Sejak Sisca kecil hingga beranjak dewasa , dia beserta orang tuanya menghabiskan waktu berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya . Ayahnya memiliki sebuah rumah warisan peninggalan orang tuanya namun nasib rumah tersebut telah ditempati oleh kedua saudara ayahnya yang serakah , ayahnya memilih untuk mengontrak rumah saja daripada ikut tinggal di rumah tersebut yang akhirnya membuat istri dan anaknya tidak nyaman .
Walaupun keadaan yang dilalui mereka tidak mudah berpindah- pindah rumah namun Sisca beserta orang tuanya selalu bersyukur , mereka tidak sampai kekurangan dan selalu cukup dengan keadaan mereka saat lalu ataupun saat ini .Saat ini Sisca sudah bisa mendapat uang sendiri , saatnya dia mengganti perjuangan orang tuanya selama ini .
Ingatan Sisca tentang masa lalunya buyar kala ia melirik jam dinding sudah pukul 5 pagi, dia beranjak dari kamarnya dan ikut membantu ibunya menyiapkan berbagai kue yang akan mereka jual pagi ini . Kali ini ayahnya yang akan mengantarkan kue tersebut sekaligus ayahnya harus berangkat bekerja lebih pagi dari biasanya karena harus mengantar barang ke luar kota .
Sebelum beranjak untuk mandi sekaligus bersiap , Sisca mengambil ponselnya yang berada di atas nakas . Sisca melihat kembali pesan yang Sena kirimkan kemarin malam yang hanya ia baca tanpa berniat membalasnya. Sena mengatakan bahwa pagi ini dia akan menjemputnya , mengajak untuk berangkat ke kantor bersama. Sebenarnya kegiatan ini sudah sering mereka lakukan berangkat bersama , namun hari ini Sisca sedikit kehilangan moodnya untuk berangkat bersama .
15 menit adalah waktu yang Sisca butuhkan untuk bersiap , di depan cermin di kamarnya dia melihat wajahnya hari ini . Redup dan tidak cerah , kemarin malam Sisca sulit untuk tidur dengan nyenyak . Setelah pesan dari Sena datang disusul dengan satu pesan dari Lidya yang mengatakan permintaan maafnya tentang kejadian tempo hari , yang membuat kencan Sena dan Sisca menjadi batal dan juga perkataan Lidya yang akhir bulan ini akan pulang beserta kekasihnya.
***
Sebenarnya Sisca kurang mengenal dekat Lidya , dia hanya mendengar cerita tentang Lidya dari ibu Sena yang selama ini selalu bercerita tentang Lidya tanpa Sisca pernah bertanya . Sejauh dia mengenal Lidya sebenarnya gadis itu terlihat baik terlepas hubungan rumit mereka . Setiap kali jika Lidya mengganggu waktunya dan Sena , dia langsung meminta maaf entah lewat telepon atau lewat pesan seperti ini .
Sisca tidak mengenal dan mengetahui siapa kekasih dari Lidya , tapi yang pernah dia dengar dari Sena kekasih Lidya berjarak usia 15 tahun dari Lidya dan merupakan bos di tempat Lidya bekerja paruh waktu . Dan juga karena usia mereka terpaut jauh , orang tua Sisca tidak menyetujui hubungan mereka berdua .
" Iya bu , kemarin juga saya lembur . Iya bu , engga bareng pulangnya, saya masih ada kerjaan kemarin. " Sayup" Sisca mendengar suara Sena yang pasti sedang berbicara dengan ibunya .
Sisca pun bergegas untuk membawa tasnya dan keluar kamar menemui mereka berdua di teras .
" Ayo mas , bu aku berangkat dulu ya " kata Sisca sambil mengambil tangan ibunya untuk berpamitan yang diikuti oleh Sena .
" Saya berangkat dulu bu " ucap Sena sambil tersenyum .
" Iya hati- hati di jalan " ucap ibu Sisca sambil melambaikan tangan .
Keadaan di atas motor Sena menuju kantornya hening, baik Sisca atau Sena tidak ada yang membuka pembicaraan . Hal ini berbanding terbalik dengan hari biasanya yang Sisca lakukan, dia akan bercerita atau sekedar mengajak Sena untuk mampir mencari sarapan pagi .
" Kenapa kemarin pulang dulu ? " akhirnya pertanyaan itu muncul dari Sena .
" Haa apa mas ? Ga dengar " ucap Sisca sambil mencondongkan badannya agar lebih mendengar ucapan Sena , terdengar Sena menghela nafas pelan .
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
RomanceKisah pasang surut perjalanan cinta Naratama Lembayung Sisca dan Pancasena Adiwinata juga dengan tambahan kehadiran Lidya Betari sahabat kecil Sena . Mereka yakin bisa berjalan bersama melewati rintangan dan badai hubungan mereka namun ketika mereka...