Sejak pagi hingga menjelang siang ini udara di luar cukup terik , di sebagaian wilayah kebanyakan sudah turun hujan namun berbeda di kota yang ditinggali Sisca intensitas panas lebih lama ketimbang turun hujan .
Seperti siang ini Sisca bersama Dian sedang menghabiskan waktu istirahat siang di pantry yang kebetulan sedang sepi, maklum kebanyakan karyawan kantor lebih suka menghabiskan waktu istirahat dengan keluar kantor atau sekedar makan di kantin kantor . Sisca yang setiap hari selalu membawa bekal buatan ibunya memilih pantry untuk menyantap makan siangnya yang ditemani dengan Dian yang memiliki kesamaan dengannya selalu membawa bekal.
" Minggu depan ada long weekend gimana kalau kita piknik ? " tanya Dian antusias .
" Boleh atur aja mbak pastinya kapan dan mau kemana , aku ngikut aja . Aku juga perlu banget piknik biar ga stress . " jawab Sisca menyengir sambil mengelap mulutnya dengan tissu di depannya .
" Ada masalah lagi ? " Dian selain teman yang baik tapi kadang tingkat kekepoannya cukup tinggi .
" Gaada biasa aja, kayak hari biasa . " ucap Sisca tersenyum . Sisca selalu memilah- milah hal apa yang akan diceritakan pada Dian , meskipun mereka akrab tapi Sisca pikir tidak semua hal harus diceritakan .
Sisca beranjak menuju kitchen sink untuk mencuci kotak bekalnya . Namun suara pintu dibuka dengan kasar membuat Sisca juga Dian seketika menoleh , dan ia mendapati lelaki sama yang menolongnya kemarin malam masuk ke pantry dengan langkah tergesa- gesa menuju ke dispenser yang terletak di ujung meja .
" Maaf maaf bikin kaget . " ucap lelaki itu sambil menghela nafas kasar mengelap mulutnya akibat minum dengan tergesa .
Sisca juga Dian saling berpandangan terlebih mata Dian memberi kode seperti bertanya siapa lelaki tersebut ?
" Gue Bara dari divisi marketing , anak baru tapi gaperlu di Ospek . " sapa Bara dengan senyumannya yang genit mengulurkan tangan pada Dian .
Sisca memandang Dian yang tak berkedip memandang Bara , matanya perilakunya mengisyaratkan kekaguman yang seketika membuat Sisca membuang pandangannya. Secara penampilan dan paras Bara memang menawan dan ia juga sadar akan kelebihannya itu jadi menurut Sisca Bara memanfaatkan itu untuk mengaet perempuan di luar sana mungkin itu pandangan Sisca terhadap lelaki model seperti Bara ini .
" Dian bagian Admin ini teman aku Sisca dari divisi yang sama . " ucap Dian membalas uluran tangan Bara sambil tersenyum .
Bara mengalihkan pandangannya pada Sisca seraya tersenyum miring . " Udah tau yang belum tau nomer hpnya aja . " ucap Bara menggoda dan kemudian di susul tawa yang mengudara seperti ada hal yang lucu .
Sisca terus memandang tingkah laku Bara , dasar lelaki genit ia pasti menggoda semua wanita dengan cara yang sama pikir Sisca . Pandangan Sisca teralih pada Dian , matanya daritadi tak berhenti menatap Bara padahal wanita itu sudah punya suami nan jauh disana .
" Selamat Siang Pak Bara saya dan teman saya mohon ijin kembali ke ruangan kami karena waktu istirahat sudah hampir habis . " ucap Sisca mengalihkan pertanyaan konyol Bara dengan bersikap formal .
Tanpa mendengar jawaban Bara , Sisca segera menggandeng Dian keluar dari ruangan pantry . Diikuti dengan senyuman miring Bara .
" Wanita yang menarik . " batin Bara sambil pandangannya terus lurus menatap Sisca yang menghilang setelah berbelok .
Bara sudah mengetahui identitas Sisca dari CV yang ia minta pada pamannya , meskipun pamannya sedikit enggan sebab itu merupakan privasi namun karena bujukannya akhirnya pamannya memberikannya berpesan asal tidak di salah gunakan saja . Bara berkata pada pamannya ia tertarik dengan Sisca namun Sisca sangat jutek karena hal itu ia meminta CV.
***
" Kenapa sih ka buru- buru mumpung ada angin segar gtu . " ucap Dian ketika sampai di divisi mereka .
" Biasa aja mbak risih aku . " jawab Sisca dengan jujur.
" Ganteng gtu . " Dian mendekat membisikkan lanjutan perkataannya . " Gantengan dia sama Sena kalau kamu gamau biar sama aku aja . " Sisca melotot mendengar perkataan absurd dari Dian . Meskipun Sisca akui wajah lelaki itu tampan namun dari segi sikap dan perilaku sangat tidak pantas , ia lebih menyukai lelaki sopan macam Sena yang pintar menempatkan diri di manapun .
Baru saja Sisca ingin menimpali ucapan Dian , ponsel yang ia letakkan di atas meja berbunyi tanda ada pesan masuk .
Mas Sena : Udah selesai makan siangnya ? Maaf aku tadi lihat kamu mau nyapa tapi Pak Andi keburu bawel nanti aku mampir- mampir. Pulang kerja tunggu aku ya kita ke rumah Sakit sama - sama .
" ponselmu ga akan berubah jadi wajah Sena gausah senyum - senyum terus . " ucapan Dian membuyarkan pandangan Sisca pada ponselnya , ia tak menyadari sepanjang membaca pesan Sena ia tersenyum .
Sisca menyadari rintangan hubungan mereka bertambah , mendengar pengakuan Lidya kemarin yang seperti ikut mengingini Sena . Meskipun Lidya berkata melakukannya semua demi ibunya tapi tidak menutup kemungkinan Lidya akan ikut menyukai Sena ataukah sudah ???
Di lain tempat Sena baru melayani customernya tentang pembelian truk , ia cukup senang akan hasilnya bahwa target penjualannya bulan ini sudah hampir terpenuhi . Sena berdiri meregangkan badannya yang terasa kaku karena kegiatannya banyak dilakukan sambil duduk , pelan- pelan tabungannya yang ia keluarkan untuk perawatan Ayahnya akan terganti. Sebenarnya ibunya juga sudah berkata akan membantu tapi Sena menolak , biarlah uang ibunya untuk biaya kuliah dan kos adiknya .
Ponsel yang ia letakkan di meja sampingnya berbunyi tanpa ada pesan masuk . Sena mengambil ponselnya membuka sandi ponselnya dan melihat ada beberapa pesan yang menumpuk belum sempat ia baca karena kesibukannya tadi .
Seno : Mas besok siang aku pulang ke rumah kemungkinan sore baru sampai rumah .
Ibu : Adikmu besok pulang , padahal ibu udah bilang gausah tapi adikmu dasarnya ngenyel .
Sena tersenyum membaca pesan dari adik dan ibunya , Sena lalu membalas pesan adiknya mengatakan untuk berhati- hati dan ibunya ia kirimi balasan tanda love saja . Ibunya dan adiknya mempunyai sifat yang sama persis , jadi bila adiknya sedang pulang rumah selalu ramai mendengar kecerewetan mereka berdua .Berlanjut ke pesan selanjutnya di bawah ibunya, Sena melihat nama Bu Titi selaku nama ibu Lidya . Sena mengehela nafasnya pelan menaruh ponselnya sekedar menyiapkan diri membaca pesan apa yang ibu Lidya kirimkan .
Bu Titi : Sena kata Lidya kamu ingin mengembalikan uang perawatan ayahmu dari saya? Buat apa ? Jangan sungkan gtu kita kan sebentar lagi jadi keluarga . Ibu gamau terima ya uang kamu , lebih baik kamu simpan buat tabungan nanti kalau sudah menikah.
Sena sungguh kesal membaca pesan ibu Lidya dengan tak sadar ia membanting ponselnya ke atas meja , ia mengusap wajahnya kasar . Sejak dahulu ia tau bahwa ibu Lidya sangat otoriter dan tak mau dibantah juga selalu memaksakan kehendak, khas orang old money . Sena tak masalah bila ibu Lidya mengatur anaknya tapi dirinya ?? Ego Sena merasa tersentil akibat perilaku ibu Lidya , ia tak peduli mau diterima atau tidak Sena akan tetap mengembalikan uang tersebut .
Mengambil dan mengecek ponselnya kembali untung ponselnya baik-baik saja , ia mengetik balasan pesan yang akan ia kirimkan ke ibu Lidya . Dengan perasaan geram Sena mengetik dan memastikan bahwa kalimatnya tak keliru atau menyinggung , bagaimanapun ia tak mau dianggap tak sopan bila kelepasan menulis kata- kata kasar pada orang yang lebih tua .
" Terima Kasih Ibu bantuannya tapi saya masih sanggup membayar biaya perawatan ayah saya . Bagaimanapun beliau orang tua saya , saya ingin membalas kebaikan beliau dengan menjadi anak yang berbakti dan bisa diandalkan . "
***
Kediri , 19 Oktober 2024
Terima kasih yang sudah membaca cerita pertamaku ini dan jangan lupa tinggalkan vote ya !
Salam Hangat semua 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
RomanceKisah pasang surut perjalanan cinta Naratama Lembayung Sisca dan Pancasena Adiwinata juga dengan tambahan kehadiran Lidya Betari sahabat kecil Sena . Mereka yakin bisa berjalan bersama melewati rintangan dan badai hubungan mereka namun ketika mereka...