06

932 22 1
                                    

Telfon alex berdering yang menghentikan kegiatan alex dan jo.
" Ada apa?" Tanya alex ke orang yang ada di telfon itu. Jo sudah kembali berdiri dan menunggu alex selesai.

"Party? Rumah glen" Alex melirik ke arah jo yang masih menunggunya. " Bisa okey gue ke sana" Kata alex dan menutup telfonnya.

" Gak jadi nih" Kata jo yang sekarang memanyunkan bibir nya " Nanti malam, ini kartu keluarlah cari makan, jalan-jalan atau belanja pakai ini saja" Kata alex dan menyerahkan kartunya ke jo.

"Gue pergi dulu mungkin baliknya malam" Kata alex dan mencium jo sebelum dia pergi.

Jo kembali bersandar ke pagar balkon sambil melihat kartu yang di kasih alex. Jo berpikir apakah hidupnya akan lebih baik jika dia terlahir kaya seperti alex.

Jo bahkan tau jika dia membeli rumah dengan kartu ini bahkan pemiliknya tidak akan terusik karena uangnya dipakai.

Jo kembali membaringkan tubuhnya di kasur dan kembali memejamkan matanya.

Alex baru sampai di rumah glen " Nih gue bawa kado untuk Princess tiana" Kata alex yang memberikan kado untuk adik glen itu.

"Yang lain mana?" Tanya alex "biasa sewa tempat untuk malam" Kata glen " Len gue mo tanya nih lo jangan tersinggung" Kata alex yang sedikit ragu

" Tanya apa? Gak biasanya lo gini" Kata glen yang sekarang membenarkan posisinya. "Ortulo tau soal lo?" Kata alex "soal ngewe sana sini? Kalau itu sih kupikir tau kalau gue yang B gue kurang tau lagian ortu gue mana peduli soal itu" Kata glen menjelaskan.

" Lo kenapa tanya kek gitu? Lagi berantem sama ayah lo? Setidak nya dia pernah jadi ayah yang baik kan sampai umur mu 12 tahun" Kata glen yang memang tau kisah hidup alex.

" Bener juga ya 12 tepat saat wanita itu pergi" Kata alex yang mencoba mengenang sosok seperti apa yang dia sebut ibu itu.

"Eh ada alex, sudah makan?" Kata ayah glen yang berbadan kekar itu "sudah om tadi" Kata alex " Semoga hari mu menhenangkan ya lex" Kata ayah glen dan menepuk pundak alex sebelum pergi.

"Aah... Lepaskan anak ku... Jo...jo" Suara wanita itu saat bajunya di lepaskan satu persatu oleh orang orang biadab itu. "Tunjukan payudara mu untuk apa malu dia kan minum susu dari situ" Kata pria itu dan merobek baju wanita itu.

"Jo...jo...jangan... Jangan lihat!"  Teriak wanita itu yang membuat jo terbangun dari mimpi buruknya, badannya sudah penuh dengan keringat.

"Ibu..." Jo mencoba mengatur nafasnya yang sesak karena bermimpi buruk. Sudah malam perut jo cukup lapar dia memutuskan untuk pergi cari makan.

Di dekat mall jo melihat alex bersama teman teman bersama beberapa wanita dengan payudara besar, pinggang yang kecil dan pantat yang semok yang membuat siapa saja pasti akan tergoda untuk ngetot dengannya.

Salah satu wanita tampak bergelayutan di tangan alex yang menempelkan payudaranya agar menempel erat di tangan alex.

Keberadaan jo sepertinya diketahui oleh mereka. "Oh... Lihat anak emas sekolah kita" Kata ken saat melihat jo, "sedang jalan jalan aku pikir kau akan berkutat dengan buku pelajaran namun bisa begini" Lanjut ken yang melihat ku.

" Mau gabung? Kami punya satu orang di sana yang nganggur" Tunjuk deren ke wanita yang mengikuti mereka dari belakang dia terlihat sanggat berbeda sepertinya dia hanya mainan para wanita ini.

Dengan kacamata dan rambut lurus sebahu membuatnya seperti anak yang di rundung walau sepertinya benar.

" Tidak" Tolak jo dan berniat pergi "ah!" Wanita itu teriak saat ken merangkul bahunya yang membuat jo menghentikan langkahnya.

Alex dan JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang