Masa terberat dalam hidup Ama adalah waktu dirinya harus merelakan Anggara bersama gadis lain. Status sosial mereka memang cukup jauh, Ama hanyalah gadis baik-baik yang berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang penjual nasi campur, walaupun cukup terkenal, kehidupannya hanya cukup untuk makan dan biaya kuliah Ama. Untungnya juga Ama adalah anak tunggal.
Mengingat ekonomi orang tuanya yang cukup susah, Ama tetap diajarkan untuk saling menolong orang yang butuh. Maka di semester akhir kuliahnya Ama memutuskan mejadi relawan yang membantu orang-orang perkampungan kumuh.
Dari sana Ama kenal Anggara, seorang pewaris tunggal perusahaan kaya raya. Hatinya terpincut saat satu kali pandang.
Mereka benar-benar menjalin kasih berawalan dari sana, hingga beberapa bulan setelah Ama akhirnya wisuda, janji keseriusan sempat Anggara lontarkan.
Sayangnya kehidupan mereka bagaikan langit dan bumi, sulit disatukan. Anggara akhirnya dijodohkan, dan Ama yang tidak ingin membuat masalah lebih banyak, melepas Anggara dengan perpisahan yang cukup menghancurkan Ama.
Waktu itu Ama merasa dunianya runtuh, tapi ia tidak punya pilihan lain. Setelah benar-benar ikhlas Ama kembali dirundung masalah, ayahnya sakit dan ibunya juga kebetulan sudah meninggal dua bulan duluan.
Ama merasa tidak ada pijakan lagi, tapi sebelum pergi untuk selamanya ayahnya menjodohkan Ama kepada pria bernama Tama. Seorang pemilik tempat makan di pinggir jalan. Tama telah mengutarakan ketertarikannya kepada Ama, ada rasa suka yang disimpan dan Tama meminta izin ke ayah Ama. Kebetulan keduanya sebagai pembisnis kecil-kecilan yang berteman dekat walaupun beda generasi.
Awalnya Ama terpaksa, tapi setelah menikah benih cinta itu tumbuh subur. Dan di hari Ama dan Tama mengantarkan ayahnya kepemakaman, Ama mendapat hadiah kecil lagi dari Tuhan, dirinya hamil Glen.
Kehidupan mereka sederhana, tapi nyaman. Tidak harus memaksakan diri lagi kepada keadaan. Bersama dengan orang yang lebih setara ternyata sangat menyenangkan. Tapi sayang seribu sayang, setelah kelahiran Glen modal tempat makannya mines, dan keduanya kembali harus putar otak.
Sampai Anggara kembali, pria yang telah menjadi mantan itu mengulurkan bantuan. Tama yang tahu masa lalu Ama dengan Anggara terpaksa menerima, karena sudah tidak ada pilihan.
Siapa sangka Anggara membantu mereka sampai Tama sukses. Tama berhasil mendirikan restoran pertamanya, lalu bercabang lagi sampai seterusnya dan disokong penuh oleh Anggara. Anggara berkata tulus membantu Ama sebagai orang yang pernah mengisi kekosongan hatinya, tanpa ada niat merebut kembali milik orang lain.
Hadiah kecil Anggara adalah toko bunga, ini untuk menebus janjinya karena tidak berhasil berjalan di atas pelaminan membawakan buket bunga untuk hadiah pinangan. Ama terpaksa menerima karena Tama juga menyuruhnya. Tama telah percaya penuh kepada Anggara, sebagai ucapan terima kasih mereka tidak akan pernah mengecewakan Anggara bagaimanapun caranya.
Sampai umur Glen dua tahun, hidup keluarga Pratama begitu terangkat, walaupun masih belum kaya, mereka sudah berkecukupan. Sebagai ucapan terima kasih Tama mengadakan pesta kecil-kecilan.
Tapi di tengah acara Tama permisi pergi sebentar. Ama yang ditinggal sendiri tidak tahu harus melakukan apapun, kebetulan Glen juga dititipkan kepada kakek, neneknya. Anggara dan Ama akhirnya duduk berdua dan saling curhat banyak hal, terutama tentang Ama yang sudah jatuh cinta kepada Tama. Dirinya sekarang rela mati untuk Tama, hidupnya hanya tentang sang suami dan anak-anaknya.
Tapi entah bagaimana, Ama waktu itu menerima alkohol yang Anggara berikan, ia meminumnya tanpa sadar dan dari sana Ama tidak ingat apa-apa lagi. Setelah sadar yang ia lihat adalah Anggara ada di satu tempat tidur sama tanpa busana. Keduanya sama-sama telanjang bulat.
Pesta yang memang diadakan di hotel, tapi siapa tahu mereka telah ada di kamar khusus tamu. Dan Tama memergoki itu, karena khawatir ia membuka pintu kamar hotel satu-persatu.
Semuanya kacau, tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi, dan dua bulan kemudian Ama hamil. Dari sanalah lahir Fais.
Ama tidak bisa menggugurkan kandungan itu, Anggara juga sempat memohon-mohon agar setelah lahir Fais diserahkan kepadanya. Tapi akhir dari keputusan hanya menegaskan tiga poin penting.
Pertama Fais akan dirawat oleh Tama, masuk ke dalam kartu keluarga Pratama, kedua tidak boleh ada yang tahu masalah ini, ketiga Tama dan Anggara tetap bekerja sama agar hubungan mereka tidak putus lalu Anggara mampu memantau Fais dari jauh.
Mengingat setiap noda dalam hidupnya Ama hanya bisa menangis seorang diri di dalam kamar. Ia tidal tahu harus melakukan apa sejauh ini. Langkahnya hanya selalu mengikuti sang suami, seperti bayangan.
Mungkin hubungan mereka selalu harmonis, tapi melihat Fais hancur sendiri, itu adalah penderitaan besar Ama.
"Kenapa kamu menangis?" Tama tiba-tiba datang, masuk ke dalam kamar dan memeluk Ama yang menangis. "Ada apa?"
Ama mendongak dengan mata merah karena menangis. "Mas, kapan kamu akan membebaskan Fais?"
Tama mengernyit binggung, ia melepaskan pelukannya untuk menatap istrinya.
"Fais menderita, dia terkena getahnya sendiri. Tidak seharusnya Fais menderita sendirian."
Karena mendengar nama Fais disebut, menjadikan anak itu topik obrolan, Tama tidak pernah terlalu peduli, jadi dia menghela napas kasar.
"Biarkan seperti ini, karena anak itu lahir memang hanya untuk menjadi tameng seumur hidupnya. Bahagia atau tidak, itu adalah tanggung jawab yang harus dia pikul sejak hari pertama lahir sebagai anak haran."
Ama hanya bisa menangis semakin keras, hatinya perih. Bagaimana demgan Fais yang harus merasakan ketidak adilan dalam keluarga tanpa tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tengah
Teen FictionFais hanya ingin sehebat kakaknya dan tidak dikalahkan oleh adiknya. Tugasnya sebagai anak tengah harus diam, tapi berhasil unggul tanpa apresiasi berarti.