Bagian 18 - Berkata jujur pada Sena

56 43 5
                                    

Sisca menambah laju motornya ketika melewati jalan yang lenggang , ia melihat jam di pergelangan tangannya sudah hampir maghrib . Ia merutuki Bara di sepanjang jalan akibat adegan menahannya tadi membuat ia dipastikan pulang terlambat . Padahal rencana awalnya, ia ingin segera pulang dan malam nanti ia akan pergi ke rumah Sena sekedar menengok keadaan Sena yang sedang sakit .

Saat adzan maghrib berkumandang Sisca tiba di rumahnya , ia melihat sang ayah yang sedang duduk di teras sambil memainkan ponselnya . Kala mendengar suara motor Sisca yang mendekat membuat Pak Banu menaruh ponselnya pada meja di sebelahnya .

" Jalannya ramai ya ? " tanya Pak Banu pada anaknya . Sedari tadi ia telah menunggu anaknya di teras depan , ia heran tak biasanya anaknya pulang terlambat seperti ini .

Sisca memandang pakaian ayahnya yang belum berganti , menandakan bahwa ayahnya belum mandi .

" Iya yah agak mendung tadi , jadi ga berani buru- buru . " Sisca tak sepenuhnya berkata jujur atau bohong , kenyataannya memang cuaca di luar mendung menyebabkan jalan menjadi gelap dan jarak pandangnya menjadi terbatas . Namun sebelumnya gangguan dari Bara yang membuat ia pulang menjadi terlambat .

Setelah menaruh motornya di sebelah motor ayahnya , Sisca kemudian berjalan menuju ayahnya sekedar duduk di sebelah ayahnya seraya melepas sepatu yang ia kenakan untuk di kembalikan di rak sepatu .

" Ayah mau mandi dulu atau aku ? " Sisca memandang ayahnya yang kembali menekuni ponsel yang ia bawa .

" Kamu aja , ayah masih gerah . " ucap Pak Banu memberikan kode menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam .

Sisca menganggukkan kepalanya dan menuruti perintah ayahnya , di ruang tv ia melihat ibunya yang nampak menonton tv sambil membuat adonan kue untuk jualan besok pagi . Ibunya terlihat fokus menonton tayangan televisi yang menampilkan dua host sedang melakukan mukbang makanan .

" Bu serius amat . " ucap Sisca yang membuat ibunya terkaget langsung menoleh ke sumber suara.

" Kaget ibu , kok baru pulang ? Mendung ya jalannya jadi pelan ? " tanya Bu Sari sambil kembali menekuni adonan yang ia pipihkan.

" Iya ibu tau aja , udah ya bu mau mandi dulu aku . " jawab Sisca berjalan masuk ke dalam kamarnya .

Tiba di dalam kamar , Sisca menaruh tasnya di meja belajarnya dahulu kala ia masih bersekolah . Atensinya yang akan membuka lemari teralih mendengar dering pesan berasal dari ponsel yang masih ada di dalam tas . Sisca berjalan menuju tasnya berada , merogoh mencari keberadaan ponselnya . Ia melihat ada pop up pesan berasal dari Sena .

Mas Sena : Sayang sudah sampai rumah ? Maaf aku tadi ketiduran dari siang.

Pesan singkat yang dikirim oleh Sena membuat Sisca mengurungkan niatnya untuk segera pergi mandi . Sisca kembali duduk di kursi belajarnya dan membaca kembali pesan yang Sena kirim, isi pesannya tak memberi tahunya bahwa Sena sedang sakit . Sisca menaruh kembali ponselnya , ia tak membalas pesan Sena gantinya ia nanti akan bertandang ke rumah Sena sekedar melihat kondisi Sena .

Hari ini sebenarnya Sisca mempunyai rencana untuk mengajak Sena bertemu . Di saat sepi sekarang ini , pikiran Sisca melayang pada ucapan Lidya beberapa hari lalu . Sampai detik ini Sisca tak punya keberanian untuk menyampaikannya pada Sena , meskipun ia tau pasti Sena memilihnya dan berusaha mempertahankan hubungan mereka . Namun tak segala sesuatu akan terjadi seperti yang kita inginkan bukan ?

Sisca akan melihat nanti bagaimana kondisi Sena bila memang dilihat kondisi Sena sudah membaik, ia tak akan menunda lagi untuk membicarakannya pada Sena .

***

Di lain tempat Sena yang bangun dari tidurnya melirik jam di dinding tertera pukul 18.30 , seketika ia melebarkan matanya . Sungguh Sena tak sadar ia telah tertidur selama itu , Sena lalu menepuk kepalanya teringat akan Sisca . Ia lupa mengirimkan pesan siang tadi pada Sisca , kemudian ia mengulurkan tangannya mengambil ponselnya yang terletak di nakas sebelah tempat tidurnya .

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang