BAB 22

251 37 11
                                    


“Jake...” panggil Heeseung dengan nada manja, tangannya meraih kemeja yang dikenakan suaminya, menariknya perlahan seolah memohon agar Jake tetap tinggal di rumah. Mata Heeseung tampak merajuk, bibirnya sedikit cemberut, ekspresi yang jarang ia tunjukkan namun seringkali berhasil meluluhkan hati Jake.

Jake menatap wajah Heeseung yang terlihat lelah namun penuh permohonan. “Sebentar saja, sayang. Aku janji akan kembali setelah dua jam,” kata Jake dengan lembut, berusaha sekuat tenaga membujuk Heeseung. Sudah dua hari belakangan ini Heeseung tampak tidak ingin ditinggalkan sendirian di rumah, terutama saat Jake harus pergi ke kantor. Awalnya, Jake merasa bingung dengan perubahan sikap Heeseung yang tiba-tiba ini, karena Heeseung biasanya tidak keberatan jika ia harus pergi bekerja.

Jake mencoba mencari solusi lain. “Bagaimana kalau aku antar kamu ke rumah ibu atau ke apartemen Sunoo? Nanti aku jemput kamu setelah urusan di kantor selesai. Aku benar-benar harus datang ke sana untuk bertemu klien penting, sayang. Kesepakatan kerja sama ini tidak bisa ditunda lagi. Aku janji tidak akan lama, hanya sebentar saja,” lanjut Jake, suaranya penuh kesabaran saat ia mencoba membuat Heeseung mengerti situasinya.

Heeseung terdiam, pandangannya menerawang sejenak saat ia mencoba mempertimbangkan tawaran Jake. Pikiran itu bergulat di kepalanya. Ia ingin Jake tetap di rumah bersamanya, namun ia juga tahu bahwa Jake memiliki tanggung jawab yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. “Hanya sebentar?” tanyanya dengan suara lembut, memastikan sekali lagi bahwa Jake tidak akan pergi terlalu lama.

Jake tersenyum tipis, meyakinkan Heeseung dengan anggukan. “Iya, sebentar saja, sayang. Aku akan kembali sebelum kamu sadar aku pergi,” candanya pelan, mencoba meringankan suasana.

Setelah menghela napas panjang, Heeseung akhirnya mengangguk dengan pasrah. “Aku mau di rumah saja,” katanya dengan nada final, seolah-olah keputusan itu sudah bulat di kepalanya. Dia tak ingin pergi ke mana pun, hanya ingin menunggu Jake di rumah.

Jake menghembuskan napas lega. Setidaknya Heeseung setuju untuk tinggal di rumah, meskipun dia harus tetap memastikan ada seseorang yang menjaga dan menemaninya. “Baiklah,” Jake berkata dengan suara lembut, “Aku akan meminta Sunoo untuk datang dan menemanimu. Aku tidak akan tenang kalau kamu sendirian.”

Mendengar nama Sunoo disebut, Heeseung buru-buru membuka mulut untuk protes, “Tidak perlu, Jake. Aku bisa—”

Namun sebelum Heeseung sempat menyelesaikan kalimatnya, Jake sudah menyela dengan nada tegas namun tetap lembut. “Tidak, Heeseung. Harus ada seseorang di dekatmu. Aku tidak mau mengambil risiko membiarkanmu sendirian di rumah dalam keadaan seperti ini,” katanya. Sikapnya begitu protektif, dan Heeseung tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat lebih jauh. Ketika Jake sudah dalam mode seperti ini, semua protesnya hanya akan berakhir sia-sia. Heeseung hanya bisa menghela napas pelan, menyerah pada perhatian berlebih dari suaminya.

Jake segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, menelpon Sunoo agar segera datang ke apartemen mereka. Sementara menunggu telepon tersambung, Jake berjalan menuju dapur, mengambil segelas susu hangat yang sudah ia siapkan tadi. Setelah berbicara singkat dengan Sunoo yang setuju untuk datang, Jake kembali ke ruang tamu dengan segelas susu di tangan.

“Heeseung, ini, ayo minum susumu dulu,” kata Jake dengan lembut, menyerahkan gelas itu ke tangan Heeseung yang terkulai lemah di sofa. Heeseung mendengus pelan namun tetap meraih gelas tersebut. Dengan enggan, ia menyesap susu itu perlahan, meskipun ia hanya mampu meneguk setengahnya. Jake menatapnya dengan penuh perhatian, diam-diam menahan senyumnya. Kondisi Heeseung mungkin belum pulih sepenuhnya, dan nafsu makannya masih jauh dari normal, namun setidaknya ia sekarang bisa menerima dua gelas susu setiap harinya. Hal itu merupakan kemajuan besar dibandingkan beberapa hari yang lalu, ketika Heeseung bahkan menolak makan sama sekali. Meskipun terkadang harus dipaksa sedikit, Jake selalu sabar memastikan Heeseung mendapat nutrisi yang cukup.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang