Serumit apapun kisah ini, aku akan istirahat nanti.
_Brian Airlangga
Nikol tampak duduk sendiri disinggle sofa. Sejak beberapa jam yang lalu pria itu hanya menghabiskan waktunya berdiam diri. Akhir-akhir ini ia banyak memikirkan putra semata wayangnya yang ia anggap mulai berubah."Brian belum pulang juga bik?" Tanya Nikol saat menyadari Bik Surti lewat dibelakangnya.
"A-anu kayaknya belum, pak..." Jawab Bik Surti takut-takut.
Nikol hanya mampu menghela napas mendengar jawaban itu. Ada sedikit kecewa yang menghinggapi hatinya.
"Padahal udah kelas tiga, sebentar lagi lulus tapi Brian mulai berulah...." Keluh Nikol.
Selang beberapa saat kemudian, Nikol terkejut saat suara motor Brian terdengar. Buru-buru Pria itu berlari keluar, tapi suaranya ia terlambat. Brian sudah pergi membawa motornya.
"Brian!!"
"Brian mau kemana?!"
Beberapa kali Nikol berteriak, nyatanya tidak membuat Brian berhenti sama sekali. Putranya itu lebih dulu melesat bak anjing setelah motornya keluar gerbang.
Usaha Nikol untuk menghentikan Brian sudah terlambat. Pria itu hanya mampu menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Hingga tak sengaja perhatian Nikol tertuju pada sepeda milik Bik Surti yang Brian parkiran didekat pintu. Bukan sepedanya yang menarik perhatian, tapi selembar kardus yang ditulis Brian. "Maafin Bri ya, pa. Ini urgent."
"Brian Airlangga...." Nikol mendesah kecil.
°°°®°°°
"Jadi Justin yang bikin kekacauan?" Tanya Brian setelah mendapat penjelasan dari Ipal mengenai kejadian ini hingga menyebabkan Iqbal masuk rumah sakit.
"Gila ya! Tu anak ada masalah apa sih? Nyari-nyari ribut Mulu. Kudu gue hajar sampe mampus tu anak. Emang gak bisa di diemin."
"Udahlah, Bri. Gue gapapa juga." Sahut Iqbal. Brian lantas mendelik tak percaya dengan jawaban enteng cowok itu sedangkan ia masih terbaring diatas brankar dengan kepala yang diperban.
"Orang gila mana yang kepala udah diperban, masuk rumah sakit, terus masih bilang gapapa?" Oceh Brian.
"Ya terus kalo Lo nyari ribut sama dia, gue bakal sembuh mendadak gitu?"
"Ya enggak. Cuma gue pengen kasih pelajaran aja ke dia."
"Udah ah males gue kalo bahas beginian. Gue lagi sakit, semangatin gue dong." Kata Iqbal mulai mengalihkan pembicaraan.
Brian menghela napas kasar. Sebetulnya Brian masih sangat emosi karena perbuatan Justin. Jika saja Iqbal tidak melarangnya, mungkin Brian sudah mengahampiri Justin sekarang juga.
Beberapa saat kemudian, setelah emosinya cukup mereda, Brian memilih duduk disamping Atuy. Ada Rafa dan Ipal juga disana. Sejak tadi ketiganya hanya sibuk dengan handphone masing-masing, sementara Brian mengomel sendiri karena emosi.
"Udah marah-marah nya?" Tanya Atuy santai tanpa mengalihkan pandangan.
"Udah." Jawab Brian singkat lalu menggeser posisi Atuy. "Sanaan! Gue mau rebahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Airlangga
Novela Juvenil"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga "Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga "Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...