SC#21

101 4 0
                                    

~~~

Hari ini alya menitipkan anak nya di daycare, ia ditemani oleh bapaknya bertemu kembali dengan pengacaranya untuk mengurus beberapa berkas yang belum terpenuhi. Alya hanya meminta untuk hak asuh anaknya agar jatuh ke tangannya, ia tidak menuntut perihal harta gono-gini begitu juga dengan nafkah anaknya yang tidak ia tuntut dalam perceraian ini. Ia hanya ingin hak asuk anaknya ada ditangan dia.

"baik bu kami usahakan semuanya terpenuhi" ucap pengacaranya

"mohon dibantu ya pak" ucap bapak

Mereka pun pergi menuju salah satu rumah sakit, yang memang sudah enam bulan ini alya tidak mengunjunginya. Alya membawa roti pisang buatannya tadi pagi dan satu botol jus buah mangga, ia berusaha mengukir senyuman di bibirnya dan menarik nafasnya dalam-dalam.

"kamu yakin mau masuk" ucap bapak yang diangguki alya

Alya masuk kesalah satu ruangan yang cukup sejuk dan cerah, ia duduk di sofa putih yang ada disana, begitu juga dengan bapaknya.

Seorang perempuan dengan seragam pink yang biasa dipanggil suster menghampiri alya dan bapaknya.

"maaf pak bu, pasien tidak mau diajak ke sini, pasien tengah duduk di taman belakang, silahkan untuk menemuinya disana" ucap suster itu, alya dan bapak pun berjalan menuju taman yang dimaksud oleh suster itu.

"assalamualaikum" ucap bapak kepada perempuan paruh baya yang tengah duduk dengan tatapan kosong ditaman itu.

Alya yang melihatnya berusaha sekuat tenaga untuk tetap mempertahankan senyumnya dan menahan air mata yang rasanya ingin keluar dari matanya.

Perempuan paruh baya itu menoleh ke arah suara bapak, memerhatikan sejenak wajah bapak lalu berkata dengan nada lembut dan lesu "siapa?" ucap perempuan paruh baya itu

"aku, suami mu" ucap bapak

"suamiku.." ucap perempuan paruh baya yang tak lain adalah ibunya alya, tak lama ibunya alya menangis, bapakpun langsung duduk disampingnya dan memeluknya.

Sudah hampir dua tahun ibunya berada di sebuah panti lansia yang membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan mental. Seminggu setelah reza dan alya mendaftarkan pernikahan keduanya ke pencatatan sipil, ibunya tiba-tiba jatuh dan mengalami struk ringan, namun setelah gejala struknya mulai membaik, kondisi ingatan ibunya memburuk selain itu emosi ibunya yang tidak terkontrol. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke jogja dan memasukan ibunya ke panti ini untuk mendapatkan perawatan yang intensif.

Dua tahun telah dilalui namun perkembangan ibunya tidak terlalu signifikan, bahkan kondisi ibunya semakin menunjukan gejala-gejala alzheimer. Begitu juga dengan kondisi mental ibunya yang sering naik turun, emosinya yang juga kadang meledak ledak. Berbagai pengobatan sudah dilakukan namun belum ada pengobatan yang tepat untuk ibunya.

"lihat, siapa yang datang" ucap bapak yang menunjukan kehadiran alya dibelakangnya

Ibuknya memandangi alya dengan tatapan kosong lagi "siapa dia?"

"ini aku, aku alya ibu" ucap alya

"alya.., alya..., alyaa.., alyaaaaa" ucap ibuknya yang nadanya kian meninggi

"stttt" ucap bapak berusaha menenangkan ibu

"kok kamu sama suamiku, kamu ngapain suamiku, dia suamiku" ucap ibuknya dengan mata yang menatap tajam alya

"ibu, ibu liat bapak, liat bapak ibu" ucap bapak

"ini alya, anak ibu, dia kesini mau jenguk ibu" ucap bapak dengan lembut

"anak.., anak..,"

"iyaa, alya, anak kita"

"ibu gak mau punya anak" ucap ibu yang berbisik kepada bapak

"dia baik, coba liat, dia bawa makanan kesukaan kamu" ucap bapak namun ibu menggelengkan kepalanya

"pak, alya ke toilet dulu" ucap alya sambil menyerahkan roti dan jus mangga pada bapaknya, ia pergi dari sana.

Ditoilet alya memecahkan tangisnya, ia tidak tahan melihat kondisi ibunya, bahkan menurutnya kini kondisi ibunya lebih buruk dari sebelumnya.

Isakan demi isakan terus keluar dari mulutnya bahkan kini pipinya sudah basah dengan air matanya. "ya allah, berat sekali rasanya" ucapnya sambil terisak.

Setengah jam berada di toilet, alya memutuskan kembali kesana dan terlihat disana ibu tengah lahap memakan roti buatannya, begitu juga dengan jusnya yang sudah setengahnya di minum.

Bapak melihat alya lalu tersenyum dan menyuruh alya untuk mendekat "sini nduk" ucap bapak, alya pun mendekat dan duduk disebelah ibunya.

"ini pertama kalinya bapak kembali melihat ibukmu lahap makannya" ucap bapak sambil tersenyum

"ibu.." ucap alya, ia mengelap sudut bibir ibuknya yang banyak rempahan roti dan bekas minum jusnya, sekuat tenaga alya menahan air matanya agar tidak jatuh kembali.

"enakk" ucap ibunya sambil menatap roti yang tengah ia genggam itu.

"nanti alya buatin lagi ya" ucap alya

Ibunya menoleh ke arah alya, lalu menatapnya lama dengan tatapan kosong, "anakku.." ucap ibunya pelan

Alya tersenyum pada ibunya, ia langsung memeluknya, ibuknya hanya diam ketika alya memeluk dirinya.

Bapak ikut tersenyum dan ikut memeluk ibu, "ibumu pasti sembuh nduk" ucap bapak.

"ibu, semoga alya kuat menghadapi semuanya" ucap alya berbisik ditelinga ibuknya.

Ketika melepas pelukannya, ibunya masih menatap alya dengan tatapan kosong, "maafin ibu" ucap ibu dengan tatapan kosong dan nada bicara yang lesu.

Disitulah alya tidak kuat menahan tangisnya, ia kembali terisak, "ibu.."

Ibunya hanya diam menatapnya terus-terusan dengan tatapan kosong, lalu tak sengaja ketika alya mau memberikan jus mangga pada ibunya, roti yang tengah dipegang oleh ibunya terjatuh. Ibunya menatap dalam roti yang jatuh itu.

Dan dengan hitungan detik ibu berteriak dengan kencang, "rotiiiiiii....." teriaknya

Alya terkejut dengan teriakan ibu, "ibu.. ibu.., ini rotinya masih ada" alya mengambil roti yang baru untuk mengganti roti yang jatuh itu.

"pergiiii........" teriak ibu dengan menatap alya tajam dan penuh amarah.

"ibu....ibu.. tenang ibu.. ini bapak" ucap bapak berusaha menenangkan ibu

"pergii..." dengan teriakan dan tangannya yang memberontak sehingga tak sengaja memukul wajah alya.

"pergiiiii....." mendengar teriakan yang semakin keras, beberapa suster perempuan dan laki-laki datang menghampiri ibu, berusaha menenangkannya dan berujung ibu dibawa paksa masuk ke ruangan rawatnya karena emosinya yang meluap-luap dan terus memberontak.

Sesampainya diruangan, ibu langsung diberikan suntikan untuk menenangkannya. Walaupun kondisinya yang tidak memberontak lagi, namun tatapan matanya tetap tajam dan raut mukanya menunjukkan penuh emosi dan amarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECOND PORT: Still TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang