BAB 19

253 42 2
                                    

Peringatan 🔞: Bab ini mengandung konten dewasa yang tidak sesuai untuk pembaca di bawah umur. Bagi yang belum cukup umur, disarankan untuk segera meninggalkan bab ini dan melanjutkan ke bagian lain yang lebih sesuai. Mohon kebijaksanaannya dalam membaca.

______________________________________

Keduanya terengah-engah saat melepas ciuman mereka. Jake masih menyatukan dahinya dengan dahi Heeseung, sembari mengatur napasnya yang berat. Dia terkekeh kecil, menatap wajah Heeseung yang merona dengan intensitas yang tak dapat disembunyikan.

"Kenapa tidak bilang dari dulu?" Suara Heeseung terdengar tersengal, tapi tak mengurangi ketegasan dari pertanyaannya. Matanya berbinar dalam keheranan, seolah mencari jawaban yang sudah lama ingin ia dengar.

Jake diam sejenak, menatap wajah Heeseung dengan senyum tipis yang penuh keraguan. Dalam hening yang mencekam itu, suasana kamar terasa sangat intim, hanya ada mereka berdua di dunia ini. "Aku hanya merasa... tidak pantas," jawab Jake akhirnya, suaranya rendah dan terkesan malu-malu, seolah mengakui sesuatu yang sudah lama ia pendam.

Senyumannya menyembunyikan perasaan cemas, meskipun ia tak ingin menunjukkannya terlalu jelas. Heeseung menatapnya tajam, lalu tanpa diduga, ia memukul bahu Jake, meski dengan kekuatan yang ringan. "Bodoh," gumam Heeseung, nadanya terdengar kesal namun penuh rasa sayang di dalamnya. Ada kehangatan di balik kecaman kecil itu. "Aku mencintaimu, Jake," lanjut Heeseung tanpa ragu, menegaskan perasaannya yang sejak lama terpendam, kali ini tanpa ada keraguan sedikitpun. Tangannya meraih wajah Jake, dan ia mengecup lembut hidung mancung suaminya, sebuah tindakan yang manis dan penuh kasih sayang. "Aku. Mencintaimu... bahkan dalam. Mimpiku," lanjutnya dalam hati, meskipun kata-kata itu hanya menggema di dalam pikirannya, terasa nyata dan kuat.

Jake menatapnya dengan intensitas. Yang lebih besar setelah mendengar pengakuan itu, matanya berbinar dengan campuran kelegaan dan cinta yang mendalam. Senyumnya semakin lebar, penuh dengan kebahagiaan yang baru saja ia rasakan. Namun, sebelum ia bisa. Mengucapkan apapun, Heeseung menarik napas dalam-dalam, pipinya memerah karena malu. "Jadi... ayo," bisiknya pelan, hampir tak terdengar "Lanjutkan apa yang seharusnya sudah kita lakukan sejak awal."

Jake, yang mendengar bisikan itu, menatapnya dengan keheranan sejenak sebelum akhirnya menyadari maksud Heeseung, Ia tersenyum lebar, senyum yang penuh arti, la hendak mencondongkan tubuhnya untuk mencium Heeseung lagi, namun sebelum bibirnya menyentuh, Heeseung menahan dadanya dengan tangan kecilnya, membuat Jake berhenti tepat di hadapannya. "Langsung ke inti saja," ujar Heeseung, suaranya nyaris tak terdengar, namun cukup jelas untuk membuat Jake terdiam sesaat. Matanya melebar karena terkejut, tapi sedetik kemudian ia terkekeh pelan, senyum nakal terukir di wajahnya. "As you wish, Mrs. Shim," bisik Jake tepat di telinga kanan Heeseung, suaranya rendah dan menggoda, membuat Heeseung semakin merona.

Dengan penuh kesabaran namun tanpa membuang waktu, Jake menggeser posisi tubuh Heeseung, membuka kaki Heeseung dengan lembut, memberikan lebih banyak ruang di antara mereka. Tangannya dengan cekatan membuka botol pelumas, menuangkan sedikit ke jari telunjuknya. Heeseung menggigit bibir bawahnya keras, napasnya tersengal saat merasakan jari Jake perlahan masuk ke dalam tubuhnya. Matanya terpejam erat, mencoba menahan sensasi yang melanda tubuhnya.

"Jangan ditahan," bisik Jake lembut saat melihat Heeseung berusaha keras menahan desahannya. "Aku ingin mendengarnya," tambah Jake lagi, suaranya terdengar seperti perintah lembut, dan Heeseung menurut. Membebaskan suaranya, mendesah pelan, melantunkan nama Jake dengan penuh gairah, Heeseung meremas seprai di bawahnya dengan erat saat merasakan Jake menambahkan satu jari lagi, gerakan tangan Jake semakin cepat dengan pola yang membuat tubuh Heeseung terasa terbakar.

"J-Jake... aku..." suara Heeseung terdengar terbata-bata, napasnya tersengal, dan tubuhnya terasa seperti melayang. Segala sesuatu di sekitar mereka seakan hilang, hanya ada sentuhan Jake yang memenuhi seluruh keberadaannya.

From God to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang