Bab 18

384 63 21
                                    

Derap langkah kaki di lorong hotel akhirnya berhenti di sebuah kamar. Kamar yang akan menjadi saksi dari dua anak manusia berstatus suami istri yang untuk pertama kalinya akan tidur di satu kamar yang sama.

Dengan helaan napas pelan, Angger mengetuk pintu, berharap sang istri akan segera membuka pintu karena lelaki itu tidak membawa kunci.

Irene bergegas membuka pintu, sesuai prediksi ada Angger di depan pintu.

"Baju kamu sudah aku taruh di atas ranjang mas. Pakai celana pendek aja, kan mau games."

"Mas boleh masuk dulu gak?" Angger meminta izin.

Irene bergegas menjauh dari pintu; memberi ruang agar Angger bisa masuk ke dalam kamar daripada hanya sekedar berdiri di ambang pintu.

"Aku ganti di kamar mandi dulu."

Irene hanya diam, jujur saja dia bingung kenapa Angger harus meminta izin padanya.

Tidak berselang lama, Angger keluar dari kamar mandi. Celana pendek dan kaos abu-abu sudah merengkuh tubuh tegapnya.

"Kemeja outer-ku dimana ya Rene?" Tanyanya seraya menyerahkan pakaian yang ia kenakan sebelumnya karena sang istri memintanya.

Irene hampir lupa kalau Angger selalu mengenakan kemeja bahkan di acara casual sekalipun.

"Di almari mas." Jawabnya santai walaupun sebenarnya ia masih sangat gugup harus satu kamar dengan Angger. Wanita itu berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa. Tangannya sedang sibuk melipat pakaian Angger yang baru saja ia terima.

"Ini nanti game-nya apa?"

"Paling tepung, atau kalau nggak ya basah-basahan, terus..."

"Ganti kalau gitu!" Ujarnya tiba-tiba dengan nada tegas, memaksa Irene tidak melanjutkan kalimatnya.

"Mas mau ganti?" Tanyanya bingung.

"Kamu yang ganti. Kalau basah-basahan jangan pakai kaos putih, aku gak mau istriku dilihatin orang lain." Perintahnya dengan nada tegas tetapi sorot matanya terlihat hangat.

Angger berjalan melewati Irene menuju ke area tengah dimana ada ruang tamu disana, seolah memberi Irene ruang untuk segera mengganti pakaiannya.

Irene diam mematung, tanpa dia sadari dua ujung bibirnya tertarik ke atas tipi. Irene tidak membantah karena alasan Angger cukup bisa diterima olehnya. Benar, cukup fatal jadinya kalau ia harus mengenakan atasan berwarna putih saat harus bermain basah-basahan.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, suasana mendung tidak menghalangi mereka untuk menjalankan acara sesuai rencana.

"Silahkan membentuk tim masing-masing lima orang." Ancala memberi perintah.

Semua orang segera mencari tim masing-masing, begitu juga dengan Irene, Angger, Alexandra dan Bumi, suami dari Alexandra.

"Kurang satu Rene." Ujar Alexandra sembari melihat sekitar, mencoba mencari siapa yang bisa bergabung dengan tim mereka.

"Aca tuh." Celetuknya singkat.

"Dia gak ikut main Rene." Jawab Alexandra frustasi.

"Dhan!" Teriak Alexandra saat melihat Dhana yang baru saja memasuki area games. "Dhana!" Lagi Alexandra berteriak seraya melambaikan tangan, meminta Dhana untuk mendekat ke arah mereka.

Irene diam saat Alexandra memanggil Dhana, di sisi lain ada Angger yang terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Dhana di antara mereka.

"Sudah dapat kelompok semua?" Tanya Ancala dengan mic di tangan kanannya.

Peraduan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang