(15). Dua tangkai bunga Garbera.

18 3 0
                                    

"Assalamu'alaikum." Sapaan salam dari luar rumahnya membuat A'iza segera berlari menuju ke pintu. Disana sudah berdiri Qaid dengan menenteng plastik yang A'iza yakini adalah makanan kesukaannya. Karena sebelum Qaid datang ke rumahnya untuk mengajak abangnya mencari rumah tempat tinggal mereka setelah menikah, abangnya Kahfi sempat mengatakan bahwa Qaid tadi menghubungi abangnya itu cuma untuk menanyakan tentang makanan kesukaannya.

"Wa'alaikumussalam, Mas,"

"Ini ada mpek-mpek kesukaan kamu." Ujar Qaid memberikan plastik berisi mpek-mpek yang ia bawa pada A'iza.

"Terimakasih. A'iza juga ada sesuatu untuk, Mas Qaid. Sebentar ya. Mas Qaid duduk dulu aja, abang juga lagi siap-siap." Ucap A'iza.
Setelah mempersilahkan Qaid untuk duduk, A'iza berjalan masuk meninggalkan ruang tamu dan menuju kamar miliknya. Mengambil sesuatu yang akan ia berikan kepada Qaid.

"This is for you." A'iza menyerahkan dua tangkai bunga garbera berwarna putih dan merah pada Qaid yang diterima dengan malu-malu oleh Qaid. Tak dipungkiri Qaid merasa bahagia diberikan dua tangkai bunga garbera yang terlihat cantik oleh A'iza. Apalagi ini adalah bunga pertama yang ia dapatkan di dalam hidupnya.

"Mas mau tau gak kenapa A'iza tiba-tiba ngasih Mas bunga?" Tanya A'iza yang dibalas anggukan oleh Qaid. "Kenapa?" Tanya Qaid.

"Karena laki-laki juga layak mendapatkan bunga sebagai bentuk kasih sayang atau apresiasi. Selama ini Mas Qaid selalu memperlakukan A'iza dengan baik, jadi bunga ini sebagai bentuk apresiasi A'iza untuk Mas. Terimakasih ya karena sudah memperlakukan A'iza dengan baik. A'iza harap setelah menikah nanti perlakukan baik Mas ke A'iza gak berubah ya," jelas A'iza diakhiri dengan harapannya untuk Qaid.

"InsyaAllah gak bakal berubah malah saya akan memperlakukan kamu lebih baik lagi setelah kita menikah nanti," jawab Qaid.
Sebenarnya ada hal yang membuat A'iza terus menerus kepikiran. Dan kegelisahan A'iza itu ditangkap baik oleh Qaid yang peka terhadap perubahan yang A'iza tunjukan.

"Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya Qaid.

A'iza sempat membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Qaid. Tapi sedetik kemudian ia malah kembali merapatkan kedua bibirnya dan duduk dengan lesu dihadapan Qaid.

"Kenapa, Humaira? Ada yang menganggu pikiran kamu?" Tanya Qaid lagi dengan lebih lembut.

"Mas Qaid," panggil A'iza.

"Hm? Kenapa? Ada yang menganggu pikiran kamu, Humaira?" Tanya Qaid yang diangguki oleh A'iza.

"Kalau seandainya Mas Qaid bosan sama A'iza, apa Mas Qaid bakal ninggalin A'iza atau selingkuhin A'iza?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir A'iza tak pernah Qaid perkirakan sebelumnya. Ternyata memang benar bahwa perempuan dan overthingkingnya tentang ketakutan dalam pernikahan itu tak akan pernah bisa dipisahkan.

"Astaghfirullah. Humaira, mencintai itu ada levelnya. Level yang paling rendah adalah mencintai karena nafsu. Dan level mencintai paling tinggi adalah mencintai karena Allah. Dan saya berada di level mencintai kamu karena Allah. Tujuan saya menikahi kamu karena Allah yang menyuruh saya. Bukan karena kamu cantik, pintar masak, pintar beres-beres rumah atau hal lainnya. Tapi karena Allah yang menyuruh saya untuk menikah dengan kamu. Jika Allah yang menyuruh, maka tidak akan ada yang memisahkan kita selain kematian. Dan karena cinta itu berasal dari Allah, maka cinta itu tak akan pernah padam atau menghilang," jelas Qaid. "Udah gak usah overthinking. Karena segala ketakutan kamu tentang menikah itu berasal dari setan," lanjut Qaid yang langsung membuat A'iza mengucapkan istighfar.

Saat mereka sedang asik-asiknya berbincang, Kahfi tiba-tiba saja memuncul dari balik tembok sambil menggendong anak bungsunya.

"Qaid, sebentar ya anak bungsu Abang lagi susah banget nih ditinggalin." Ujar Kahfi sambil melirik ke arah anak bungsunya digendongannya yang sedang memeluk erat lehernya.

"Iya gapapa, Bang,"

"Za, kamu gak buatin Qaid minuman?" Tanya Kahfi yang seketika membuat A'iza tersadar.

"Astaghfirullah, A'iza lupa. Sebentar ya Mas Qaid, A'iza buatin dulu minumannya." Ujar A'iza yang segera meninggalkan ruang tamu untuk membuatkan Qaid minuman.

Sepeninggalan A'iza dan Kahfi, Qaid memilih membuka ponselnya dan mencari bagaimana cara merawat bunga garbera yang A'iza berikan. Dan lima menit setelahnya, A'iza kembali sambil membawa secangkir teh dan beberapa potong brownies coklat buatannya.

"Nih Mas minuman sama browniesnya." Ujar A'iza sambil meletakkan teh dan browniesnya di hadapan Qaid.

"A'iza, saya boleh minjam gunting dan minta gula satu sendok gak?" Pinta Qaid tiba-tiba.

"Untuk apa? Teh nya udah A'iza kasih gula kok,"

"Bukan untuk tehnya. Tapi ada hal lain yang mau saya lakukan,"

Walaupun penasaran, A'iza memilih untuk tak banyak bertanya dan langsung mengambilkan barang yang Qaid butuhkan.

"Nih," ucap A'iza sambil menyodorkan barang yang Qaid minta.

Setelah mendapatkan gunting dan juga gula, Qaid meminta izin pada A'iza untuk ke mobilnya sebentar. Di salam mobilnya, Qaid melepaskan bunga dari buketnya lalu menggunting ujung tangkainya. Tak lupa Qaid memasukkan gula ke dalam botol minum kemasan yang baru ia minum sedikit. Selesai dimasukkan, Qaid mengaduk gula yang ada di dalam botol minum kemasannya lalu memasukkan dua tangkai bunga garbera yang A'iza berikan padanya.

"Nah, semoga bunganya bisa bertahan lama dan gak cepat layu." Gumam Qaid setelah meletakkan botol air mineral yang ia jadikan vas bunga mendadak di cup holder yang ada di mobilnya.

"MasyaAllah, Mas Qaid ternyata manis banget ya, bunga yang A'iza kasih langsung di masukin ke dalam botol mineral biar gak cepat layu," ujar A'iza tiba-tiba. Membuat tubuh Qaid mendadak menjadi kaku karena merasa di pergok oleh A'iza. Sedangkan gadis cantik berjilbab hitam itu dengan santainya berdiri sambil menunduk melihat ke dalam mobil Qaid.

"Tahu gak sih Mas Qaid kenapa A'iza ngasih bunganya cuma dua tangkai doang?" Tanya A'iza yang dibalas gelengan oleh Qaid. Laki-laki itu dengan perlahan mengubah arah duduknya yang membelakangi A'iza jadi menghadap ke arah A'iza. Namun matanya menatap ke arah sendal berwarna pink yang A'iza kenakan. Sendalnya terlihat lucu karena dihiasi banyak karakter jibbitz yang lucu-lucu.

"Kenapa?" Tanya Qaid.

"Karena A'iza mengibaratkan dua bunga itu adalah Mas Qaid dan A'iza. Yang warna putih adalah Mas Qaid dan warna merah adalah A'iza. Lucu kan?" Tanya A'iza yang diangguki oleh Qaid.

"Pada ngapain disini? Dicariin dari tadi kirain kemana," ucap Kahfi yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Bang Kahfi tahu gak, tadi A'iza ngasih Mas Qaid bunga terus sama Mas Qaid bunganya di letak di botol kemasan biar gak layu. Lucu ya, Bang,"

"Ye kamu mah semua tentang Qaid juga bilang lucu," cibir Kahfi.

"Betul juga," A'iza terkikik mendengar cibiran abangnya yang seratus persen benar.

"Itu bunganya gak layu di letak di dalam mobil, Id?" Tanya Kahfi pada Qaid.

"Cuma sementara, Bang. Nanti pas pulang Qaid letak di dalam kamar," jawab Qaid sambil berjalan ke arah Kahfi diikuti oleh A'iza yang mengintili Qaid di belakang.

"Cie, cie, bunganya mau di simpan di dalam kamar pasti biar selalu ingat sama A'iza kan?" Ledek A'iza yang berakhir dengan disentil oleh Kahfi.

"Heran kok punya adek genit banget." Cibir Kahfi yang dibalas selokan tajam oleh A'iza. Sementara Qaid hanya tersenyum melihat interaksi dua beradik itu.

-to be continued-

Berseminya Cinta Di Bawah Kubah Mesjid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang