaid si laki-laki paham agama yang sering melaksanakan sholat berjamaah di mesjid yang sama dengannya. Pertemuan tanpa sengaja itu pada akhirnya membuat mereka terus-menerus bertemu di tempat yang sa...