Bagian 9 - Pertengkaran

56 47 9
                                    

Langit gelap telah berganti dengan langit biru , namun Sisca tak juga beranjak dari kasurnya . Hari ini dia sengaja izin mendadak ke kantornya dengan alasan sakit , bukanya ia tak profesional tapi pikirannya sedang tak fokus untuk membagi dengan pekerjaannya .

Tadi pagi ibunya sudah memberikan makan juga obat untuk sakit kepalanya dan meminta ia untuk beristirahat seharian ini . Dia sadar bahwa kemarin malam sikapnya sudah keterlaluan, bukanya percaya dengan Sena tapi ia malah tidak percaya dengan penjelasan Sena dan terkesan kekanak- kanakan dengan sikapnya yang menjengkelkan .

" maaf sayang maafin aku , aku udah berkata jujur apa adanya . Kenyataannya memang begitu . " ucap Sena memelas .

" Seharusnya mas bilang ke aku telpon kek kasih kabar ke aku , jangan buat aku khawatir " kata Sisca dengan nada yang sedikit naik .

" iyaya aku kan udah bilang maaf , terus kamu maunya gmna ? Aku juga bingung sayang waktu itu serba salah aku . " balas Sena sambil berdiri kembali meraup wajahnya kasar .

Sena akui ia sedikit terpancing emosinya , daritadi Sisca tak mengerti juga ia tak mungkin melakukan segala sesuatu yang salah misal berselingkuh . Hanya dengan Sisca ia sudah cukup .

" Jawab Sisca kamu maunya gmna ? Jangan diam aja !."Kata Sena menambahi karena daritadi sang kekasih hanya diam sambil menghapus air matanya.

Sisca sedikit terkejut dengan nada suara Sena , ia ingin mengatakan sesuatu pada Sena tapi seakan mulutnya terkunci . Semua pertanyaan yang ia susun di rumah hilang sudah , yang dapat ia lakukan adalah diam dan menghapus lelehan air matanya yang tak ia kehendaki jatuh .

Sena memandang Sisca dalam, ia tau Sisca menangis tapi ia tak berminat menghibur atau mengelap air mata Sisca . Sungguh niat hati Sena ingin menghabiskan waktu malam ini dengan Sisca menjadi kacau , ia lelah sungguh lelah.

" Aku mau pulang . " cicit Sisca membuka pembicaraan setelah sekian lama diam .

" Pulang ?? Oke aku antar . Aku kasih waktu kamu buat tenang , pikirkan dengan kepala dingin . Satu hal aku tak pernah menghianatimu dan tak berniat menghianatimu yang aku minta satu tolong percaya padaku dan jaga hubungan kita dengan saling percaya. " ucap Sena sambil berlalu meninggalkan Sisca menuju parkiran .

Sisca memejamkan matanya berusaha untuk berpikir positif tentang Sena dan Lidya , ia mengakui kadang dirinya labil dan egois tak mau melihat segala dari sudut pandang Sena . Apalagi seperti yang dilihat Sisca di kafe waktu itu Lidya bertengkar dengan kekasihnya dan kemungkinan benar- benar putus seperti yang pernah Sena katakan . Ia takut bila Sena akhirnya menyerah dan akhirnya menuruti perintah ibunya sungguh ia tak mau kehilangan Sena .

Tak terasa Sisca tertidur selama beberapa jam ketika membuka mata ia melihat jam dinding sudah pukul 10 pagi , ia segera mengambil ponselnya mengecek bila ada notifikasi terlebih dari Sena yang sedari tadi ia tunggu .

Nihil tak ada sama sekali pesan atau panggilan dari Sena , mungkin Sena marah pikir Sisca . Dengan segala pertimbangan akhirnya Sisca berniat mengirimi Sena pesan saja daripada seharian ini dia kalut memikirkan perilaku Sena .

" Mas maafin sikapku kemarin malam , aku ngaku salah . Aku percaya kamu mas . "

Sisca menunggu dengah gelisah balasan pesan yang ia kirim namun hanya ceklis 2 tanpa dibaca . Jarum jam terus berjalan tak terasa Sisca telah menunggu kurang lebih 1 jam namun tak ada tanda- tanda pesan dibaca oleh Sena . Ingin Sisca menelpon tapi ia teringat masih jam kerja , Sisca berpikir untuk menelpon Sena ketika waktu istirahat tiba sekitar 1 jam lagi .

***

Di kantor Sena juga mengetahui bahwa Sisca hari ini izin berasalasan ia sakit , tapi sejujurnya Sena tau penyebab Sisca tak hadir karena ingin menghindarinya akibat pertengkaran mereka kemarin malam .

" Bang Sen.. Bang woyy ngelamun mulu gue aduin Om Andi nihh kerja ga bener lo ." Ucap Bara dengan senyum tengilnya.

" apaan sih kamu kompor banget ." Balas Sena dengan wajah yang keruh.

" idihh kamu kamu jijik gue bang sama bahasa lo , dikira orang gue ada maen sama lo " Kata Bara dengan menampilkan wajah jijik .

Sena tak menjawab ucapan Bara gantinya ia menyelonong meninggalkan ruangannya bermaksud menjauh dari Bara . Bara adalah teman satu divisi marketing dengan Sena , usianys 3 tahun di bawa Sena baru masuk 3 bulan ini tapi sok akrab dengan semua orang termasuk Sena . Gaya bahasanya khas anak muda ibu kota , maklum Bara pindahan dari ibu kota sengaja dititipkan orang tuanya ke Pak Andi atasannya juga paman Bara . Konon di tempat asalnya Bara yang khas anak orang kaya suka membuat ulah membuat orang tuanya yang lelah mengirimnya kesini diharapkan lebih bertanggung jawab dengan dirinya sendiri .

"Dasar cowo tukang galau plus ribet , kayak di dunia ini cuma ada satu orang cwe aja. Bikin ulah ya lepasin aja gtu kok repot . " ucap Bara mencibir tanpa tau masalah sebenarnya .

Sena yang berlalu memilih berbelok ke ruangan no smoking area , ia butuh ketenangan . Sena mengurut pelipisnya perutnya mulai keroncongan , kembali Sena melewatkan sarapan pagi yang wajib ia lakukan di hari biasanya akibat telat bangun karena ia lupa memasang alarm .

Pekerjaannya hari ini sedikit longgar karena ini pertengahan bulan jadi Sena dapat memanfaatkan waktu untuk beristirahat sebentar sebelum ia pergi ke kantin di jam istirahat untuk menyantap makan siangnya .

Ponsel yang ia letakkan di sebelah berbunyi tanda ada pesan masuk , memang seharian sampai sekarang ia tak mengirimi pesan ke Sisca alasannya karena tak ada karena tak ingin saja . Sena membaca deretan pesan yang dia terima , Sena membulatkan matanya bergegas berdiri dan berlari menuju divisi marketing. Meminta izin pada atasannya untuk bekerja hanya setengah hari .

Ibu : Sen , ayah masuk rumah sakit . Ini ibu udah di Rs Pelita Harapan , tadi Jaka yang bawa ayahmu ke Rs . kalau kamu bisa kamu kesini ya tapi kalau kamu repot tidak usah bisa nanti sore saja sepulang kerja kamu temani ibu disini .

Sena panik melihat deretan pesan yang ibunya kirim, setau Sena ayahnya selama ini tampak sehat . Terakhir kali ia dan ibunya mengunjungi ayahnya di desa yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya , beliau sehat dan beraktifitas seperti biasa sekedar mengurus sawah atau berkebun di halaman belakang rumah peninggalan neneknya di desa .

Selama ini ayahnya memang bolak- balik tinggal di desa atau di kota bersamanya dan ibunya , ayahnya yang sudah pensiun tak bisa lepas tangan dengan sawah peninggalan orang tuanya juga mengisi waktu luangnya .

Sena telah sampai di RS tempat ayahnya dirawat , setelah bertanya pada bagian informasi ayahnya telah berasa di kamar rawat di bangsal lantai 2 . Dengan setengah berlari Sena menaiki tangga , ia menghitung deretan nomer kamar yang ayahnya tempati .

Setelah yakin bahwa kamar di depannya adalah tempat ayahnya dirawat Sena membuka pintu dengan pelan , di dalam kamar tersebut ada ibunya dan Lidya . Bagaimana wanita ini tau ayahnya dirawat ? pikir Sena dengan raut wajah bingung .

***

Kediri , 12 Oktober 2024

Terima kasih yang sudah mampir baca dan jangan lupa berikan vote !

Salam Hangat Semua 💜

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang