Bab 32🐉

66 6 3
                                    

Menyembunyikan fakta bahwa kau tidak baik-baik saja adalah hal yang sederhana tapi sakit.
_Brian Airlangga

Brian duduk sendiri menatap lembaran-lembaran kertas yang berisi angka-angka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian duduk sendiri menatap lembaran-lembaran kertas yang berisi angka-angka. Ya, setelah Brian menerima tawaran dari pak Nasikin hari itu, Brian mulai rajin menghabiskan waktunya untuk belajar. Semuanya ia lakukan untuk mencapai hasil yang terbaik di olimpiade nanti.

Ditengah keseriusan Brian, Ipal memperhatikan Brian dari tempat duduknya. Perhatian Ipal tertuju pada tangan kiri Brian yang sejak tadi terus saja memijat-mijat bagian pinggangnya.

"Eh, pal! Mau ke kantin enggak?!" Teriak Atuy tiba-tiba menyadarkan Ipal. Cowok itu segera berdiri dan berjalan menyusul Atuy yang sudah berada diambang pintu.

"Lo ikut ga, Bri?" Tanya Ipal.

"Dia mau belajar. Bentar lagi mau ikut olimpiade." Jawab Atuy mewakili Brian.

Dengan cengiran khasnya, Brian mengangguk. "Iya uy, gue mau jadi rajin dulu."

"Dih, orang gila mana yang rajinnya kadang-kadang doang." Cibir Rafa yang sekarang menyusul Ipal dan Atuy.

"Rese banget Lo, fa."

"Nyenyenye...tapi nanti Lo ikut jenguk Iqbal dirumahnya kan?" Tanya Atuy

"Iya-iya gue usahain." Jawab Brian lalu kembali fokus ke lembaran kertasnya. Setelah itu, barulah ketiga temannya beranjak meninggalkan kelas.

Tanpa Brian sadari saat ini hanya tersisa dua orang saja didalam kelas itu. Hanya dirinya dan Zio Angkasa.

Brian yang tidak menyadari kehadiran Zio hanya terus melanjutkan aktivitasnya. Sedangkan Zio diam ditempat duduknya memperhatikan Brian. Pemandangan ini hampir sama seperti dimasa lalu. Disaat Zio dan Brian akan tinggal dikelas lalu belajar bersama untuk persiapan olimpiade. hanya saja kali ini keduanya tidak belajar bersama melainkan, hanya kebetulan.

"Ekhm!" Brian menoleh kearah Zio saat cowok itu berdeham kecil.

"Serius banget belajarnya..." Celetuk Zio sambil membuang muka dan diiringi tawa meremehkan.

Rahang Brian mengetat. Mengingat kejadian yang menimpa teman-temannya semalam membuat emosi Brian kembali lagi. Tapi sebisa mungkin ia menahan emosi itu. Semuanya demi Iqbal.

"Santai aja kali. Tegang amat Lo..." Kata Zio lalu cowok itu mengalihkan pandangan hingga bersitatap dengan Brian.

Seringaian kecil membuat kesombongan Zio makin tampak jelas Dimata Brian.

Brian Airlangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang