15. Garis Keturunan

84 33 59
                                    

"Tak ada yang tahu bagaimana keturunan ini bermula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak ada yang tahu bagaimana keturunan ini bermula. Tak ada pula yang tahu, bagaimana cara untuk mengakhiri keturunan ini."

***

"Alisa!" Agaskar sepertinya sedikit terkejut dengan kehadiran Alisa yang tanpa kabar

Alisa menyeringai, ia kemudian melambai dari balik pagar saat Agaskar mulai melangkah mendekat, hendak membiarkannya masuk.

"Tiba-tiba sekali," ucap lelaki itu saat Alisa melangkah masuk melewati pagar. "Apa ada sesuatu yang penting?"

"Apa kau sedang sibuk?" Alisa bertanya balik.

Agaskar mengangkat alis dan terkekeh kemudian. "Oh, aku sibuk setiap hari! Aku harus menjalankan bisnis Pamanku dan merawat tiga sepupuku. Oh! Sungguh, sibuk!" Ia melebih-lebihkan, dengan gestur tubuh yang mengadahkan tangan.

"Apa sih," Alisa mengernyitkan dahinya dan berekspresi tak suka. Gadis itu kemudian melangkah ke rumah yang dahulu ditempati Baya, berbalik lalu menunggu Agaskar mengikutinya.

Agaskar terpaku di sana, heran.

"Gak usah bingung, aku sudah ke sini dua kali."

"Bisa bicara sebentar?" Alisa bertanya lagi dan menunjuk pada pintu yang terkunci. Gadis itu ingin masuk, duduk di ruang dapur dan berbincang panjang.

"Hm, aku ambil kuncinya dulu sebentar," tanggap lelaki itu kemudian masuk ke rumah Bunga.

Untuk sementara, sebut saja rumah-rumah ini sebagai rumah Bara, rumah Baya dan rumah Bunga. Tiga rumah ini terlalu mirip untuk dibedakan selain dari penghuninya dahulu.

Alisa dengan sabar menunggu. Sejujurnya ia ingin memperpanjang waktu, menunda momen di mana dia dan Agaskar akan duduk dan berbincang. Pikirannya kusut penuh keputusan yang sangat bimbang untuk diputuskan.

Haruskah.. Alisa mengaku?

Bahwa dia adalah orang yang membunuh tiga anggota keluarga Gelvino?

Alisa menjentik-jentikkan jarinya. Selama ini yang tahu bahwa dirinya adalah pembunuh hanya Matilda seorang, di mana Alisa bebas menjadi apapun dan siapapun dengan kondisi bagaimanapun di hadapannya.

Tak ada siapapun lagi yang tahu.

Namun.. Agaskar. Rasanya orang itu harus tahu, siapa Alisa di sisi yang lain.

"Lis, aku gak bisa lama-lama, ya. Masih ada tiga bocah yang harus diurus," Agaskar kembali dengan beberapa kunci dalam satu gantungan, ia menggenggamnya hati-hati.

"Makan siang?"

"Iya, aku yang mengurus mereka sepenuhnya. Yaaa.. Paling-paling ibu-ibu tetangga bantu di hari kerja, tapi aku kan gak mau begitu merepotkan mereka," Agaskar mulai memutar kunci.

Si Pembunuh "Alisa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang