BAB 7

237 40 0
                                    

Beomgyu mendengus kesal saat melihat bagaimana Heeseung dengan sengaja mengacuhkan Jake. Matanya melotot tajam, rasa jengkel yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya meluap. "Ada apa denganmu? Kenapa kau bersikap seperti itu? Bagaimanapun juga, Jake adalah suamimu. Tidak pantas kau memperlakukannya seperti itu," ujarnya, suaranya penuh dengan amarah yang coba ia tahan. Jake, yang sejak tadi membantu mereka membawa koper-koper besar ke dalam penginapan, tampak tidak terganggu sedikit pun oleh sikap acuh Heeseung. Seolah sudah terbiasa.

Jake sudah kembali ke kebun teh setelah mengantarkan mereka ke penginapan beberapa jam lalu. Ia berencana untuk menjemput Heeseung setelah menyelesaikan pekerjaannya di perkebunan. Namun, melihat sikap Heeseung yang terang-terangan mengabaikannya, membuat sahabat-sahabat Heeseung geram.

Heeseung menghela napas panjang, kelelahan terlihat di wajahnya. Sahabat-sahabatnya, terutama Beomgyu, terus memarahinya karena caranya bersikap pada Jake. Sejak tadi pagi, mereka tidak henti-hentinya memberikan nasihat. Akhirnya, Heeseung tidak bisa lagi menahan kejengkelannya. "Apa kalian tidak lelah terus mengomel seperti ini?" ujarnya dengan nada datar, namun jelas menunjukkan kebosanannya. Suara Heeseung membuat Beomgyu melotot semakin jengkel, seolah ia tidak percaya sahabatnya itu masih saja keras kepala.

Di sisi lain, Sunoo yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lebih tenang. Ia mendesah panjang, melihat kekerasan hati Heeseung yang tak kunjung berubah. "Kami seperti ini karena kami peduli padamu, Hee," ujar Sunoo pelan, namun tegas. "Kau sendiri yang bilang, ayahmu memberikan persyaratan untuk mendapatkan hak waris dengan menikahi Jake, kan? Jadi, kau tidak bisa menyalahkan Jake untuk itu. Orangtuamu sendiri yang memintanya," lanjutnya, kali ini lebih lembut, mencoba meredakan ketegangan.

Heeseung yang semula tampak acuh, kini mulai terlihat lebih tenang. Kata-kata Sunoo sepertinya mulai menyentuh sisi rasional dalam dirinya. Melihat reaksi itu, Sunoo tersenyum samar sebelum melanjutkan. "Ingat, di dalam surat perjanjian warisan, kau tidak bisa menceraikan Jake sebelum pernikahan kalian berumur lima tahun. Dan itu bukan waktu yang singkat, tentu saja. Kau akan terus bersikap seperti ini padanya selama itu?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh makna.

Sunoo berhenti sejenak untuk memastikan Heeseung benar-benar mendengarkan. "Jake bahkan tampak seperti pria yang baik. Aku tidak memintamu untuk mempertahankan pernikahan ini selamanya. Hanya saja, cobalah bersikap baik padanya. Hormati dia, setidaknya sebagai suamimu. Dia berhak mendapatkan rasa hormat itu darimu, Hee, selayaknya seorang istri. Setidaknya, sampai masa lima tahun itu berakhir, setelah itu kalian bisa memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lee Heeseung yang kami kenal tidak seburuk ini, meski kau memang keras kepala dan sedikit susah diatur," tambah Sunoo, berusaha mencairkan suasana dengan sedikit gurauan di akhir kalimatnya.

Taehyun dan Beomgyu yang sedari tadi diam, kini ikut mengangguk setuju. Senyum tipis terukir di wajah mereka, menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Sunoo memang tepat sasaran. Heeseung, yang tadinya memasang ekspresi dingin, kini tampak lebih tenang dan mulai merenung. Wajahnya tampak diliputi rasa bersalah. Ia tidak bisa lagi menyangkal bahwa mungkin, hanya mungkin, Sunoo benar.

"Kami akan membongkar koper dan membereskan pakaian kami," kata Taehyun dengan lembut sambil mengusap bahu Heeseung dengan penuh pengertian. "Kau duduk saja di sini dan pikirkan baik-baik apa yang sudah Sunoo katakan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

Heeseung tetap diam, matanya tertuju pada pemandangan di luar jendela. Ia tampak tenggelam dalam pikirannya, menimbang-nimbang setiap kata yang Sunoo sampaikan. Sementara itu, ketiga sahabatnya mulai berjalan menjauh, meninggalkan Heeseung dengan pikirannya sendiri.

"Apa dia akan mendengarkanmu?" bisik Beomgyu pada Sunoo, suaranya dibuat sedemikian pelan agar tidak terdengar oleh Heeseung. Mereka kini sudah cukup jauh dari tempat Heeseung duduk, namun masih bisa saling berbicara tanpa menarik perhatian.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang