"Aku janji akan jaga kamu dan anak-anak kita, apapun dan seberat apapun yang terjadi ke depannya." —Aris Mahawirya
***
"Erina? Namanya bagus. Sama-sama berawalan huruf 'E' sepertimu, pula," Aris menanggapi seperlunya. Lelaki itu sedang sibuk bermain dengan butir-butir pasir yang mulai memenuhi sandalnya yang tipis.
Elatri tersenyum lebar, bangga pilihannya dihargai. "Mau tau, enggak, artinya apa?" Wanita itu memancing lagi.
"Mau, dong."
"Aku ambil dari Bahasa Yunani, Mas. Nama 'Erina' artinya musim semi atau pahlawan."
Aris menoleh ke arah istrinya yang sedang menyandarkan kepala di tengkuk lehernya, tersenyum bangga telah memilikinya. Lelaki itu mengubah posisi, merangkul wanitanya lebih dekap.
"Kok, dua artinya beda jauh, gitu?"
"Haha, gak tahu, Mas!" Elatri terkekeh geli. "Tapi bagus, kan? Erina Mahawirya."
"Iya, Sayang. Bagus, kok. Kamu pinter deh milih nama."
***---***
Erina Ratni Mahawirya.
Itulah nama lengkap bila anak yang mereka miliki adalah seorang putri, yang diomong-omong sekilas di pantai kala itu. Suara riang Elatri masih terekam jelas, senyum dan tawanya saat terus-terusan berkisah tentang bagaimana dia akhirnya yakin untuk memilih nama itu.
Seakan seperti angin lalu. Siapa kira bahwa obrolan itu telah berlalu satu tahun lamanya?
"Aa, kasih ini buat istrimu, sana," seorang wanita dengan kening yang berkerut dan sekujur tubuh berkeriput itu tiba-tiba muncul di ambang pintu. Tangan keriput namun mulianya itu memegang sebungkus camilan yang baru saja ia beli dari toko kelontong ujung jalan.
Aris tersentak, sedikit terkejut. Lelaki itu begitu tenggelam dalam kenangan bahagia, mengagumi foto-foto lama yang dia simpan di laci mejanya.
"A, boleh ngobrol sebentar?" Wanita itu memanggil lagi.
"Eh, iya, Mak?" Aris akhirnya bangkit dari duduknya, sesuai yang diharapkan.
Wanita itu seringkali disebut-sebut sebagai "Raja-nya Mahawirya" di tengah-tengah sanak saudara ataupun keluarga-keluarga lain yang memiliki kedudukan. Ya, raja. Bukan ratu. Dialah Taguhi Mahawirya, dipercaya oleh keluarga asalnya bahwa dia adalah keturunan raja terdahulu, ratusan tahun lalu.
Taguhi, kini biasa dipanggil 'Mak Tia' hidup sebagai ibu tunggal pasca suaminya tewas sebagai abdi negara.
Kala itu suaminya tewas meninggalkan dirinya beserta tiga anak lelakinya yang masih di umur masa kanak-kanak. Aris yang merupakan anak pertama saja masih berumur 6 tahun kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pembunuh "Alisa"
Mystery / ThrillerSeperti jiwa yang terlahir kembali dengan raga yang telah mati. Seperti jiwa yang memburu keadilan bagi raganya sendiri. Mungkin seperti itulah takdir hidup Alisa. Tidak, takdir hidup Alisa jauh lebih dari itu. Lebih rumit, lebih mengerikan, lebih m...