19

67 20 2
                                    

"Jesslyn!!!" Teriak Jeffrey, tidak memperdulikan kakinya yang menginjak pecahan kaca dari pintu balkon yang baru saja ia hancurkan.

Jonathan menoleh kearah Jesslyn dan segera mengulurkan tangannya untuk menahan tubuh Jesslyn agar tidak  jatuh. Namun terlambat, karena gerakan Jesslyn yang begitu cepat.

Tanpa berpikir panjang, Jonathan ikut melemparkan tubuhnya untuk meraih tubuh Jesslyn. Dia bersyukur, bahwa ia berhasil merubah posisinya menjadi dibawah dan Jesslyn berada diatasnya, di dalam pelukannya.

Hanya sebentar ia dapat merasakan kehangatan tubuh Jesslyn di dalam pelukannya, sebelum ia hilang kesadaran, karena tubuhnya yang membentur atap mobil. Saat itu Jonathan hanya berharap satu hal, yaitu Jesslyn akan selamat dan baik-baik saja.

Jeffrey yang melihat itu dari atas, langsung berlari ke lantai bawah. Mengharapkan hal yang sama seperti Jonathan. Berharap bahwa Jesslyn akan bisa selamat.

Jeffrey berlari tanpa menggunakan sepatunya lagi saat keluar dari apartment. Kakinya yang berdarah menempel di setiap pijakannya. Sungguh, Jeffrey sama sekali tidak merasakan sakit disana. Karena pikirannya terus tertuju pada Jesslyn.

Ia bahkan tidak melihat Jenna yang sudah terduduk dengan air mata yang membanjiri pipinya, karena melihat kejadian yang sama. Fokus utama Jeffrey adalah Jesslyn.

Laki-laki itu menaiki kap depan mobil, agar bisa melihat tubuh Jesslyn dengan jelas. Tangannya bergetar saat meraih pergelangan tangan Jesslyn, untuk memastikan denyut nadi kekasihnya.

"To-tolong!! Tolong!!" Teriaknya, karena bersyukur bahwa denyut nadi Jesslyn masih terasa, meskpiun samar.

Untungnya saat Jonathan dan Jesslyn terjatuh tadi, sudah ada beberapa penghuni apartment yang menelpon ambulans. Jadi tubuh Jonathan dan Jesslyn bisa langsung dilarikan ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanannya di dalam ambulans, Jeffrey tidak henti-hentinya berdoa agar Jesslyn bisa selamat. Ia bahkan menolak petugas rumah sakit yang akan mengobati kakinya.

Tangannya menggenggam erat tangan Jesslyn. Memastikan bahwa tangan itu masih hangat.

Jeffrey berhenti di depan pintu ruang gawat darurat, karena salah satu petugas menyuruhnya untuk menunggu diluar pintu kaca.

Di dalam ruangan itu, Jonathan dan Jesslyn segera ditangani oleh para petugas rumah sakit.

Bagian belakang kepala Jonathan retak karena benturan, juga menyebabkan ia kehilangan banyak darah. Saat ditangani, Jonathan tiba-tiba membuka matanya, bahkan ia sedikit menggerakkan kepalanya untuk beradaptasi dengan apa yang ia lihat.

Ia menoleh ke samping, melihat ke ranjang Jesslyn yang juga sedang dirawat. Jonathan menggerakkan tangan dan tubuhnya, berusaha untuk bangkit, tetapi tentu saja di tahan oleh semua perawat di sekeliling ranjangnya.

"Tolong jangan bergerak. Anda terluka parah." Ujar salah satu perawat, sedikit meninggikan suaranya agar Jonathan fokus padanya.

Jonathan memandang perawat itu, lalu berbisik. "Sa-save he-her."

Perawat itu mendekat ke mulut Jonathan karena tidak mendengar apa yang laki-laki itu ucapkan.

Jonathan susah payah menelan ludahnya, "Pl-please, save her."

Perawat itu kembali tegak, lalu mengangguk. "We will. Sekarang tolong tenang, anda harus segera di rawat."

Berat sekali untuk perawat itu mengatakannya. Karena sesungguhnya keadaan Jonathan dan Jesslyn sama parah. Jonathan memang kehabisan banyak darah dan jelas terlihat lukanya. Sedangkan Jesslyn, tidak memiliki luka luar sama sekali, semua kesakitannya terjadi di organ dalam.

Sekali lagi Jonathan memandang kearah Jesslyn, meskipun saat ini pandangannya sudah sangat kabur.

"I'm sorry, Jess." Ucapnya berulang-ulang, di dalam hatinya. "Tuhan, tolong selamatkan Jesslyn."

Piiiip——

Suara monitor hemodinamik milik Jesslyn berbunyi nyaring. Beberapa perawat mencoba menyelamatkan Jesslyn dengan menggunakan alat pacu jantung. Namun tidak berhasil, Jesslyn sudah pergi meninggalkan dunia.

Nafas Jonathan tersengal hebat, matanya banjir akan air mata. Rasanya ia ingin melompat dari ranjang dan segera memeluk tubuh Jesslyn. Namun ia sama sekali sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Penyesalan memenuhi dadanya.

Jonathan mengerang, merasakan sakit hebat dibagian belakang kepalanya, membuat tubuhnya kejang-kejang. Sebelum perawat melakukan tindakan lebih lanjut kepada Jonathan, laki-laki itu sudah menyusul Jesslyn untuk pergi meninggalkan dunia ini.

Jeffrey jatuh sambil memandang kosong kearah tubuh Jesslyn di dalam sana. Ia tidak bodoh untuk tahu apa yang sedang terjadi kepada kekasihnya.

Salah satu perawat berjalan dari dalam ruangan dan menghampiri Jeffrey.

"Pak, bisa kami minta kontak keluarganya? Kami harus mengabari perihal keadaan pasien." Perawat itu memegang bahu Jeffrey, juga membawa laki-laki itu untuk duduk di kursi terdekat.

"Sa-saya tunangannya." Ucap Jeffrey lirih.

Perawat itu menelan ludahnya, selalu menjadi bagian paling berat bagi semua petugas rumah sakit untuk menyampaikan kabar duka. "Maaf, kedua pasien mengalami luka parah, dan terlambat kami selamatkan."

Dada Jeffrey semakin sesak mendengar fakta itu.

"Dan, kami harus meminta persetujuan keluarga untuk menandatangani surat operasi pasien perempuan." Lanjut perawat itu, membuat alis Jeffrey bertaut tidak mengerti. "Kami harus mengeluarkan kandungan di dalam perut pasien."

Benar-benar seperti petir di siang bolong. Tubuh Jeffrey seperti di hantam oleh batu besar.

"Je-Jesslyn ha-hamil?" Tanya nya dengan berat.

Perawat itu mengangguk, "Kemungkinan baru menginjak 4 minggu."

Kepala Jeffrey semakin berat. Apakah ini penyebab Jesslyn yang tiba-tiba merasakan mual di pagi hari belakangan ini? Apa kehamilan ini yang menyebabkan Jesslyn mendadak tidak mau memakan ayam goreng yang selalu menjadi kesukaannya?

Jeffrey memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak. Apa Jesslyn tidak mengetahui tentang kehamilannya?

Tidak! Tentu Jesslyn tidak tahu! Karena jika ia tahu, ia tidak akan bertindak seperti ini.

Kepala Jeffrey yang semakin berat, dan sesak di dadanya yang begitu mencekat, membuat Jeffrey susah bernafas, matanya berkunang-kunang.

Terakhir yang ia ingat, adalah teriakan perawat yang memanggilnya.

- - -

The Way I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang