Luka datang bukan lagi dari sebuah cinta. Melainkan dari sebuah kepercayaan yang telah disalahgunakan.
—Ballerina Berdarah—Asrama dengan bangunan kuno menjadi serta sentuhan ukiran pada tiap dindingnya menjadi yang dibanggakan oleh SMA Merpati Sila Lima. Sekarang seorang wanita tak terlalu muda yang merupakan Penjaga Asrama mengarahkan kamar untuk kedua siswi yang baru sampai segera masuk ke lorong yang di tunjuk.
Pengawas berseragam putih dengan jas hitam serta tangannya yang dibalut oleh dua sapu tangan merah dimana pada tepian garis putus-putus terhias warna keemasan, menyorotkan atensi tak suka dengan Amabel dan Keci karena mereka datang paling akhir. Padahal, mereka dengan para siswi yang dikhususkan untuk penari ballerina datangnya bersama-sama. Hanya saja sesuatu hal yang membuat mereka datang paling akhir.
“Kalian paham S.O.P di Asrama ini?” Suara penjaga itu menginterupsi Keci dan Amabel sembari membenarkan kaca mata.
Pertanyaan itu membuat Keci dan Amabel sempat bertatap-tatapan sejenak sebelum memutuskan menjawab tidak tahu melalui gelengan samar.
“Tidak diperbolehkan membawa barang aneh dari luar sekolah. Sekalipun itu dari keluarga. Mengerti?” tekan penjaga Asrama yang langsung menyorot pandangan tajam pada Amabel Ava.
Keci langsung menoleh ke arah Amabel. Di mana Amabel hanya terdiam seraya memandang gelang yang ia pakai.
“Lepas gelang kayumu,” perintah Pengawas untuk sesegera mungkin melepas gelang kayu di tangan kanannya.
“Saya akan lepas, tapi izinkan saya untuk menyimpannya,” balas Amabel.
“Lepas atau keluar dari Asrama,” seru Penjaga Asrama perempuan tersebut.
Amabel mengepalkan tangan. Meragukan tindakannya sendiri untuk menuruti peraturan yang ada atau diskualifikasi dalam pemilihan calon peserta penari ballerina.
Tak hanya itu, Amabel juga mendapatkan bisikan-bisikan samar untuk pergi dari Asrama. Seolah energi tersebut lebih kuat mendorong Amabel pergi dan merelakan wishlistnya yang ingin ikut serta dalam perlombaan tahun ini.
Tidak tahu juga apa yang membuat Amabel memutuskan untuk melepaskan gelang kayu dari keluarganya yang tak pernah Amabel lepas dari ia duduk di bangku sekolah dasar hingga saat ini.
Dengan berat hati Amabel memberikan gelang tersebut kepada sang penjaga Asrama. Dan Sebelum mereka pergi ke kamar yang menjadi tempat mereka tinggal, Penjaga perempuan itu memberikan Piyama Dress berwarna putih bak baju tidur Noni Belanda pada masanya.
Keci Van Dijk yang memiliki campuran darah Belanda saja tidak pernah memakai ataupun menyentuh piyama dress polos seperti ini. Karena ia lebih nyaman memakai tanktop saja dikala tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALLERINA BERDARAH
Horrormereka berdampingan dengan mayat yang dihidupkan kembali. Tentang Penari Ballerina dimana akan mengikuti kompetisi Internasional Dance yang akan diadakan di Thailand untuk mewakilkan Indonesia. Beberapa Siswi dari SMA MERPATI SILA LIMA ditunjuk untu...