"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga
"Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga
"Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...
~Kenapa orang-orang selalu berfikir tentang sesuatu yang terlihat oleh matanya, sedangkan ia lupa dan tidak pernah berpikir tentang yang tersembunyi~
_Brian Airlangga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brian Airlangga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Milka Kaylistia
"Briiii!" Suara melengking dan fales milik Atuy menggema hingga membuat beberapa siswa menutup telinga.
"BRIIIIII! Tunggu senior ganteng dong!"
"Brian Airlangga! Woy! Sebagai junior ganteng, Lo harus nurut sama senior!"
Atuy terus saja berteriak-teriak sedangkan Brian memilih tidak perduli dan berlari menjauh dari Atuy. Sesekali cowok itu menoleh untuk memastikan dirinya berada jauh dari jangkauan Atuy.
Pasalnya Brian hanya membawa uang sebesar lima belas ribu rupiah, dan Atuy sudah memaksanya untuk membeli rokok. Definisi teman tidak tahu diri.
Bruk!
Brian yang sibuk menghindari Atuy itu tidak sengaja menabrak seseorang hingga terjatuh.
"Eh! Sorry-sorry..." Ujar Brian seraya membantu cowok itu berdiri.
"Gapa_aa...."
Degh'
Brian maupun cowok itu sama-sama terpaku saat netra keduanya bertemu pandang. Tatapan mereka sempat terkunci beberapa detik sampai suara cempreng Atuy menyadarkan mereka.
"BRIAN!"
Keduanya kompak menoleh pada Atuy yang tampak ngos-ngosan.
Detik berikutnya cowok itu berdiri setelah mengambil beberapa buku yang berada ditangan Brian. Tanpa sepatah katapun ia berlalu dari sana.
Brian kemudian bangkit, memandang kepergian sosok itu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Z-zio...."
Dapat Brian lihat dari kejauhan, sosok Deka yang tak lain adalah sang ketua OSIS SMA menghampiri Zio dengan senyum ramahnya.
Tapi mengenai apa yang dibicarakan keduanya, Brian tidak bisa mendengarnya.
"Bri! Anjir ya Lo! Gue capek ngejer-ngejer Lo."
Atuy ngos-ngosan, tapi detik berikutnya ia menyadari Brian yang terlihat bengong menatap ke depan sana padahal tidak ada siapa-siapa kecuali menatap kedua punggung yang sudah pergi.
"Hei!" Atuy menyenggol tangan Brian hingga sang empu tersadar.
"Bengong Baek. Ngapa lu? Ke sambet?"
"E-enggak. Gapapa," balas Brian. Cowok itu nyengir sok imut. Yaa sudah menjadi kebiasaannya.
"Beliin rokok dong."
"Ah, duit gue lima belas ribu doang."
"Elah, boong."
"Serius, Tuy. Lupa bawa duit, tingga sisa yang kemaren didalam saku almet."
Atuy memajukan bibirnya. Kali ini ia anggap belum rezeki. Tapi jangan lupa, ia akan mencoba lagi esok hari. Memelak Bria memang menjadi hobi barunya.