BAB 5

245 42 0
                                    

Setelah mandi, Heeseung keluar dari kamar mandi dengan rambut coklatnya yang masih sedikit basah. Uap hangat dari kamar mandi perlahan memudar, menyisakan sensasi dingin dan menyegarkan yang menenangkan kepalanya. Piyama sutra yang dikenakannya terlihat mahal, seperti menggambarkan status dan kemewahan yang biasa ia nikmati. Namun, meskipun tubuhnya terasa lebih bersih dan segar, perasaannya masih penuh kekesalan. Perubahan besar dalam hidupnya, terutama setelah pernikahan ini, terus menghantui pikirannya, dan dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

Saat Heeseung melangkah keluar, langkahnya terhenti ketika melihat Jake baru saja hendak mendudukkan diri di atas kasur. Pemandangan itu membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, disertai perasaan panik yang melanda dadanya. Dia tidak tahu kenapa, tapi fakta bahwa Jake hendak tidur di kasur yang sama dengannya membuatnya gelisah. Mereka memang sudah menikah, tetapi keintiman yang biasanya melekat pada sebuah pernikahan sama sekali belum terbentuk di antara mereka.

"A-apa yang kau lakukan?" seru Heeseung tiba-tiba, suaranya mengalir cepat dan sedikit tergagap, membuat Jake terlonjak kaget karena tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu.

Jake menatapnya, kebingungan jelas terlukis di wajahnya. "Aku... ingin tidur," jawabnya dengan nada bingung, seakan tidak mengerti kenapa Heeseung begitu panik. Wajah Jake terlihat lelah setelah seharian penuh aktivitas yang padat-pernikahan mereka, perjalanan panjang, dan sekarang, malam pertama mereka di rumahnya.

Heeseung hanya menghela napas kesal, tidak ada keinginan untuk menjelaskan lebih lanjut. Dalam benaknya, dia masih memikirkan kenyataan bahwa mereka terpaksa berbagi kamar dan kasur. Namun, bagi Heeseung, berbagi kasur dengan Jake terasa seperti situasi yang memalukan dan tidak pantas-terlebih lagi mengingat betapa dinginnya hubungan mereka selama ini.

Tanpa menjawab lebih lanjut, Heeseung berjalan cepat menuju lemari pakaian. Tangannya meraih bantal dan selimut tambahan yang disimpan di lemari Jake, dan dengan cepat ia meletakkan selimut itu di atas lantai.

Jake, yang masih berdiri di dekat kasur, menghela napas panjang, akhirnya mulai memahami situasi ini. "Aku yang akan tidur di lantai. Kau bisa tidur di kasur," ujarnya dengan nada lembut. Jake meraih bantal yang ada di tangan Heeseung, lalu menatanya di atas lantai dengan tenang, tanpa memberikan ruang untuk perdebatan.

Heeseung memandang Jake sejenak, ekspresinya sulit ditebak. Matanya memperlihatkan campuran emosi-kekesalan, kebingungan, dan mungkin sedikit rasa canggung. Namun, akhirnya ia berkata dengan suara rendah tapi penuh tekad, "Memang. Kau pikir ini untukku? Yang benar saja."

Jake terdiam sejenak, memikirkan ucapan Heeseung. Ia sempat berpikir bahwa Heeseung mungkin serius ingin tidur di lantai. Namun, Heeseung tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia berniat melanjutkan perdebatan, dan Jake memutuskan untuk tidak memaksakan kehendaknya. Dia tahu bahwa hubungan mereka masih jauh dari kata nyaman, dan memaksakan sesuatu sekarang hanya akan memperkeruh suasana.

Heeseung berjalan menuju jendela, membukanya lebar-lebar. Angin malam yang dingin masuk ke dalam kamar, membawa serta bau khas tanah basah dan dedaunan. Udara yang segar seketika mengisi ruangan yang sebelumnya terasa sesak karena ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka. Dengan sedikit enggan, Heeseung melangkah kembali menuju kasur, mematikan lampu tidur, dan merebahkan dirinya. Ia berharap gelapnya kamar bisa membuatnya melupakan semua kekacauan yang terjadi hari ini.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Belum lima belas menit berlalu sejak ia menutup mata, tiba-tiba terdengar suara aneh dari langit-langit kamar. Suara itu terdengar samar tapi cukup mengganggu, seperti sesuatu yang bergerak di sudut ruangan. Heeseung membuka matanya lebar-lebar, tubuhnya kaku. Dalam sekejap, rasa takut menyergap dirinya.

"A-apa itu?" bisiknya dengan nada penuh ketakutan. Refleks, dia melompat turun dari kasur, niatnya untuk segera keluar dari kamar itu secepat mungkin. Namun, dalam kegugupannya, kakinya tersangkut selimut yang digunakan Jake untuk tidur di lantai. Heeseung terjatuh, dan tubuhnya mendarat tepat di atas Jake yang terbaring di lantai, menyebabkan Jake tersentak bangun.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang