01

267 24 1
                                    

" He is sensible and so incredible
And all my single friends are jealous
He says everything I need to hear, and it's like
I couldn't ask for anything better "

- - -

Jesslyn memandangi kekasihnya yang sedang duduk di area cafe sambil menikmati segelas kopi. Pria itu berkutat dengan laptop didepannya dengan pandangan serius. Padahal ia bisa menyelesaikan pekerjaannya dulu di kantor, tetapi pria dengan lesung pipi menawan bernama Jeffrey itu memilih untuk segera datang ke cafe milik Jesslyn agar bisa menjemputnya tepat waktu.

Jesslyn tersenyum ketika mengingat bagaimana mereka bertemu saat awal kuliah dulu, menjadikan mereka sebagai teman, sahabat dan saat ini seorang pacar. Senyum di bibir Jesslyn turun saat mengingat juga bagaimana lika-liku kehidupannya dulu saat kuliah.

"Gitu banget ngeliatinnya." Senggol Katya, Pastry Chef di cafe milik Jesslyn. Jesslyn hanya tersenyum. "Nikah aja udah daripada nanti dia berpaling."

Jesslyn tertawa kecil, "Jeffrey nggak akan berpaling."

"Cih pede banget. Tapi iya sih, gue yakin dia nggak akan pergi dari lo. Kecuali lo yang nyuruh dia pergi."

Jesslyn mengangguk, mulai melepas apronnya untuk menghampiri Jeffrey.

Sebelum Jesslyn beranjak, Katya memegang kedua bahu Jesslyn sehingga saat ini mereka saling berpandangan. "Jadi, cintai dia sepenuh hati, Jess. Jangan sia-siain cowok kayak Jeffrey."

Jesslyn sedikit mengernyitkan alisnya, ini sudah setahun ia dan Jeffrey berpacaran, tentu Jesslyn mencintai Jeffrey. Tapi kenapa Katya berbicara seakan Jesslyn belum memiliki perasaan apa-apa pada pria itu?

"What i mean is, jangan ngerasa kecil hati Jess. Lo deserve dia, and he deserve you too. Past is past."

Akhirnya Jesslyn mengerti apa yang Katya maksud, jadi Jesslyn mengangguk dan tersenyum pada Katya sebelum pergi untuk menghampiri Jeffrey.

"Hai." Sapa Jesslyn, membuat Jeffrey menoleh dan menunjukkan dua lesung pipinya. "Mau lanjut disini?"

Jeffrey menggeleng, mulai merapikan barang-barangnya. "Lanjut di apart aja. Aku laper, kangen masakan kamu."

Jesslyn tersenyum, "Kemarin juga aku masakin, Jeff."

Jeffrey terkekeh, "Pengennya sih sarapan-makan siang-makan malam kamu terus yang masakin sayang." Ucapan dari nya ditutup dengan sebuah kecupan kecil di pipi Jesslyn, membuat pipi perempuan itu merona.

Andai Katya atau siapapun yang meragukan perasaan Jesslyn ke Jeffrey bisa melihat kalau saat ini kupu-kupu di perut Jesslyn sedang berterbangan bahagia, mereka pasti tidak perlu mengingatkan Jesslyn untuk mencintai Jeffrey sepenuh hati. Karena memang itulah yang sedang Jesslyn lakukan.

Memang bukan hal yang mudah untuk menerima Jeffrey di dalam hati Jesslyn mengingat apa yang sudah terjadi padanya dulu. Tapi sungguh, membolehkan Jeffrey untuk tinggal dihatinya dilakukan Jesslyn dengan sadar kalau hatinya telah siap menerima Jeffrey. Bukan karena Jesslyn ingin menjadikan Jeffrey sebagai pelampiasan.

"Jeff, aku sayang sama kamu." Ucap Jesslyn tiba-tiba, saat mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen Jesslyn.

Jeffrey yang mendengar itu juga langsung menoleh sambil memandang Jesslyn dengan tatapan curiga. "Did something happen? Did you make a mistake?"

Jesslyn tertawa, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku cuma mau kasih tau aja kalau aku sayang sama kamu, Jeff."

Jeffrey meraih tangan Jesslyn. "Aku tahu."

"Iya kan? Kamu tahu dan bisa ngerasain kan kalau aku sayang sama kamu?"

Jeffrey tertawa, membawa tangan kecil Jesslyn menuju bibirnya untuk ia kecup. "Iya, aku tahu sayang."

Jesslyn menghembuskan nafas lega. Setidaknya Jeffrey tahu dan bisa merasakan kalau Jesslyn sungguh-sungguh tentang perasaan nya. Iya, itu sudah cukup.

Jesslyn menoleh keluar jendela mobil saat tetesan air hujan turun dengan deras, padahal langit tidak terlihat mendung tadi. Hujan deras di jam pulang kantor, beberapa orang pasti sudah mengeluh tentang ini.

Jesslyn menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, sampai sekarang pun kepalanya masih terasa pusing saat sedang hujan. Seperti tubuhnya bisa mengingat jelas masa lalu pahit yang pernah terjadi sehingga tubuhnya otomatis merespon seperti itu.

Ia memejamkan matanya saat mobil Jeffrey baru saja melintasi sebuah taman yang semakin membuat kepala Jesslyn semakin berat.

Rematan lembut dari tangan Jeffrey membuat Jesslyn menoleh pada kekasihnya itu.

"Aku disini, Jess." Ucapnya lembut sambil mengusap peluh yang keluar di dahi Jesslyn.

Jesslyn tersenyum dan mengangguk, iya, Jeffrey disini, semua akan baik-baik saja.

- - -

Jujur ya untuk bab satu ini aku udah ganti plot nya berkali-kali karena mau cari starter yang pas. Dari yang awalnya Jesslyn aku buat jadi orang kantoran dan akhirnya aku buat jadi Bakers sekaligus Pemilik Cafe.

Dan untuk cerita ini aku nggak ada upload foto cast Main Lead, soalnya udah aku taruh 'siapa as siapa' di description depan. Untuk semua pemeran tambahan bisa divisualisasikan menurut imaginasi masing-masing aja.

Cerita ini cerita dewasa ya seperti yang sudah aku sematkan di setting cerita. Jadi tolong di skip aja kalau ada kegiatan panas yang nggak pengen dibaca.

Last but not least, Terimakasih atas segala apresiasinya dan selamat membaca 💕

The Way I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang