BAB 16

221 42 3
                                    

Heeseung duduk di tepi ranjang dengan cemas, tatapannya fokus pada kotak kado yang tergeletak di pangkuannya. Jemarinya dengan hati-hati mulai membuka pita merah yang terikat rapi di atas kotak pemberian sahabat-sahabatnya. Perlahan, dia mengangkat penutup kotak dan menatap isinya dengan mata yang tiba-tiba membesar sempurna. Seketika, wajahnya memerah padam saat tangannya mengeluarkan sebuah pakaian tipis berenda hitam dari dalam kotak. Lingerie itu tampak begitu tembus pandang dan nyaris tidak bisa disebut pakaian dengan bagaimana transparansinya.

"A-apa ini..." gumam Heeseung pelan, menahan napas saat memandangi lingerie tersebut, menggantung di udara. Wajahnya semakin memanas, dan ia langsung meletakkan lingerie itu di atas kasur dengan cepat, seolah-olah takut jika terlalu lama menyentuhnya. "Ini bahkan tidak menutupi tubuhku sama sekali," lanjutnya dengan suara rendah, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Apa yang mereka pikirkan saat membeli barang seperti ini?"

Dengan hati-hati, Heeseung kembali merogoh ke dalam kotak, menemukan deretan botol kecil dengan berbagai merek yang tidak asing baginya, tetapi tetap membuatnya terkejut. "P-pelumas..." bisiknya, nyaris tidak terdengar, sambil menatap botol-botol itu dengan ekspresi tak percaya. Wajahnya yang sudah memerah kini hampir seperti tomat matang. "Ya ampun, mereka benar-benar sudah keterlaluan," gumamnya lagi, semakin merasa malu saat menyadari seberapa jauh lelucon para sahabatnya.

Ketika tangannya menjelajahi kotak lebih dalam, ia menemukan beberapa bungkus tespek yang masih tersegel rapi. Heeseung hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan betapa seriusnya teman-temannya dalam mengirimkan barang-barang ini. Tapi itu belum semuanya-di sudut kotak, tergeletak sekotak susu dengan merek yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. "Susu kuat?" katanya dengan nada bingung, mengangkat kotak itu ke udara dan membaca labelnya. "Kuat apa?"

Di tengah kebingungannya, Heeseung menyadari ada selembar kertas yang terselip di bawah barang-barang itu. Dia mengambilnya, dan matanya segera tertuju pada sederet kalimat yang tertulis dengan rapi. Wajahnya, yang sudah memerah, semakin memanas saat ia mulai membaca isi pesan tersebut dengan suara lirih. "Kami sengaja tidak memberikan kalian kondom, jadi tolong langsung saja agar kami segera mendapatkan keponakan," ujarnya pelan, suaranya nyaris tersedak malu saat membacakan kalimat terakhir di surat itu.

Heeseung menghela napas berat, menatap isi kotak itu dengan wajah frustasi. "Mereka benar-benar sudah gila..." gumamnya dengan penuh keputusasaan, merasa tidak tahu harus bagaimana menghadapi sahabat-sahabatnya setelah ini.

Belum sempat Heeseung merapikan semua kekacauan di atas ranjang, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan suara yang cukup keras. Heeseung tersentak, menoleh cepat, dan matanya membelalak saat melihat Jake melangkah masuk. Namun, keterkejutannya belum berhenti sampai di situ. Tepat di belakang Jake, berdiri Lee Hyun Jae, ayahnya.

"Heeseung, Jake bilang-" Ucapan Lee Hyun Jae terhenti mendadak saat matanya tertuju pada pemandangan di atas kasur. Mulutnya terbuka lebar, jelas terkejut, melihat lingerie hitam berenda, botol-botol pelumas, dan barang-barang lainnya yang berserakan di atas kasur putranya dan menantunya. Di sebelahnya, Jake tampak sama terkejutnya. Pria itu terpaku di tempat, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Wajahnya perlahan memerah, mengikuti rona merah yang sudah memuncak di wajah Heeseung.

Heeseung merasa seolah dunia berputar lebih cepat. Wajahnya terasa panas, dan dalam hatinya, ia sudah mulai mengutuk satu per satu sahabat-sahabatnya yang telah mengirimkan kotak kado sialan itu. Dengan gugup, ia segera berdiri dari ranjang, berniat untuk menjelaskan situasinya. Namun, dalam kegugupannya, ia justru menyenggol kotak hadiah yang masih berada di tepi ranjang. Kotak itu jatuh ke lantai, dan isinya berserakan ke mana-mana. Botol-botol pelumas, lingerie, bahkan tespek ikut berguling keluar dari kotak.

Selembar kertas yang tadi dibaca Heeseung terbang terbawa angin dari jendela yang terbuka, mendarat tepat di atas sepatu Jake. Dengan wajah yang semakin memerah, Jake menunduk dan mengambil kertas tersebut. Matanya membacanya cepat, dan saat ia selesai, rona merah di wajahnya merambat sampai ke telinganya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya keheningan canggung yang menyelimuti kamar mereka.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang