Keluargaku mungkin cemara. Tetapi, jika sudah berhadapan dengan kehilangan karena kematian itu merupakan luka batin yang tak akan pernah memiliki penawarnya.
"Aku ada hadiah buat kamu, Aynaa. Aku tunggu di halaman Asrama, hari ini." monolog Liam menarik ujung bibirnya sembari mengusap puncak kepala sang kekasih. Ia melihat Amabel dan Asavella pergi-ke kamar usai Liam merundung tanpa henti."Biar aku tebak!" Anasera berpura-pura berpikir keras dan kemudian menunjuk Liam yang tak lepas tatapannya pada Anasera usai menatap Asavella dan Amabel sejenak. "Pasti bunga Tulip atau enggak Daisy!"
Liam tersenyum hangat. Menoel hidung mancung Anasera. "Tidak salah satu untuk saat ini, tapi aku memberi keduanya yang dibungkus menjadi satu."
"Mana bunga itu!" Anasera begitu semangat.
"Masih dalam perjalanan, aku pesan lewat online. Sedang diantar."
Anasera begitu senang mendengarkannya. "Sampai kapan bakalan kasih hadiah aku bunga ditiap hari bertemu aku?"
"Sampai aku tidak bisa melihatmu dan mendampingimu lebih jauh di masa tuamu."
Anasera yang mendengar langsung mengerutkan alis. Liam bisa membaca ekspresi sang kekasih dan kemudian terkekeh samar seraya memberi dekapan erat yang singkat. "Bercanda sayang."
Liam melihat Asavella tidak memiliki bayangan dalam langkahnya. Ia berpikir keras sebelum ia bergumam samar. "Dia manusia, bukan?"
Anasera yang mendengar langsung mengerutkan alisnya. "Dia siapa, Ayy?"
Liam menggosok matanya kasar. Lalu menggeleng samar. "Gak ada. Nanti bilangin kata maaf ke dua temanmu tadi dari aku ya, Aynaa? Aku rasa terlalu kasar."
Anasera memincingkan bibirnya. "Harus? Itu anak buat aku dan Asanna selalu membuat masalah dan dapat hukuman. Apalagi gelagat Amabel yang kek anak aneh."
"Seaneh-anehnya mereka, dibalik itu ada cerita yang membuat mereka membungkam tanpa berisik. Kalian itu penari Ballerina, tim yang artinya keluarga. Bersaing ataupun tidak, kalo sudah satu kamar itu keluarga barumu. Jika mereka enggak bisa mengerti kita, itu tugas kita mengertiin mereka, ambil hatinya dan bertemanlah," jelas Liam sembari mencubit lembut hidung sang kekasih.
"Nanti," Liam mengusap rambut Anasera dan membenarkan beberapa anakan rambut yang sedikit berantakan.
"Kalau aku dan kamu bertengkar atau akunya yang gak ada, kamu masih punya tempat pulang dan bercerita mereka. Jika tidak ada aku, masih ada mereka."
Anasera menggeleng. Ekspresi dari wajahnya menggambarkan ketidaksukaan. "Lawan tetaplah lawan. Dan bagaimana aku bisa mempercayai orang baru dan asing seperti mereka yang dari keluarga aja tidak harmonis? Satunya keluarga lengkap tapi bukan seperti rumah dan terasa asing. Yang satunya ayahnya tidak jelas, cerai, ibunya tukang jualan ikan. Percuma paras blesteran kalo miskin."
KAMU SEDANG MEMBACA
BALLERINA BERDARAH
Horrormereka berdampingan dengan mayat yang dihidupkan kembali. Tentang Penari Ballerina dimana akan mengikuti kompetisi Internasional Dance yang akan diadakan di Thailand untuk mewakilkan Indonesia. Beberapa Siswi dari SMA MERPATI SILA LIMA ditunjuk untu...