Bab 44🐉

44 10 4
                                    

"Mungkinkah semuanya harus dimulai dari awal lagi? Jika memang iya, bagaimana caranya aku melupakan hari kemarin yang sudah diisi oleh keindahannya?"
_Milka Kaylistia.

Rintik gerimis membasahi jalanan juga pepohonan. Hawa dingin menjalar, membuat cowok-cowok yang sejak tadi sibuk masing-masing itu kian diam. Sejak beberapa menit yang lalu, obrolan ditutup oleh kata terakhir Atuy, "gue ngantuk, gue tidur duluan ya?"

Seperti katanya, cowok itu sudah lebih dulu terlelap sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Padahal jam dinding yang terpasang dipojok bascame itu masih menunjukkan pukul 20.17

Tidak biasanya Atuy tidur di jam ini. Tapi akhir-akhir ini ia mulai malas untuk begadang lagi.

Sesaat kemudian terdengar helaan napas kasar. Semua anak G-Dragon yang saat itu menatap handphonenya seketika menoleh, menatap kearah Ipal. Yang ditatap hanya melemparkan tatapan acuh sesaat, lalu ikut merebahkan diri disamping Atuy.

"Mau tidur juga, Pal?" Tanya Rafa.

"Mau rebahan doang." Jawab Ipal singkat.

Rafa, dan Iqbal kemudian menatap punggung Atuy yang membelakanginya. Entah mengapa, melihat Atuy yang tengah tertidur itu Seolah menyalurkan rasa sedih. Tidak jelas memang, tapi rasanya basecamp ini tidak seseru dulu dan itu fakta.

"Dingin ya, Bal...." Ucap Rafa pelan dan membuat Iqbal menoleh kearahnya. Iqbal diam menatap manik mata Rafa yang berusaha membendung air mata.

Iqbal mengangguk, "di luar hujan...." Jawab Iqbal.

"Percakapan kita," sahut Rafa tak berselang lebih dari tiga detik setelah Iqbal menjawab.

Ipal ikut menatap Rafa, namun ia memilih diam mendengarkan Rafa yang kembali berucap.

"Kenapa gak dibubarin aja?"

"Maksud lo G-Dragon?" Tanya Iqbal.

Rafa mengangguk pelan. "Gue udah mulai ngerasa aneh sama geng gue sendiri. Suasananya udah gak sehangat dulu lagi."

Kali ini ucapan Rafa itu mengundang atensi semua anggota.

"Kita setiap hari bareng-bareng, tapi kita selalu fokus ke handphone masing-masing. Kita gak pernah bercanda kayak dulu lagi. Atuy juga jadi dingin, lo juga, Pal. Seakan-akan ada rahasia yang kalian sembunyiin."

Ipal menghela napas lelah, "gue gak tau apa yang kalian rahasiain. Tapi gue gak nyaman sama persahabatan yang sedingin ini. Gue ngerasa gak ada gunanya disini."

Brak!!
Semua cukup terkejut saat tiba-tiba saja Atuy menendang meja kecil diujung kakinya. Sejak tadi Atuy tidak tidur, ia mendengarkan semua pembicaraan mereka.

Atuy bangkit dengan wajah yang memerah. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu, Fa?! Lo pikir persahabatan cuma karena kita ada disatu geng yang sama?!" Bicara Atuy mulai meninggi.

Rafa lantas menatap kearah Atuy. "Terus kenapa kita kayak gini?" Tanya Rafa.

"Gini gimana maksud lo?!"

"Gak ada yang seru lagi dari persahabatan kita. Semenjak kehilangan Brian, semuanya berubah. Dulu juga kita pernah kehilangan Malvin, tapi kita gak sampe saling diem kayak gini. Obrolan kita gak pernah mati kayak gini."

Brian Airlangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang