Sembuhkan lukanya, lalu buat dia bahagia kembali.
_Brian AirlanggaMilka turun dari mobil Jefri, lalu tanpa mengatakan apapun lagi pria itu langsung pergi meninggalkan Milka. Gadis itu kini berdiri menatap gerbang. Sejak tadipun ia sudah memperhatikan keadaan gerbang yang sudah terkunci rapat. Sekejap gadis itu menatap jam tangan yang melingkar ditangannya. Sudah terlambat sekitar lima belas menit.
"Pak! Pak buka gerbangnya dong!" Teriak Milka yang langsung terdengar oleh satpam yang tengah berjaga didalam sana.
"Eh, neng? Kok telat?!"
"Iya, pak. Maafin saya. Saya mohon bukain pintunya ya?"
"Waduh gak bisa, neng. Nanti kepsek marah lagi." Kata satpam itu takut-takut.
"Tapi, pak. Saya gimana? Masa saya gak masuk?"
"Aduuh, bapak gak bisa bukain pintunya ya, neng."
"Pak, saya moh_"
TIN! TIN! TIN!
Kalimat Milka terhenti begitu mendengar suara klakson motor yang baru saja tiba dan sekarang tepat berhenti disampingnya. Milka kenal betul siapa pemilik motor itu. Sesaat kemudian, sang pengendara membuka kaca helm fullfacenya dan melirik sinis ke arah Milka."J-justin...."
Sesaat kemudian motor lain menyusul. Kali ini Milka tidak kenal. Bahkan setelah ia membuka kaca helmnya, Milka tetap tidak mengenalinya. untuk pertama kalinya Milka melihat sosok itu disekolah ini.
"Buka pak!" Ucap Justin terdengar sebagai perintah mutlak.
"Maaf, nak_"
"Mau dibuka atau gue tabrak?!" Ancamnya.
"Buka aja sih, lama amat!" Celetuk sosok itu yang tak lain adalah Zio Angkasa.
"Buka aja, pak. Saya mau belajar, sebentar lagi ada OSN. Bapak mau sekolah ini kalah di olimpiade nanti?" Kali ini kalimat Justin terdengar lebih rendah meskipun masih ada unsur ancaman.
Pada akhirnya, satpam itu memilih membuka gerbang. Ya, semudah itu Justin memintanya. Mungkin karena orang tuanya adalah salah satu donatur disekolah ini. Lantas dengan bebas ia bisa bertindak sesuka hati.
Diluar dugaan Milka, sesaat setelah kedua motor itu sudah memasuki gerbang dan terparkir, tiba-tiba Justin dan Zio kembali lagi. "Pak!" Panggil Justin.
"Kenapa?"
"Suruh dia masuk!" Yang Justin maksud jelas adalah Milka. Karena tak seorang pun yang berada diluar gerbang kecuali gadis itu. Milka menatap tak percaya sekaligus takut. Bagaimana tidak, Justin melakukan sesuatu tentu karena ada sesuatu.
Tanpa ba-bi-bu satpam itu membukakan gerbang Kembali untuk Milka. "Silahkan masuk, Neng." Ujarnya seraya melihat keadaan takut dilihat oleh kepala sekolah.
Dengan langkah ragu, gadis itu memilih untuk memasuki gerbang. Sementara itu setiap langkah Milka tidak lepas dari pandangan Justin. Benar saja, ketika gadis itu hampir menjauh dari sana, tiba-tiba Justin menghentikannya. "Tunggu!"
Takut-takut Milka berbalik, menatap mata Justin yang menyorotnya tajam. Cowok itu kini berjalan kearahnya, diikuti oleh Zio. Aura keduanya sama kuat, seperti elang yang tengah mengintai.
"Ikut gue!" Ujar Justin begitu tepat dihadapan gadis itu.
Milka yang hanya setinggi dada Justin lantas mendongak. "K-kemana?" Tanya Milka takut.
Tanpa menjawab, cowok itu seketika menarik kasar tangan Milka lalu menyeretnya untuk pergi dari sana. Milka memberontak untuk melepaskan diripun percuma. Genggaman Justin begitu kuat dan hanya akan membuatnya merasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Airlangga
Teen Fiction"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga "Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga "Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...