Happy reading
.
.
"kamu belum datang ke area makan?"
"Belum, aku sedang menunggu anakku bangun. Lagi pula- Ini masih pagi! Aku saja baru bangun"
"Oh, aku tidak tau. Tapi, hampir semua orang sudah ada disini bersiap untuk sarapan. Dan kamu baru bangun? Jam segini? Tumben?"
"Kamu keberatan?" aku menggeram kesal karena dipojokan oleh pertanyaan yang tidak berbobot.
"Kamu marah?"
Tatapan ku berubah menyorot datar lalu berdecak sebal. Ingin sekali menutup telepon ini sekarang juga jika obrolan terus mengarah ke hal yang unfaedah.
"Jadi kamu menelepon ku di pagi buta seperti ini hanya untuk menanyaiku sudah pergi ke area makan atau belum? Iya?" Ucapan ku bernada emosi serta mengacuhkan pertanyaan tadi.
"Iya. Omong omong-"
Tutt!
Telepon ku akhiri dengan sepihak. Helaan nafas membuat dadaku yang membuncah emosi terasa jauh lebih rileks. EU berhasil membuatku emosi di pagi hari seperti ini, kupikir telepon tadi adalah obrolan penting makanya ku angkat, tapi nyatanya-
Lupakan.
Ini adalah hari apa ya? Benar! Hari Minggu. Dimana semua orang sedang menghabiskan hari liburnya dengan bersenang senang. Pagi yang mendukung (mungkin). Cahaya sang fajar mulai bergerak naik ke atas. Tanpa ragu aku bangkit berjalan untuk membuka gorden kamar.
Sret!
Mata merah ku langsung bersitatap dengan biru nya air laut. Seperti dugaan ku, kapal ini belum sampai pada titik lokasi yang akan kami datangi. Yeah tak mengapa. Lagi pula aku sangat menikmati perjalanan ini.
Aku termenung berdiri di dekat jendela dengan secangkir teh panas yang mengepul dengan wangi semerbak bunga. Khas teh Asia.
"Uhm"
Mataku melirik kebelakang ketika suara lenguhan kecil terdengar oleh telingaku. Senyuman tipis menyambut pagi, melihat sang anak sudah terbangun dari alam mimpi, berguling guling gelisah seperti mencari keberadaan ku. Meletakan gelas tersebut pada meja tersedia dan berjalan mendekati sang anak yang linglung dengan situasi.
"Selamat pagi"
Anak itu menoleh kearah ku dengan mata yang masih merem melek sambil di kucek kucek. Tak lama ia tersenyum dan meregangkan kedua tangan nya keatas.
"Gendong indo yah"
Rasanya aku masih tidak percaya dengan situasi ini. Aku? Asean? Sudah menjadi seorang ayah? Punya bini aja belom.
"Kita masih di kapal ya?" Tanya linglung anak ku ketika ia sudah kupangku.
"Iya. Kenapa? Apa kamu tidak sabar ingin menapak daratan?"
"Bosen yah, dikamar mulu" keluh anak ku dengan nada yang begitu lesu.
"Ini baru satu malam. Jangan banyak mengeluh. Kau harus mandi dan ikuti aku untuk sarapan bersama. Sniff sniff, uhm badanmu bau" aku menjahili nya agar mata yang masih sayu itu menjadi segar akan protesan.
"Apasih yah. Wangi gini dibilang bau? Gak mandi juga badan Indo udah wangi kali" protes nya dengan bibir manyun menggebu gebu.
Aku mulai beradu argument dengan anak ku. Mengoceh dan mengoceh ketika aku memandikan nya. Mulut anak itu memang tidak bisa diam. Bawel nya melebihi bebek yang sedang diberi makan.
![](https://img.wattpad.com/cover/364869607-288-k737815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Father | (countryhumans)
Ficção GeralSuatu kejadian tak terduga yang menimpa seorang pemuda, dimana dirinya harus berperan sebagai seorang ayah atas dasar kesalah pahaman. Mengisahkan dirinya yang sedang belajar menjadi single parent dadakan dengan hanya memiliki 1 anak angkat saja? Se...