BAB 6

234 41 1
                                    

Heeseung berdiri di balik jendela kamar Jake, memperhatikan dengan dahi berkerut ketika seorang gadis berlari keluar dari rumah Jake dengan terburu-buru. "Siapa dia?" gumamnya bingung, alisnya menyatu saat pikirannya dipenuhi pertanyaan. Namun, sebelum dia sempat merenung lebih jauh, ponselnya berdering nyaring, memecah keheningan dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Heeseung terlonjak kaget, matanya melebar saat melihat nama Jay, salah satu sahabat terdekatnya, tertera di layar. Kenapa Jay menelpon? Pikirnya penuh waspada.

Dengan tangan sedikit gemetar, Heeseung buru-buru menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu. Sebelum ponselnya bahkan menyentuh telinganya, suara Jay sudah terdengar dari seberang, penuh nada tegas dan tak sabar.

"Heeseung, cepat datang dan jemput kami di bandara. Kami sudah sampai di Jeju," ujar Jay, suaranya jelas menuntut.

Kalimat itu membuat Heeseung terpaku, tubuhnya kaku di tempat. Jeju? Bandara? Pikiran Heeseung langsung berkecamuk, mencoba mencerna informasi mendadak ini. Bagaimana bisa mereka ada di Jeju? Apakah mereka tahu aku sudah menikah?

Perasaan panik mulai merayap ke dalam dirinya. Mereka tak mungkin tahu, bukan? Pikirannya berputar cepat. Heeseung ingat betul bahwa dia menikah dalam diam, tanpa ada satu pun dari sahabatnya yang hadir, karena saat itu mereka semua masih berada di Amerika Serikat. Dia memastikan bahwa tak seorang pun tahu tentang pernikahannya dengan Jake. Lalu, kenapa mereka tiba-tiba ada di Jeju?

Sebelum Heeseung sempat bertanya atau menjawab, suara Jay kembali menggema di telinganya.

"Jika kau pikir kau bisa membohongi kami, jangan harap itu akan berhasil. Jadi cepat datang sebelum kami benar-benar marah padamu, Lee Heeseung!" Jay menutup telepon dengan nada penuh ancaman sebelum Heeseung sempat berkata apapun.

"Shit!" maki Heeseung sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan, merasa terjebak dalam situasi yang tak terduga. Rasa frustasi semakin menguasai dirinya saat ia menatap ponselnya yang kini sudah mati.

Tanpa membuang waktu, Heeseung berlari menuju kamar mandi, mencengkeram pintu dengan keras saat kepanikan semakin menguasainya. Dia bahkan tak sempat berpikir untuk membawa pakaian, hanya ingin membersihkan dirinya secepat mungkin sebelum pergi ke bandara. Saat air dingin menghantam kulitnya, pikirannya masih bergelut dengan kebingungan.

"Aku bahkan tidak punya mobil di sini, bagaimana aku bisa menjemput mereka?" gerutunya dengan suara pelan, merasa beban di pundaknya semakin berat. Tanpa ragu, Heeseung menarik rambut coklatnya dengan frustrasi, merasa buntu dengan semua yang tiba-tiba terjadi. Apa yang harus aku katakan kepada mereka?

***

Saat Jay menjabat tangan Jake, ia memperhatikan wajah pria itu dengan saksama. "Jadi... Jake, kau suami Heeseung?" tanyanya dengan nada yang mengandung sedikit keterkejutan namun bercampur rasa ingin tahu. Jake hanya mengangguk tipis, melemparkan senyum yang nyaris tak terlihat di wajahnya. Ada sesuatu yang tenang namun sekaligus tak terungkap dari caranya menjawab.

Beomgyu, yang berdiri tidak jauh dari mereka, bersiul pelan sebelum bergumam, "Sial, dia sangat tampan." Namun, komentarnya langsung direspon dengan pelototan tajam dari pacarnya, Yeonjun, yang segera merangkul pundaknya dengan protektif. "Jangan genit, babe," ujarnya dengan nada posesif yang membuat Beomgyu hanya mendengus, tapi tak berniat melanjutkan komentarnya.

Di sisi lain, Sunoo melirik Heeseung dengan senyum menggoda, mendekatkan diri dan berbisik pelan, "Wow, Lee... eh, maksudku, Shim ya sekarang? Suamimu itu terlihat cukup... panas. Tidak perlu disembunyikan, kan?" Namun, sebelum Sunoo bisa melanjutkan kalimatnya, ia merasakan cubitan keras di lengannya dari Heeseung yang sudah melotot marah. "Sakit, bodoh!" serunya dengan kesal, mengusap lengannya yang memerah, tapi Heeseung hanya mengangkat bahu tanpa peduli.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang