⋆.˚fourth 🦋༘⋆

638 68 6
                                    

tandai jika ada kesalahan



⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Setelah mendengar penjelasan dari pria asing itu, ia merasa sedikit tenang dan menghela napas lega.

"Anda mengulang kehidupan lagi ya..." ujar pria itu sambil menggenggam tangannya erat.

Perlahan, ia melepaskan genggaman tangan pria itu.

"Ya.." jawabnya lirih. Sejenak ia terdiam sebelum melanjutkan, "Aku ingin Miranda kembali. Kumohon..."

Melihat pemuda cantik itu memohon dengan begitu tulus, pria itu tersenyum senang.

"Baiklah," jawabnya setuju, "Namun, ada syaratnya."

"Tunggu!" sanggahnya, "Syarat apa?"

"Rahasia," jawabnya sambil tersenyum misterius.

Setelah mengucapkan kata terakhir itu, kesadaran Enrique di renggut seketika menjadi tertidur nyenyak.

────୨ৎ────

Sejak kapan dia tertidur..

tak lagi ia ingat. Mata perlahan terbuka, terusik oleh sengatan mentari pagi yang menyapa wajahnya.

Kelopak matanya yang terbuka menampilkan iris mata yang cantik terbelalak saat pandangannya menangkap sosok Miranda di ruangan. Sosok misterius yang tadi menemaninya, kini telah menghilang tanpa jejak.

"Miranda..." Panggilnya dengan suara pelan tetapi masih terdengar

Miranda menoleh, senyum merekah di wajahnya. "Kau sudah bangun, Pangeran?" suaranya lembut, penuh kelegaan.

Pangeran itu balas tersenyum tipis.

"Ya, kurasa begitu." Ia menggosok matanya, mencoba menghilangkan kantuk yang masih tersisa. Ini pertama kalinya ia merespons Miranda dengan begitu terbuka. Hatinya terasa hangat, seolah ada sesuatu yang berbeda

Tapi Enrique masih merasa bersalah karna membunuh seseorang yang tidak bersalah, ketika melihat Miranda

Tersentak dari lamunannya ketika Miranda berulang kali memanggilnya

"Pangeran... pangeran ada apa?" Katanya menatap wajah Enrique dengan khawatir. Wajah cantik Enrique terlihat murung.

"Tidak, itu aku hanya banyak pikiran," katanya sambil tersenyum canggung. Ia menghela napas panjang.

Wanita itu tersenyum lembut, jari-jarinya terus mengelus rambut putih Enrique. "Seorang pangeran Enrique, banyak pikiran? Umm, gemas sekali."

"Pangeran, apakah Anda ingin makan siang di ruang makan bersama anggota keluarga yang lain?" tanya pelayan itu dengan sopan.

I want to go backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang