16. Maafkan Papa

65 8 3
                                    

Fais terlihat sangat lemah, kondisinya memang membaik, tapi hati Tama tidak pernah bisa sembuh melihat anaknya terluka karena dirinya sendiri gegabah.

Setelah menceritakan semuanya, Tama masih belum mendapat jawaban pasti. Sepertinya hati Fais terlanjur sakit, tatapan mata anak itu seketika asing setiap kali bersitatatap dengannya.

Beruntung Glen dan Asya masih bisa mendekati Fais, ketiganya sedang asik berbincang. Tentunya setelah kejadian itu Fais tidak bebas lagi, kedua saudaranya berubah menjadi posesif.

"Papa janji, akan menemukan pelaku itu secepatnya," gumam Tama, yang memilih keluar dari kamar rawat inap bersama sang istri.

Glen sendiri merawat Fais dengan amat baik, ia berjanji kepada sang ayah akan membantu perusahaan. Sehingga Fais tidak lagi memikul beban banyak.

"Kak, buka mulut," pinta Asya, yang menyuapkan buah apel untuk kakaknya.

Sayangnya Fais hanya melihat saja, membuat Glen cukup tahu bagaimana Fais tidak terlalu suka buah apel.

"Apel, kan, enak. Ayo buka mulut." Sebaliknya Asya adalah pecinta apel, mau apel lokas maupun ape luar negara.

Glen hanya menghela napas, memandang kedua adiknya bergantian sebelum akhirnya membil alih tempat Asya, yang memang lebih dekat dengan Fais.

"Buka mulut," tintah Glen.

Fais menggeleng, ia memandang tidak suka apel yang ada di tangan kakaknya. Niat hati Fais ingin berbaring saja dan kembali tidur, tapi kepala belakangnya malah ditahan oleh tangan besar Glen.

"Kak, Fais pengen muntah," ucapnya sambil membuat wajah memelas.

Glen menolak keras alasan Fais, ia tetap menaruh apelnya di depan mulut Fais. "Satu suap."

"Fais tidak suka buah," jawabnya lagi, yang memang benar begitu adanya.

Sejak dulu Fais tidak pernah tumbuh seperti kedua adiknya, makan buah bukan hal yang lumrah orang tuanya ajarkan. Bahkan sekedar meminta sepotong buah apel kesukaan Asya saja, ayahnya marah.

Fais ingin makan beberapa buah sehat seperti Glen, karena orang tuanya tahu sang anak ingin jadi atlit, mereka menyediakan buah yang segar. Tapi Fais selalu dapat sisa yang sudah busuk.

Trauma dengan buah busuk, Fais memutuskan benci buah. Tapi sekarang dia dipaksa, jelas hatinya menolak keras untuk menerima, membayangkan jika itu adalah buah busuk yang Fais sempat makan dari kecil.

"Fais," panggil Glen, menyadarkan Fais dari lamunanya.

"Kak, Fais nggak suka buah busuk," ucap Fais, menyadarkan Glen akan sesuatu.

Buru-buru Glen menaruh piring yang berisi buah di atas nakas. Ia tersenyum dan mengelus kepala Fais lembut.

"Maafin Kakak, mulai sekarang Kak Glen janji akan lebih peduli lagi sama kamu. Kakak janji tidak akan membiarkan kamu merasa berbeda lagi," janji Glen dengan tulus.

"Kak, Asya buat jus buah aja, ya. Supaya Kakak bisa makan buah juga." Asya meninggalkan ruang rawat sang kakak untuk mencari ibunya. Karena hanya sang ibu yang tahu cara membuat jus buas enak.


***
"Kalian yakin, kalo cuma ini?" Fais memeriksa catatan yang Elgo dan Algi bawa, keduanya sedang berkunjung ke rumah sakit sambil membawa buku untuk Fais belajar.

Si kembar yang tidak terlalu pintar hanya mengangguk ragu. "Sebenarnya kita juga nggak yakin," jawab Algi cengengesan.

Fais hanya maklum sambil berdecak maklum. Ia ingin mengambil buku paketnya yang ada di atas meja sambil menyesuaikan dengan buku catatan Algi.

Namun, sebelum tangannya meraih buku, Tama tiba-tiba datang dan menjauhkan bukunya dari meja.

Ketiganya terkejut, melihat Tama yang datang tanpa menimbulkan suara. Sampai Fais akhirnya berbicara.

"Pa, bukunya," ucap Fais, memandang buku yang ada di tangan Tama.

"Belajar buat jadi terbaik bukan tugas kamu lagi, kamu harus sembuh dulu dan sekolah normal tanpa memikirkan ranking lagi." Tama prihatin terhadap dirinya sendiri, yang entah kenapa tega sekali keras kepada Fais dulu.

Anak itu yang heran malah membuat Tama menjelaskan lebih detail.

"Maafin Papa, Nak. Biarkan Papa menebus semuanya. Mulai sekarang kamu harus mewujudkan impian kamu sendiri, dan Papa selalu ada buat kamu," ucapnya sambil membawa Fais ke dalam pelukannya.

Si kembar hanya bisa terharu, hal sederhana yang terasa mustahil bagi Fais kini terwujut.  Satu-satunga anggota keluarga yang membuat hidup Fais keras kini telah berubah jauh.

Si TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang