Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setelah selesai melaksanakan ibadah umrah bersama-sama dua hari yang lalu, hari ini tepatnya hari Jum'at bada subuh Qaid di hadapan keluarga di dalam Masjid Nabawi dengan lantang mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas tanpa di ulang.
"قبلت نكاحها وتزويجها على المهر المذكور ورضيت بهى واللهولي التوفيق."
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAH!"
Dengan di sahkannya ijab kabul Qaid dan A'iza, seluruh keluarga yang menyaksikan langsung bernafas dengan lega dan melantunkan kalimat Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur atas kelancaran acara ijab kabul Qaid dan A'iza. Semua yang ada di sana sama-sama saling mendo'akan agar rumah tangga Qaid dan A'iza berjalan sakinah mawadah warahmah dan dilindungi dari segala keburukan.
"Ayo Kakak tuntun ke hadapan Qaid, Za." Ujar kakak ipar A'iza yang diangguki oleh A'iza.
Dengan dituntun kakak iparnya, A'iza berjalan menuju Qaid yang sedari tadi menunggunya. Kedua mata Qaid yang sebelumnya menunduk menghindari menatap wajahnya kini dengan terang-terangan menatapnya sambil tersenyum manis. Dan hal itu membuat A'iza bertambah semakin gugup."Salim sama Qaid, Za," perintah Kahfi.
Karena terlalu gugup, tangan A'iza sampai bergetar saat ingin memegang tanga Qaid. Bahkan ketika tangannya hampir menyentuh tangan Qaid, A'iza langsung kembali menarik tangannya. Sedangkan Qaid dengan sabar menunggu A'iza mengambil tangannya untuk di cium. Hingga pada akhirnya tangan A'iza dan tangan Qaid saling bertautan. Ini adalah sentuhan pertama mereka setelah mereka menikah. Ada perasaan aneh namun juga membahagiakan karena kini mereka sudah halal untuk saling berpegangan atau sekedar saling menatap satu sama lain.
"MasyaAllah, cantik sekali cintanya Mas," bisik Qaid saat ia hendak mendo'akan A'iza.
Seperti layaknya pengantin pada umumnya, Qaid memegang ubun-ubun A'iza dan mendo'akan segala kebaikan untuk A'iza dan berharap A'iza dijauhkan dari segala keburukan yang ada di dunia.Setelahnya, mereka dipersilahkan untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat yang memang dilakukan banyak pengantin setelah acara akad nikah selesai. Sementara keluarga yang lain memilih untuk berbincang-bincang sambil menikmati buah kurma dan air zam-zam.
Ketika Qaid dan A'iza selesai melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, Qaid segera membalikkan badannya menghadap ke arah A'iza. Tangannya terulur untuk mengusap kedua tangan A'iza yang saling bertautan pertanda istrinya itu sedang dilanda rasa gugup.
"Kalau kemarin-kemarin Mas gak berani bilang kalimat ini karena kita belum menikah, sekarang Mas sudah bisa melakukannya karena kita sudah menikah dan kamu sudah halal untuk Mas. Humaira, dengan nama Allah Mas mencintai kamu dengan seluruh hati dan nyawa yang Mas punya. Selagi Mas bernafas dan masih bernyawa, Mas akan selalu mencintai kamu dengan segala kondisi yang kamu alami." Ungkap Qaid dengan tatapan tulusnya.
Hati A'iza terasa menghangat ketika untuk pertama kalinya ia mendengar kalimat pernyataan cinta dari Qaid yang begitu romantis.
"A'iza juga mencintai Mas dengan seluruh hati dan nyawa yang A'iza punya. Takdir untuk mencintai dan menikah dengan Mas begitu A'iza syukuri karena Allah dengan begitu baiknya menuliskan takdir ini untuk A'iza." Balas A'iza dengan pandangan penuh cinta.
Untuk beberapa saat mereka saling berpandangan dan saling tersenyum. Hingga tanpa diduga-duga Zaid datang menghampiri mereka yang membuat suasana romantis diantara mereka seketika langsung menjadi buyar. Adik ipar A'iza itu datang dengan membawa sepiring buah kurma dan juga segelas air zam-zam.
"MasyaAllah pengantin baru. Sangking berbunga-bunganya karena habis nikah jadi lupa buat sarapan. Nih ada kurma sama air zam-zam." Ujar Zaid sambil meletakkan buah kurma dan segelas air zam-zam di hadapan Qaid dan A'iza.
"Terimakasih, Zaid, " ucap Qaid sambil tersenyum.
"Sama-sama." Zaid yang berniat hanya memberikan buah kurma dan air zam-zam pada pengantin baru itupun segera beranjak dari hadapan Qaid dan A'iza setelah memberikan beberapa godaan kepada pengantin baru itu.
Selepas Zaid meninggalkan mereka, Qaid mengambil satu buah kurma lalu membelahnya untuk mengeluarkan bijinya. Setelahnya, Qaid mengulurkan tangannya untuk menyuapkan kurmanya pada A'iza.
"Gigit setengah, sayang." Pinta Qaid sembari menyodorkan buah kurma yang ia pegang. Setelah A'iza menggigit setengah buah kurmanya, sisa gigitannya Qaid makan sambil melihat A'iza yang sedang mengunyah buah kurma yang ia berikan tadi.
"Semoga perjalanan rumah tangga kita seperti buah kurma yang manis ini ya," ujar Qaid setelah menelan buah kurma yang ia makan.
"Aamiin," sahut A'iza.
Tak hanya kurma, Qaid juga menyodorkan gelas berisi air zam-zam pada A'iza. "Minum setengahnya, sayang, biar sisanya Mas yang minum." Pinta Qaid lagi.
"Sekarang giliran Mas yang minum duluan. Biar sama-sama dapat berkah," tolak A'iza.
"Oke. Apa sih yang enggak untuk cintanya Mas." Gombal Qaid yang membuat A'iza tersipu malu."Nih, minum." Qaid memberikan sisa air zam-zam yang sudah ia minum setengahnya pada A'iza.
Selama A'iza meminum air zam-zam sisanya, bibir Qaid terus saja tersenyum sambil menatap ke arah A'iza. Rasanya Qaid ingin terus-menerus memandangi istrinya itu tanpa mengalihkan pandangannya sedetikpun.
"Kenapa liatin A'iza terus?" Tanya A'iza dengan wajah malu-malu.
"Sayang, Mas bersaksi atas nama Allah yang telah mengkaruniakan kamu wajah yang begitu indah. Setiap kali Mas menatap mata kamu, Mas selalu melihat kedamaian disana. Kehadiran kamu di dekat Mas membuat Mas selalu terpesona. Seakan ada begitu banyak hal kerinduan dan kemesraan. Semoga Allah memberkahi kita menjadi pasangan dunia akhirat karena wallahi rasanya tidak cukup jika Mas hanya membersamai kamu dan menyaksikan keindahan kamu hanya di dunia saja. Kata orang kedipan mata seorang perempuan akan membuat laki-laki menjadi lemah. Tapi justru menurut Mas, pandangan mata kamu mengajarkan tentang kedamaian dan juga rasa syukur. Setengah jam saja memandang kamu Mas bisa katakan Mas bersumpah bahwa wajah kamu membawa kedamaian dihidup Mas. Setelah ini kamu akan menjadi surga yang begitu nikmat di dunia untuk Mas rasakan sepanjang nafas Mas masih berhembus. Dan ketika nafas Mas tak lagi berhembus Mas bersumpah akan menggandeng kamu menuju surga milik Allah untuk kita tinggali dan nikmati bersama-sama." Tutur Qaid dengan tatapan matanya yang menatap lekat mata A'iza.
"Allah itu baik banget ya, Mas, takdirin kita berdua berjodoh. Kalau saat itu Mas Qaid lebih milih mengabaikan A'iza dan gak ngasih A'iza coklat sama tasbih, mungkin saat ini kita tak akan berada disini untuk melaksanakan akad nikah. Makasih ya, Mas, sudah bersedia mencintai A'iza. A'iza janji A'iza bakal mencintai Mas sebanyak Mas mencintai A'iza," balas A'iza sambil mencium punggung tangan dan telapak tangan Qaid.
Qaid mengangguk. "Karena kita berjodoh makanya Allah merancang pertemuan kita. Bukan karena bertemu lalu berjodoh. Dan Allah memilih takdir yang begitu romantis untuk mempertemukan dan menyatukan kita berdua."
"Karena Allah adalah maha romantis." Ujar A'iza menimpali sambil tersenyum manis.
Allah itu maha romantis. Tiada yang bisa menyaingi keromantisan Allah dengan hambanya. Itu sebabnya janganlah kamu ragu dengan jodohmu dan bagaimana kamu bertemu dengan jodohmu. Jika kamu yakin dengan kuasa Allah, maka Allah akan memberikan kamu jodoh yang terbaik dan segera mempertemukan kamu dan jodohmu dengan cara yang romantis. Percayalah janji Allah itu pasti, bukan bohong.Jika kamu berjodoh dengan seseorang maka Allah akan merancang pertemuanmu dengannya. Jadi bukan karena berpacaran lalu kalian berjodoh. Namun karena berjodohlah makanya bertemu. Jodohmu tergantung bagaimana kamu mengambilnya. Apakah kamu mau mengambil dengan cara yang haram yaitu berpacaran atau kamu mau mengambilnya dengan cara yang halal yaitu menikahinya, seperti Qaid dan A'iza yang memilih mengambil jodoh mereka dengan cara halal dan memulai kisah percintaan halal (pernikahan) mereka di bawah kubah Masjid Nabawi di tanah suci Madinah.
- END -
KAMU SEDANG MEMBACA
Berseminya Cinta Di Bawah Kubah Mesjid.
RomanceIni kisah A'iza yang tanpa sengaja bertemu dengan Qaid si laki-laki paham agama yang sering melaksanakan sholat berjamaah di mesjid yang sama dengannya. Pertemuan tanpa sengaja itu pada akhirnya membuat mereka terus-menerus bertemu di tempat yang sa...