BAB 9

211 43 2
                                    

Pagi itu, suasana di rumah terasa begitu sunyi, jauh dari kebiasaan yang biasanya ramai oleh aktivitas dapur di pagi hari. Eunji, yang baru saja bangun dari tidurnya, keluar dari kamarnya di lantai satu dengan ekspresi bingung dan sedikit curiga. Biasanya, aroma harum masakan sudah tercium sejak dini hari, terutama karena pagi ini adalah giliran kakaknya, Jake, untuk menyiapkan sarapan. Namun, tidak ada suara wajan yang beradu atau aroma kopi yang menguar dari dapur, hanya keheningan yang terasa tidak biasa.

Eunji melihat ke arah jam dinding, dan alisnya terangkat. "Jam tujuh lewat? Biasanya jam lima kakak sudah sibuk di dapur," gumamnya heran, sambil berusaha mengingat apakah Jake sempat memberitahu kalau dia akan bangun terlambat. Tapi ingatannya tidak menemukan apa pun. Rasa penasaran mulai menyelimuti pikirannya. Mungkin Jake masih tertidur, atau ada sesuatu yang membuatnya enggan bangun pagi ini. Eunji memutuskan untuk naik ke lantai dua, menuju kamar kakaknya.

Dengan langkah hati-hati, Eunji menaiki tangga kayu yang berderit pelan setiap kali diinjak. Setibanya di depan pintu kamar Jake, dia mengetuknya beberapa kali. "Kak? Sudah pagi, kau tidak masak sarapan?" tanyanya dengan nada lembut, tetapi setelah menunggu beberapa detik, tidak ada jawaban. Eunji mendekatkan telinganya ke pintu, namun suasana tetap senyap. Merasa semakin penasaran, dia akhirnya memberanikan diri untuk memutar gagang pintu dan membukanya perlahan, berharap tidak membuat suara yang terlalu berisik.

Saat pintu terbuka, mata Eunji membelalak. Pemandangan di depan matanya benar-benar tidak terduga. Di dalam kamar yang temaram, tampak Jake dan Heeseung tertidur pulas di atas ranjang yang besar. Yang membuat Eunji terkejut bukan hanya karena mereka tidur bersama-melainkan karena posisi tidur mereka yang begitu intim. Heeseung terbaring dengan nyaman di dada Jake, wajahnya sedikit menunduk, sementara lengan Jake melingkari tubuh Heeseung seolah melindunginya. Jake sendiri tampak begitu damai, tangannya tergeletak dengan santai di punggung Heeseung, seolah-olah keduanya telah tidur seperti ini selama bertahun-tahun.

Eunji berdiri mematung di ambang pintu, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut, tapi segera berubah menjadi senyum tipis. Perlahan, senyumnya melebar ketika ia mulai menyadari betapa manis dan damainya momen itu. "Aku tidak percaya," bisiknya pelan, merasa geli dan terharu sekaligus.

Eunji mendekatkan dirinya sedikit, matanya menyapu seluruh ruangan sebelum kembali tertuju pada dua orang yang masih tertidur nyenyak itu. Heeseung, yang biasanya kaku dan menjaga jarak, sekarang terlihat begitu nyaman, bahkan tampak bersandar di dada Jake seolah-olah itu adalah tempat yang paling alami baginya. Eunji terkikik kecil, membayangkan betapa Heeseung yang biasanya jutek dan dingin pasti akan malu luar biasa jika tahu dirinya tertangkap basah tidur seperti ini di atas Jake.

Sambil tersenyum penuh arti, Eunji bergumam lirih, "Sepertinya datang bulan benar-benar membawa berkah," nada suaranya bercampur antara keheranan dan kegembiraan. Ada sesuatu dalam momen ini yang membuat hati Eunji terasa hangat. Selama ini, dia hanya bisa melihat kakaknya dan Heeseung sebagai pasangan yang saling menjaga jarak, seolah-olah dinding yang tidak terlihat memisahkan mereka. Tapi pagi ini, dinding itu tampaknya runtuh, setidaknya untuk sesaat.

Dengan hati-hati, Eunji memerhatikan wajah Heeseung yang terbenam di leher Jake. Ada ketenangan di wajahnya, sesuatu yang jarang terlihat pada pria yang biasanya begitu serius dan sulit ditebak. "Kakak ipar ternyata bisa manis juga kalau sedang tidur," Eunji bergumam lagi, merasa geli sendiri. "Aku jadi ingin punya pacar," lanjutnya dengan nada bercanda, meski pipinya sedikit memerah membayangkan dirinya berada dalam situasi yang serupa.

Melirik jam dinding di kamar Jake, Eunji menyadari bahwa waktu sudah hampir menunjukkan pukul tujuh tiga puluh. Kakaknya sudah sangat terlambat jika ingin berangkat ke kebun tepat waktu. "Wah, sudah telat," katanya sambil tertawa kecil. "Tapi, ya sudahlah, sekali-sekali terlambat karena urusan pribadi kan bukan masalah besar." Eunji memutuskan untuk membiarkan Jake dan Heeseung tidur sedikit lebih lama, yakin bahwa keduanya butuh istirahat setelah apa pun yang mereka lalui semalam.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang