BAB 30

234 39 6
                                    

Lima Tahun Kemudian.


Heeseung menyerahkan segelas susu stroberi ke tangan Sunoo sambil berkata dengan lembut namun tegas, "Ini, minum susunya."

Sunoo mengambil gelas itu dengan sedikit enggan. Meskipun ia tidak suka, ia tahu jika tidak menurut, Heeseung tidak akan mengizinkannya bertemu dengan Jaeyoon. "Sudah," katanya singkat setelah meneguk seteguk kecil, kemudian hendak meletakkan gelas itu di atas meja. Namun, Heeseung dengan cepat menahan tangannya, tatapan tajam terarah ke wajah sahabatnya yang mulai cemberut.

"Serius? Kau baru minum satu tegukan. Jangan membuatku emosi, Sunoo," kata Heeseung sambil mendorong kembali gelas susu itu ke tangan Sunoo. "Habiskan, atau hari ini kau tidak akan bisa bertemu dengan Jaeyoon."

Sunoo menghela napas panjang. Tentu saja, ia tidak punya pilihan lain. Jika Heeseung sudah bicara seperti ini, maka tidak ada gunanya berdebat. Dalam hati, Sunoo mulai menggerutu pada Sunghoon, suaminya, yang diam-diam melaporkan kebiasaannya menolak minum susu kepada Heeseung. Sepertinya Sunghoon memang selalu mencari cara untuk memastikan Sunoo menjaga kesehatannya dengan cara yang sering kali menjengkelkan.

Saat ini, Heeseung sedang berada di apartemen Sunoo dan Sunghoon, yang terletak satu lantai di bawah apartemennya sendiri bersama Jake. Setelah menikah empat tahun yang lalu, Sunghoon memutuskan untuk pindah ke gedung apartemen yang sama dengan yang ditinggali Heeseung dan Jake. Sunghoon ingin memastikan Sunoo tidak merasa bosan atau kesepian saat dia pergi bekerja, dan dengan jarak yang dekat, Sunoo bisa kapan saja mengunjungi Heeseung di lantai atas.

Sunoo nyaris memuntahkan susunya pada tegukan terakhir, namun demi bisa segera bertemu keponakan kecilnya yang lucu, ia terpaksa menghabiskan seluruh susu yang tersisa. Heeseung tersenyum puas melihat gelas yang kini kosong. "Nah, sudah selesai. Sekarang, mana Jaeyoon?" tanya Sunoo dengan nada manja, matanya berbinar penuh harapan saat menatap Heeseung.

Heeseung mengangguk tipis sebelum meminta seorang perempuan yang sudah menunggu di luar untuk masuk. "Masuklah, Ana," ucapnya sambil melirik ke arah pintu. Seorang wanita berpenampilan rapi masuk ke dalam ruangan, menggendong anak kecil dengan pipi tembam. "Mommy!" seru anak itu sambil merentangkan tangan mungilnya ke arah Heeseung, yang langsung menyambutnya dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Ana. Kamu bisa pergi sekarang," kata Heeseung kepada wanita yang sudah lama menjadi pelayan kepercayaan keluarganya. Ana membungkuk sopan sebelum meninggalkan apartemen.

"Aunty!" Seruan ceria itu datang dari Jaeyoon, yang tubuh kecilnya mulai menggeliat meminta diturunkan dari gendongan Heeseung.

Heeseung tertawa kecil, menurunkan Jaeyoon yang kemudian langsung melesat ke arah Sunoo, mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Sunoo dengan gemas. "Selamat pagi, Aunty!" serunya riang, membuat Sunoo tak tahan untuk tidak ikut gemas.

"Selamat pagi, bayi!" jawab Sunoo lembut sambil mencubit pipi gembul Jaeyoon. Namun, Jaeyoon langsung merengut sebal mendengar sapaan itu.

"Aku bukan bayi! Aku sudah empat tahun, ini bayi!" Ucap Jaeyoon sambil menunjuk perut Sunoo dengan jarinya yang kecil, lalu menatap Heeseung dengan harapan mencari dukungan. Heeseung berusaha keras menahan tawa sebelum mengangguk, menyetujui pernyataan Jaeyoon.

Sunoo terkekeh. "Oho, jadi kamu sudah besar, ya? Baiklah, Aunty mengerti. Jadi, kalau Jaeyoon sudah besar, apa Jaeyoon akan menjaga adik nanti?" tanyanya sambil menatap Jaeyoon yang kini mengangguk antusias.

"Tentu! Jaeyoon akan menjaga adik," serunya bangga sebelum mencium perut Sunoo dengan penuh kasih sayang.

Namun, setelah itu, Jaeyoon tiba-tiba terdiam, tatapannya berpindah antara perut Sunoo dan Heeseung dengan dahi berkerut. "Tapi... kenapa perut Mommy tidak ada adik?" tanyanya polos, menatap bingung kedua orang dewasa itu.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang