Di kota Bandung yang dinamis dan berwarna, seorang pemuda dikenal sebagai panglima tempur, ketua geng yang disegani. Meskipun memiliki reputasi yang kuat, hatinya tergerak oleh cinta pada seorang gadis cantik asal Yogyakarta yang bersekolah di tempa...
“Angges can sarapanna, hayu gera ka kelas, geus rek asup,” ucap Bargas.
“Ayo,” jawab Hagasa.
Setelah membayar, mereka langsung bergegas meninggalkan kantin dan berjalan menuju kelas mereka.
---
Sesampainya di kelas, sang guru kemudian masuk.
“Loh bu, kan belum bel masuk,” ucap ketua kelas.
“Iya, ibu tahu. Oke, anak-anak, ibu kesini hanya ingin memberi tahu kalian kalau kalian harus berkumpul di aula sekolah oleh pak kepala sekolah,” ucap sang guru.
“Okee bu,” jawab semua siswa.
“Mau ada apa sih?” ucap Xabiru.
“Kurang tahu, ayo pergi kesana,” jawab Anindya sambil menarik tangan Xabiru.
“Tuh Anin sama Biru udah pergi, yok ah kesana,” ucap Hagasa.
“Karek ge nepi,” sahut Abbas.
“Geus hayu,” jawab Rio, menarik tangan temannya itu.
---
Setelah sampai di aula, Rio dan teman-temannya mencari tempat duduk. Setelah menemukan tempat yang pas, mereka duduk dan tidak lama kemudian, kepala sekolah datang dan langsung menyampaikan tujuan ia mengumpulkan para siswa.
“Ekhem, oke, pertama bapak mau ucapkan terima kasih kepada kalian karena telah datang ke aula sekolah. Bapak di sini hanya ingin menyampaikan bahwa kita akan mengadakan acara ulang tahun sekolah pada hari Kamis nanti. Hari ini itu hari Selasa, jadi kalian bisa mendiskusikan apa yang ingin kalian tampilkan di acara nanti. Bapak hanya ingin menyampaikan itu. Sekali lagi, terima kasih,” jelas Pak Kepala Sekolah kepada siswa-siswi.
“Udah itu aja?” tanya Xabiru heran.
“Gelo ah, mending tadi di kantin kitu mah,” ucap Bargas sambil menggelengkan kepala.
“Kelas,” ucap Rio singkat kepada teman-temannya, menunjukkan bahwa mereka harus mulai memikirkan rencana untuk acara ulang tahun itu.
