Bab 33

312 79 16
                                    

Getaran ponsel milik Irene berhasil memaksa sang empunya untuk bangkit dari tidur lelapnya. Entah jam berapa Angger masuk ke kamar hingga sekarang dalam posisi tidur sembari memeluknya dari belakang, yang jelas sekarang sudah pasti pukul setengah enam pagi karena memang semalam Irene menyalakan alarm agar dia bisa bangun pagi.

Dengan pelan, Irene coba memindahkan tangan Angger yang sebenarnya cukup terasa berat di bagian perutnya.

"Hmmm..." Lenguh Angger pelan saat merasa tubuhnya di gerakkan.

"Mau kemana sayang?" Gumam Angger seraya kembali mengeratkan pelukannya. Kepalanya ia sembunyikan di curug leher sang istri, membuat sensasi geli menjalar ke seluruh tubuh sang wanita.

"Mau bangun mas. Malu sama ibuk kalau bangun siang lagi." Ucapnya pelan seraya berusaha memindahkan tangan Angger yang masih tidak mau pergi.

"Nanti aja. Mas masih kangen sama kamu An."

An? Analla maksudnya?

Irene bergegas memaksa memindahkan tangan Angger. "Ini Irene mas, bukan mba Analla." Ujarnya lirih dengan nada penuh penekanan sebelum benar-benar melepaskan dirinya dari pelukan Angger.

Mendengar ucapan sang istri, sontak kedua mata Angger terbuka lebar. Lelaki itu sadar sudah melakukan kesalahan bahkan disaat hari masih sepagi ini.

"Rene maaf, mas gak bermaksud..."

"Gak papa." Sela Irene dingin; tangannya meraih kembali kimono yang semalam ia letakkan di kursi meja rias sebelum kembali mengikatkan simpul di bagian depannya.

"Santai aja mas, bukan yang pertama kalinya juga kan aku jadi bayang-bayang mba Analla?" Kali ini senyuman dan ekspresi sinis tergambar jelas di wajah Irene, seolah mempertegas kekesalannya kepada sang suami.

"Rene, mas...." Ucapan Angger terhenti saat wanita itu memilih masuk ke dalam kamar mandi.

"Bodoh banget!" Gerutu Angger pada dirinya sendiri. Lelaki itu tampak duduk di atas ranjang seraya menghela napas kesal.

*****

Angger yang baru saja keluar dari kamar mandi tidak mendapati keberadaan wanitanya di kamar. Helaan napas meluncur bebas dari bibirnya, dia tahu Irene pasti sangat kesal sekarang dikarenakan kesalahannya tadi pagi.

Di sisi lain, wanita yang sedang dicari oleh Angger justru sedang berkutat di bagian dapur bersih. Sang ibu mertua terlihat sedang menyiapkan jajanan pasar di meja besar yang berada di dapur bersih.

"Mau ada acara buk?" Tanya Irene seraya masuk ke dalam dapur. Tangan yang terbiasa memegang pisau bedah itu terlihat cukup terampil saat membantu sang mertua menata jajanan pasar di atas piring.

"Hari ini jadwalnya posyandu lansia nduk. Di halaman depan." Jelas sang mertua dengan senyum ramah.

"Setiap bulan memang disini buk?"

"Iya nduk."

Irene hanya mengangguk mengerti. Tidak ada lagi obrolan setelahnya, wanita itu memilih kembali berkutat dengan kue basah yang ada di meja saat sang ibu mertua meninggalkannya ke area dapur kotor yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Eh ada kue basah."

Irene hanya mendengus lirih saat mendengar suara sang suami yang masuk ke area dapur.

"Satu ya sayang?"

"Mas!" Irene menampik pelan tangan sang suami yang sudah terulur ke salah satu piring berisi kue putu ayu.

Peraduan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang