14

73 18 0
                                    

"Where have you been?" Pertanyaan pertama yang di lontarkan Jenna saat melihat Jonathan masuk ke apartment yang mereka tinggali bersama.

"Work." Jonathan dengan santainya melenggang masuk melewati Jenna yang berkacak pinggang di depannya tadi.

"Really? In Hospital?"

Jonathan menghela nafas sambil merebahkan dirinya di sofa. Empat hari ia dirawat di rumah sakit. Luka di wajahnya sudah tidak terlihat, tapi tetap ada beberapa bagian tubuhnya yang masih terasa sakit. Terutama di bagian dada dan pinggangnya.

"Aku capek, Jen. Kalau kamu udah tau ya udah jangan dibikin panjang."

Alis Jenna berkerut, ini pertama kalinya Jonathan menjawab nya dengan nada malas seperti itu. Dan juga ini kali pertama Jonathan berbohong mengenai keadaanya. Kenapa Jenna bisa tahu? Karena sejak mereka menjalin hubungan, Jenna menyewa jasa pengintai hanya untuk melaporkan apa yang di lakukan laki-laki itu jika sedang tidak bersama.

Jenna memiliki ketakutan yang begitu besar diawal hubungannya dengan Jonathan. Ia berpikir, jika Jonathan bisa meninggalkan Jesslyn untuk dirinya, maka tidak menutup kemungkinan jika Jonathan akan meninggalkan dirinya untuk wanita lain. Maka dari itu Jenna menyewa jasa pengintai untuk Jonathan.

Ia bersyukur saat tahu bahwa Jonathan benar-benar berubah menjadi lebih baik sejak mereka menjalin hubungan. Jonathan hanya berangkat ke kantor dan langsung pulang ke apartment mereka tepat di jam pulang kantor. Jika Jonathan mengabari kalau ia harus lembur atau keluar kota untuk bertemu client, maka itu pula yang terjadi.

Awalnya Jenna sempat bingung kenapa Jonathan banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di cafe dua minggu belakangan ini. Pengintai bilang, Jonathan memang hanya duduk sambil bekerja di cafe itu tanpa bertemu siapa-siapa. Sehingga Jenna mengira kalau kekasihnya itu hanya sedang bosan di kantor dan menginginkan suasana baru.

Tapi setelah ia mendapat kabar kalau Jonathan baku hantam dengan seseorang, yang Jenna yakin sekali di foto yang ditunjukkan padanya itu adalah Jeffrey. Jenna segera pergi ke cafe yang sering di kunjungi Jonathan. Sedikit berharap bahwa perkelahian Jonathan dan Jeffrey tidak ada hubungannya dengan Jesslyn, meskipun itu terdengar sangat mustahil.

Dan benar saja, Jonathan sering berada di cafe itu karena Jesslyn bekerja di cafe sebrang. Jenna tahu karena saat itu ia tidak sengaja masuk ke cafe dan mendengar obralan salah satu staff yang sedang bertelepon dengan seseorang bernama Jesslyn. Meskipun Jenna tidak tahu apakah itu benar Jesslyn sepupunya, tapi melihat Jeffrey yang masuk ke dalam cafe tak lama setelah Jenna pergi dari sana semakin membuatnya yakin bahwa itu adalah Jesslyn, sepupunya.

Jenna tahu dirumah sakit mana Jonathan dirawat. Tapi ia memilih untuk tetap berada di apartment. Karena Jenna tidak ingin termakan oleh emosinya saat mengetahui fakta ini. Fakta kalau kekasihnya itu masih saja terpaku pada Jesslyn.

"Aku kira kamu udah berubah, Jo. Aku kira selama ini kamu udah berhasil lupain dia. Aku kira aku udah bisa menuhin hati kamu dan gantiin dia!" Ucap Jenna yang sedang sangat berusaha menekan amarahnya agar tidak meledak.

Jonathan tidak menjawab. Laki-laki itu masih bersandar pada sofa dengan mata terpejam.

"Aku kira kamu udah cinta sama aku, Jo!" Tangan Jenna terkepal kuat, "Ternyata kamu masih aja berharap sama jalang itu!" Jenna tahu bahwa kalimatnya akan mengundang amarah Jonathan. Itu yang Jenna mau, membuat Jonathan marah.

Rahang Jonathan memang mengeras mendengar itu, tetapi ia tetap diam ditempatnya, tidak seperti yang diharapkan Jenna.

Mata Jenna sudah nyalang kali ini. Ia sama sekali tidak bisa menahan amarahnya.

"Bajingan!" Jenna duduk di pangkuan Jonathan dan memukul badan laki-laki itu. Tidak hanya dada Jonathan saja, tetapi ia juga memukul kepala Jonathan, bahkan menarik rambut kekasihnya itu. "Bajingan! Bajingan! Bajingan! Harusnya gue nggak percaya sama lo! Harusnya gue nggak pernah mengandung anak lo! Anjing! Harusnya gue nggak usah menyesal karena kehilangan anak itu! Tuhan masih baik sama gue dan Jesslyn untuk nggak melahirkan anak itu ke dunia biar nggak dapet Bapak kurang ajar kayak lo!! Anjing!"

Jonathan segera mencekal kedua tangan Jenna dengan kuat, sangat kuat sampai Jenna meringis sakit merasakan itu. Laki-laki itu menatap Jenna dengan tatapan tajam dan mata merah. Kaget atas apa yang dikatakan Jenna.

"Apa lo bilang?" Suara Jonathan bahkan sudah terdengar sangat rendah dan tajam. Nafasnya mulai memburu.

"Lepas!!" Jenna memberontak, berusaha melepaskan genggaman tangan Jonathan yang semakin kuat.

"ULANG OMONGAN LO, JENNA!" Jonathan berteriak, padahal jaraknya dengan Jenna sangat dekat. Membuat Jenna tersentak kaget.

Jenna membalas tatapan Jonathan tidak kalah tajam kali ini. Rasa sakit dihatinya mendapati Jonathan yang membentaknya, mengalahkan rasa sakit di pergelangan tangannya yang sudah memerah.

Jonathan menghempas tangan Jenna, hanya untuk beralih meremat dagu perempuan itu.

"Sa-sakit, Jo!" Ucap Jenna kesulitan.

"Jesslyn hamil anak gue?" Tanya Jonathan, meskipun tidak berteriak, tapi suaranya masih tajam. Menuntut balasan.

Entah kekuatan dari mana, Jenna dapat menepis tangan itu dan segera berdiri dari pangkuan Jonathan.

"Iya! Dia juga hamil waktu itu. Tapi kayak yang udah gue bilang. Tuhan masih baik nggak kasih anak itu nyawa untuk hidup di dunia ini. Tuhan nggak mau dia punya bapak nggak bertanggung jawab dan bajingan kayak lo!!"

- - -

The Way I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang