BAB 20 : Burung Elang dan Surat

4 0 0
                                    

Note :

Hersy melihat Lyivenna jatuh sakit untuk kedua kalinya tepat di depan matanya. Pertama kali, saat Lyivenna menangis kelelahan hingga akhirnya jatuh demam, dan yang kedua, ketika Lyivenna tergelincir dari tangga akademi. Sedangkan saat racun menyergap Lyivenna pada usia 5 tahun, Hersy tidak ada di sana untuk menyaksikan penderitaan itu. Jadi, momen-momen ini bukan pertama kalinya ia melihat Lyivenna sakit langsung di hadapannya.

...

Di tempat lain, di wilayah kekuasaan Kerajaan Vertnalta, suasana kerja di dalam istana terlihat tenang namun sibuk. Di sebuah ruangan besar dengan dinding berhias ukiran khas Vertnalta, seorang pria berwajah tampan dan penuh karisma duduk di balik meja besar yang dipenuhi dokumen. Dia adalah Marquess Ji, salah satu tokoh penting dalam pemerintahan Vertnalta, yang mengurusi perekonomian kerajaan dengan teliti dan penuh tanggung jawab.

Tumpukan kertas berserakan di hadapannya —laporan perdagangan, pengelolaan keuangan, hingga strategi ekonomi jangka panjang. Meski kesibukan yang menggunung, Marquess Ji tetap terlihat tenang dan penuh kontrol, matanya yang tajam menelusuri tiap baris laporan dengan seksama, sesekali menandatangani dokumen atau memberi catatan penting di pinggir halaman.

Di sebelahnya, seorang asisten setia berdiri dengan sabar, membawa dokumen tambahan yang perlu ditinjau. "Marquess Ji," Ucap asisten itu dengan suara tenang, "Ini laporan terbaru mengenai perdagangan dari utara. Keadaan ekspor mereka sedikit menurun karena cuaca ekstrem."

Ji mengangkat pandangannya sejenak, menatap sang asisten, lalu mengambil dokumen itu dengan anggun. Senyum tipis terlihat di wajahnya yang memancarkan ketenangan, karisma, dan kekuatan yang membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasa dihormati. Bahkan saat dia dikelilingi tumpukan kerja yang menumpuk, aura tenang dan profesionalisme yang terpancar dari dirinya begitu kuat.

"Terima kasih, Marius," Ucapnya tanpa banyak basa-basi. Jarinya yang ramping dengan cepat membolak-balik halaman dokumen tersebut. "Kita perlu menyusun strategi untuk menghadapi penurunan ini sebelum merusak stabilitas ekonomi kita."

Asistennya, Marius, mengangguk cepat. "Tentu, Tuan Marquess. Saya akan segera menghubungi kepala perdagangan."

Sembari menandatangani dokumen-dokumen penting lainnya, Marquess Ji mengambil waktu sejenak untuk menarik napas panjang. Meskipun dikelilingi oleh tekanan politik dan ekonomi, ia tidak pernah kehilangan ketenangannya. Wajahnya tetap tampak menawan, dengan sorot mata yang penuh determinasi dan fokus. Bahkan dalam kesibukannya, ketampanan dan kharismanya tetap memikat, mencerminkan sosok pemimpin yang dihormati oleh banyak pihak.

"Segera kumpulkan laporan harian dari semua sektor ekonomi. Kita tidak bisa membiarkan keadaan ini berlarut-larut," Lanjut Ji dengan tegas namun halus. Meski ia bicara dengan tenang, semua yang berada di ruangan itu tahu bahwa di balik ketenangannya, ada pikiran yang terus bergerak cepat, mengatur strategi demi kebaikan kerajaan.

Marius mengangguk sekali lagi sebelum meninggalkan ruangan, membawa perintah Marquess Ji untuk disampaikan ke tim lainnya. Sementara itu, Ji kembali pada pekerjaannya, tak henti-hentinya mengamati perkembangan perekonomian Vertnalta. Bagi dia, mengelola ekonomi kerajaan tidak sekadar tugas, tetapi tanggung jawab besar yang ia jalani dengan penuh dedikasi.

Dan meskipun hari sudah semakin sore, wajahnya tetap tak menunjukkan tanda lelah, hanya dedikasi yang dalam untuk kemajuan kerajaan.

...

Sore itu, ruangan kerja Marquess Ji masih dipenuhi dengan cahaya matahari yang mulai memudar. Di tengah keheningan dan suara lembaran kertas yang diputar, sebuah ketukan pelan terdengar di pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Butterflies of Labestia: The Heir's Final LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang