Bagian 7 - Menghindar

72 55 6
                                    

Sena berjalan pelan menuju rumah Sisca , karena jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh jadi Sena memutuskan untuk berjalan kaki saja . Seharian ini ia lelah fisik dan pikiran , tapi tak menyurutkan niatnya untuk bertandang ke rumah Sisca . Di tengah jalan Sena merasakan perutnya perih , Sena mengingat bahwa dia telah melewatkan makan siangnya .

Di sepanjang jalan yang dia lewati sepi tidak ada satupun tetangga yang sekedar mengobrol di luar rumah . Sena memutuskan untuk mampir di warung Bu Asih , tempat biasa ibunya membeli sayur atau sekedar lauk bila tidak sempat masak disana dia berpikir untuk sekedar membeli gorengan bila masih tersedia .

" Tumben mas apa ibu ga masak kok ga biasanya malam begini mampir kesini ? " ucap Bu Asih dengan ramah .

" Hehe iya bu mau beli gorengan yang masih ada apa aja ya bu ? " tanya Sena sambil tersenyum .

" Ada pisang goreng , tela goreng silahkan dipilih ." Ucap ibu Asih sambil membuka tudung saji tempat gorengan berada .

Sena memutuskan untuk membeli beberapa pisang goreng dan ketela goreng , dia bisa memakannya dan sebagian akan dia berikan pada orang tua Sisca ketika nanti berkunjung.

" Kata Bu Widya mau lamaran ya mas , dapat orang mana mas ? " tanya Bu Asih kepo . Ibunya Bu Widya memang kerap kali bercengkrama dengan Bu Asih atau tetangga lainnya jadi Sena tidak lah kaget mendengar pertanyaan dari ibu Asih .

" Mari Bu saya ambil 10 jadi totalnya Rp 20.000 ya bu." Sena tidak menjawab pertanyaan Bu Asih gantinya dia mengulurkan uang untuk membayar gorengan yang dia beli . Sena bukan bermaksud tak sopan tapi dia jengah ditanya perihal sesuatu yang belum dia setujui.

Setelah melanjutkan berjalan sampailah dia di depan rumah Sisca , namun dia heran kenapa motor Sisca tidak berada di teras apakah Sisca sedang keluar atau mungkin motornya dibawa orang tuanya keluar?

Tanpa ragu Sena segera mengetok pintu rumah Sisca keadaan di rumah Sisca hening beberapa lampu juga padam , sudah beberapa menit dia mengetok namun nihil tak ada jawaban dari sang pemilik rumah . Tak hilang akal Sena mengeluarkan ponselnya bermaksud untuk menelpon Sisca , sebelum dia melakukannya pintu rumah Sisca pun terbuka namun bukan Sisca yang keluar melainkan ayah Sisca .

" Mas Sena , nyari Sisca yaa ? " Tanya ayah Sisca yang kelihatan seperti bangun tidur . Sena jadi tak enak karena sepertinya dia mengganggu tidur ayah Sisca .

" Iya pak, Sisca ada pak ? " Tanya Sena sambil matanya memindai bagian dalam rumah , siapa tau dia bisa menemukan Sisca .

" Sisca hari ini ikut ibunya nginep dirumah budhenya."

Sena merasa kaget tumben sekali Sisca ikut menginap? karena yang ia tau selama ini jika bukan di kamarnya sendiri Sisca akan kesulitan untuk tidur .

" Ohh gtu ya pak yaudah Sena tak balik dulu pak , ini pak gorengan buat bapak maaf wes ganggu bapak tidur . " ucap Sena sungkan . Sena pun segera berpamitan kepada Ayah Sisca lalu berjalan dengan langkah lesu karena tidak bisa bertemu dengan sang kekasih .

***

Di tempat lain Sisca yang kala itu sedang berkumpul dengan budhe dan sepupunya merasa resah. Dia ingin sekedar mengecek ponselnya yang terletak di kamar Ratih sang adik sepupu tapi dia juga merasa ragu dan kesal dengan Sena . Akhirnya setelah melakukan pertimbangan Sisca berpamitan kepada keluarganya untuk beristirahat dahulu , dia beralasan bahwa dia sudah mengantuk .

Setelah sampai di kamar Ratih , kamar yang dia tempati ketika menginap di rumah budhenya . Sisca memandang sekeliling memperhatikan kamar Ratih yang didominasi warna abu- abu , penampilan sang sepupu memang sesuai dengan dekorasi warna kamarnya yang tomboy . Sisca semakin mengingat Sena , sang kekasih juga menyukai warna abu- abu dan hitam terlihat dari pakaian atau barang yang dipakai Sena didominasi warna tersebut .

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang