Bagian 16 - Sena tumbang

58 46 6
                                    

Tiba di pelataran rumah sakit , kedua kakak beradik tersebut langsung turun dan berjalan memasuki bangunan rumah sakit . Tanpa memperdulikan Lidya yang sedari tadi bertindak sebagai sopir dan harus mencari lokasi parkir untuk mobilnya . Sedari tadi yang ia lakukan hanya mengomel , bila yang melakukannya adalah Seno ia tak memperdulikannya tapi Sena , sang lelaki yang biasanya sopan dan gampang tidak enakan terhadap orang lain membuat Lidya kesal .

Baru saja Lidya akan membuka pintu mobilnya , terdengar suara dering yang berasal dari ponselnya yang ia masukkan ke dalam slingbag nya . Masih dengan raut muka cemberut Lidya membuka kasar slingbag yang ia bawa dan merogohnya mencari keberadaan ponselnya yang memiliki dering yang memuakkan, ingatkan dirinya nanti untuk mengganti dengan mode getar saja .

Di layar ponselnya terlihat nama pemanggil yaitu ibunya, ia seketika menghela nafas berat . Lidya terus mengulang kegiatan tersebut sampai dirasa emosi yang tadi ditimbulkan oleh adik Sena menjadi surut . Ia tak boleh terdengar sedang kesal bila nanti berbicara dengan ibunya , bisa- bisa jika terdengar kesal ibunya langsung menyusulnya ke rumah sakit dan akhirnya membuat pandangan dirinya semakin jelek di depan Sena .

" Hallo ma. " sapa Lidya dengan suara lembut seperti biasa .

" Lama banget angkatnya ? Kamu sudah sampai rumah sakit ? "

Lidya sungguh jengah dengan pertanyaan ibunya , ibunya selalu menyamakannya dengan wayang yang dapat dilakonkan sesuai kehendaknya . " Lid.. Lidya mama tanya ini kok ga dijawab ? " ulang Bu Titi dengan nada yang sedikit naik .

" Iya ma ,udah sampai rumah sakit kok . Ini baru aja mau masuk mama telpon . "

" Iyaudah , baik- baik kamu disana . Mama titip salam aja ya buat calon mertua kamu . " terdengar kekehan dari suara ibunya .

" Mama lagi dimana ? " tanya Lidya heran pasalnya pagi tadi ketika ia akan berangkat , ia tak menemukan keberadaan ibunya di manapun dalam setiap sudut rumah .

" Mama lagi ketemu klien, udah dulu ya mama udah ditunggu . "

Tanpa mendengar balasan Lidya , bu Titi langsung menutup telponnya . Lidya memandang nanar panggilan suaranya yang sudah terputus secara sepihak , akhir- akhir ini ia merasa agak aneh dengan perilaku ibunya . Hampir setiap pagi ibunya sudah tak terlihat di rumah dan setiap malam ibunya juga akan pulang sangat larut .

Pernah Lidya menunggu ibunya pulang , namun yang ia lihat adalah ibunya yang diantar pulang oleh mobil asing. Kejadian itu sudah Lidya perhatikan selama beberapa hari , ibunya selalu pulang larut malam dengan diantar oleh mobil yang sama , tanpa Lidya pernah tau siapa yang mengemudikan mobil tersebut .

Lain tempat di dalam ruang perawatan Ayahnya, Sena dan Seno sedang membantu ibunya mengemas peralatan yang mereka bawa memastikan agar tidak ada yang tertinggal . Sebentar lagi ayahnya aku pulang , tinggal menunggu pemerikasaan terakhir dari dokter . Pintu ruangan terbuka muncullah Lidya dengan membawa kotak cake dari merek toko kue ternama.

" Selamat pagi bu , pak . " salam Lidya berjalan menyalami kedua orang tua Sena .

" Pagi Lid , ibu kamu tadi telpon katanya kamu yang jemput ya . Makasih ya . " Senyum Bu Dewi. Sena dan Seno serempak memutar matanya melihat tingkah ibunya dan Lidya .

" Ibu ini aku bawakan buat camilan . "

" Gausah repot- repot Lid. " Bukan ibu Dewi yang menjawab namun pak Dodik yang tengah terbaring di brankar , menjawab tanpa memandang Lidya .

" Engga repot kok pak , tadi sekalian lewat toko roti pas mau jemput mas Sena . " Lidya sedikit canggung dengan ayah Sena. Tak ayal ketika ia berkunjung ke rumah Sena , ia menerima sambutan yang kurang akrab dari ayah Sena bila sedang berada di rumah .

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang