✮
✮
✮Keesokan harinya, matahari bersinar cerah, berbeda dengan suasana hati Tasya yang masih dipenuhi ketidakpastian. Pikirannya terus terjebak pada pesan misterius yang ia terima semalam. Siapa yang mengirim pesan itu? Dan kenapa mereka memperingatkannya untuk menjauhi Vino? Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, membuatnya semakin gelisah.
Tasya memutuskan untuk mengambil jeda sejenak dari kekhawatiran tentang Vino. Pagi ini dia ada janji dengan Alya untuk menghadiri acara kampus, sebuah festival seni tahunan yang selalu ramai dengan pengunjung. Taman di kampus sudah dihiasi warna-warni dengan stand-stand seni, pertunjukan musik akustik, dan senyum ceria para mahasiswa yang menikmati suasana.
"sya! Di sini!" Alya melambai dari salah satu stand, mengenakan kemeja denim yang dipadukan dengan topi jerami, tampak lebih santai dari biasanya. Dia terlihat sedang membantu mendekorasi sebuah galeri mini yang memajang karya-karya seni mahasiswa.
Tasya tersenyum dan melangkah mendekat. "Lo sibuk banget, ya. Nggak nyangka lo bisa dapet posisi penting di acara ini."
Alya terkekeh. "Bukan gue sih yang penting, tapi karya-karyanya! Eh, ngomong-ngomong soal seni, kok nggak ajak Vino dateng ke sini? Dia kan anak seni juga, pasti suka."
Perasaan Tasya langsung tenggelam lagi saat mendengar nama Vino. Ia belum menceritakan soal pesan misterius itu ke Alya-belum ada waktu yang tepat. "Vino... kayaknya lagi sibuk banget, Ly. Mungkin nggak bisa datang."
"Hmm," Alya mendengus, tapi kemudian matanya menyipit penasaran. "Eh, by the way, lo kayaknya masih mikirin sesuatu, deh. Seriusan, nggak ada kabar dari Vino?"
Tasya ragu sejenak, tapi akhirnya dia memutuskan untuk jujur. "Gue kemarin dapet pesan aneh dari nomor nggak dikenal. Pesannya bilang gue harus berhenti nyariin Vino."
Alya terperangah. "Apa?! Lo bercanda kan? Ini makin aneh!"
Tasya mengangguk, tatapannya kosong. "Gue nggak tahu siapa yang kirim, tapi jelas-jelas ada sesuatu yang disembunyiin."
Sebelum Alya bisa membalas, Revan muncul dari arah kerumunan. "Eh, lo berdua ngapain di sini? Acaranya seru banget, nih! Tasya, lo udah cek galeri lukisan? Ada beberapa karya yang keren banget. Sayang, Vino nggak ikutan pamerin karyanya."
Tasya memaksa dirinya untuk tersenyum. "Gue belum keliling, tadi baru aja nyampe."
Revan mengerutkan kening. "Gue juga sempet dapet kabar soal Vino. Tadi pagi gue denger dari temen, katanya ada gosip kalau keluarganya lagi terlibat masalah hukum gede. Lo tahu apa-apa soal itu?"
Kata-kata Revan membuat Tasya tertegun. "Masalah hukum? Maksud lo?"
Revan mengangguk. "Iya, gue nggak tau pasti, tapi katanya ada yang serius banget. Mungkin itu sebabnya Vino menghilang tiba-tiba."
Tasya semakin bingung. Apa mungkin pesan misterius itu ada kaitannya dengan masalah keluarga Vino? Selama ini, Vino memang tidak banyak bercerita tentang keluarganya, tapi Tasya tahu ada banyak ketegangan di balik sikap dingin Vino.
"Mungkin gue harus coba cari tahu lebih jauh soal keluarganya," gumam Tasya. "Ini semua terlalu aneh."
Alya dan Revan saling berpandangan, keduanya tampak setuju bahwa sesuatu yang serius sedang terjadi. "Gue setuju, sya," kata Alya. "Tapi lo harus hati-hati. Kalau masalah ini benar-benar melibatkan keluarganya, jangan sampai lo terjebak di tengah-tengahnya."
Tasya tahu Alya benar, tapi perasaan ingin membantu Vino lebih kuat dari rasa takutnya. "Gue nggak bisa diem aja, Ly. Gue nggak mau ninggalin Vino sendirian dalam masalah ini."
Alya dan Revan hanya bisa mengangguk, meski jelas terlihat dari raut wajah mereka bahwa mereka juga khawatir.
---
Malam harinya, setelah hari yang panjang di acara seni kampus, Tasya duduk di kamar sambil memandangi layar ponselnya. Dia belum mendapat kabar apapun dari Vino, tapi firasatnya mengatakan bahwa waktunya hampir tiba untuk bertindak. Dia mencoba mencari keberanian untuk menghubungi Vino lagi, meski mungkin tidak akan ada balasan.
Namun, sebelum dia sempat mengirim pesan, teleponnya tiba-tiba berdering. Layar menunjukkan nama yang sudah lama dia tunggu: Vino.
Dengan cepat, Tasya mengangkat teleponnya. "Vino! Kamu di mana? Kenapa nggak jawab pesan-pesanku?"
Suara Vino terdengar pelan di seberang sana, suaranya serak dan terdengar lelah. "Maaf, sya. Gue... gue nggak bisa bicara banyak sekarang. Ada hal-hal yang harus gue beresin dulu."
"Vino, gue khawatir sama lo! Lo baik-baik aja kan? Gue dengar gosip soal keluarga lo... dan kemarin ada yang ngirimin pesan aneh ke gue. Mereka nyuruh gue buat berhenti nyariin lo."
Terdengar hening di seberang telepon, sebelum Vino akhirnya berbicara lagi, lebih pelan. "Itu... itu lebih rumit dari yang lo pikir. Gue nggak mau lo ikut terseret dalam masalah ini, Tasya."
"Gue nggak peduli, Vin!" potong Tasya cepat. "Gue cuma mau lo aman. Kalau lo butuh bantuan, kasih tau gue."
Vino terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata, "Percayalah, sya. Ini bukan sesuatu yang bisa gue selesaikan dengan mudah. Tapi gue akan coba tetap tenang, dan lo jangan khawatir. Gue bakal balik lagi... saat semuanya selesai."
Tasya merasa frustrasi dengan jawaban samar itu. "Vino, lo nggak sendirian. Gue di sini buat lo."
Terdengar helaan napas dari Vino, seolah dia sedang menahan sesuatu yang berat. "Terima kasih, Tasya. Gue... gue janji akan jelasin semuanya nanti. Tapi sekarang, tolong jangan cari gue dulu."
Lalu, tanpa peringatan, telepon itu diputus. Tasya menatap layar ponselnya dengan bingung, merasa seolah semakin banyak pertanyaan yang tak terjawab. Apa sebenarnya yang terjadi di balik semua ini? Dan kenapa Vino terus menjauh?
---
Hari-hari berlalu, dan meski matahari terus bersinar di langit kampus, suasana hati Tasya tetap mendung. Kelas demi kelas ia jalani dengan pikiran yang melayang. Suatu siang, ketika Tasya sedang berada di perpustakaan, Revan datang menghampirinya dengan ekspresi serius.
"Tasya, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerahkan ponselnya ke Tasya. Di layar ponsel itu, terpampang sebuah berita besar yang membuat jantung Tasya hampir berhenti berdetak.
"Skandal Keluarga Trizyan: Korupsi, Penyalahgunaan Kekuasaan, dan Investigasi yang Memanas."
Tasya menatap layar dengan perasaan campur aduk. Keluarga Vino... terlibat skandal besar? Apa ini alasan Vino menghilang? Apa ini juga alasan dia meminta Tasya untuk menjauhinya?
Revan menatapnya khawatir. "Ini lebih besar dari yang kita pikir, sya. Keluarga Vino sekarang jadi sorotan publik. Mungkin itu sebabnya dia nggak mau lo terlibat."
Tasya terdiam, otaknya sibuk mencerna semua informasi baru ini. Sekarang semuanya mulai terasa masuk akal-pesan misterius, sikap Vino yang menjauh, dan semua masalah keluarga yang selalu dia sembunyikan. Tapi meski begitu, perasaannya tetap sama: dia tidak akan meninggalkan Vino.
"Gue nggak peduli seberapa besar masalah ini," gumam Tasya dengan suara tegas. "Vino butuh seseorang, dan gue nggak akan ninggalin dia."
Revan tersenyum tipis. "Gue tahu lo bakal bilang itu."
Tasya menghela napas panjang. Dia tahu jalan di depan tidak akan mudah, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan mundur.
Langit di luar masih cerah, tapi Tasya tahu badai akan segera datang. Dan ketika itu terjadi, dia sudah siap menghadapi semuanya-bersama Vino.
Bersambung...
Wahh ada skandal nihh keluarganya vino, penasaran enggak kalian,🤭
jangan lupa divotee yaaa
감사합니다
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Sempiternal
Jugendliteratur--- Kisah ini bukan tentang cinta pada pandangan pertama, melainkan cinta yang tumbuh perlahan, seperti embun pagi yang menetes di dedaunan, seiring waktu, mengukir garis-garis halus di kanvas kehidupan. Tasya, gadis yang selalu berpijak pada logika...